Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Myanmar I Panwa Merupakan Kota Tambang Penting Penghasil Tanah Jarang

Pemberontak Rebut Markas Utama Perbatasan di Kachin

Foto : AFP

Kuasai Kota Perbatasan l ­Anggota kelompok etnis bersenjata TNLA berbaris memasuki Kota Hsipaw di Negara Bagian Shan utara, Myanmar, yang berbatasan dengan Tiongkok. Kota ini amat strategis karena merupakan kota yang dilalui jalan raya menuju perbatasan Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - Pasukan gabungan pemberontak telah merebut markas utama pasukan penjaga perbatasan pro-junta Myanmar di Negara Bagian Kachin, dan penduduk mengatakan bahwa para pemberontak akan segera menduduki sebuah kota di dekatnya yang berfungsi sebagai pusat pertambangan tanah jarang dan perdagangan lintas batas Tiongkok.

Kontrol pemberontak atas tambang-tambang ini berpotensi mengganggu pengiriman tanah jarang yang merupakan bahan baku untuk ponsel, mobil, dan produk lainnya, dan dapat memutus sumber pendapatan penting bagi junta, yang kini telah berjuang secara finansial di tengah sanksi global atas kudeta pada 1 Februari 2021.

Hal ini juga akan memberikan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) lebih banyak pengaruh dalam berurusan dengan Tiongkok, yang tampaknya mendukung junta militer yang berkuasa, termasuk kemungkinan perundingan damai di masa depan yang mungkin ditengahi oleh Tiongkok.

Pada Selasa (15/10), sebuah aliansi pasukan pemberontak di bawah KIA menguasai batalion pasukan penjaga perbatasan yang terletak sekitar 16 kilometer dari Kota Panwa, yang berada di dekat perbatasan Tiongkok, setelah selama sepekan terjadi pertempuran.

"Kelompok kami telah merebut markas tersebut sekitar pukul 13.00 dan sekarang sedang melakukan operasi pembersihan keamanan di daerah tersebut," ucap juru bicara KIA, Kolonel Naw Bu. "Batalion ini berfungsi sebagai pasukan penjaga Panwa yang terletak sekitar 160 kilometer di sebelah timur ibu kota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, yang sangat penting bagi daerah itu," imbuh dia.

Seorang penduduk Panwa yang berbicara dengan syarat anonim karena alasan keamanan, mengatakan bahwa junta akan segera kehilangan Panwa dan memperingatkan bahwa jatuhnya korban jiwa akan tinggi jika junta menggunakan senjata berat untuk mempertahankan kota, karena padatnya rumah-rumah di sana.

Penduduk Panwa itu pun mengatakan bahwa pertempuran masih terjadi di dekat perbatasan, dengan junta melakukan serangan udara di daerah tersebut.

"Junta telah melakukan serangan udara di sana sejak kemarin untuk mendukung pasukan daratnya," kata penduduk tersebut. "Kami tidak lagi mendengar suara tembakan, meskipun ada beberapa kali baku tembak dengan senjata berat," imbuh dia.

Kota Tambang

Kota Panwa adalah rumah bagi tambang tanah jarang terbesar di Negara Bagian Kachin. Global Witness, sebuah LSM yang memantau eksplorasi sumber daya alam dunia, mengatakan tahun ini bahwa lebih dari 300 tambang tanah jarang berada di Kota Panwa dan Chipwi di sebelah barat laut.

Menurut statistik yang diterbitkan oleh departemen bea cukai Tiongkok, Tiongkok mengimpor mineral tanah jarang senilai 3,4 miliar dollar AS dari Myanmar antara kudeta militer dan Agustus 2024.

Sementara itu pejuang dari kelompok etnis bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) dilaporkan pada 13 Oktober lalu dilaporkan juga telah merebut kota lain di Negara Bagian Shan utara yang dilintasi jalan raya strategis menuju Provinsi Yunnan di Tiongkok.

"TNLA berhasil merebut markas militer terakhir yang tersisa di Kota Hsipaw pada 13 Oktober setelah beberapa pekan pertempuran," kata juru bicara kelompok itu pada Senin (14/10) lalu.

Hsipaw berada pada lintasan jalan raya perdagangan dari Kota Mandalay ke perbatasan Tiongkok, yang dilalui oleh ratusan juta dolar perdagangan setiap tahunnya.

Saat berita ini ditulis pada Rabu (16/10), pihak junta belum mengeluarkan pernyataan atas lepasnya kendali Kota Hsipaw maupun Kota Panwa.

TNLA merupakan anggota dari apa yang disebut Aliansi Tiga Persaudaraan yang meliputi Tentara Arakan (AA) dan Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar (MNDAA).

Pada Oktober 2023 lalu, aliansi tersebut melancarkan serangan di seluruh Negara Bagian Shan utara dan berhasil merebut sebagian besar wilayah dan hal itu memberikan pukulan terbesar bagi militer sejak berkuasa melalui kudeta tahun 2021.AFP/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top