Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proses Belajar

Pembentukan Karakter Siswa Minimalkan "Learning Loss"

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Pakar Pendidikan, Dedi Mulyasana (kedua dari kiri), dalam Workshop Pendidikan, di Jakarta, Kamis (9/12).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pembentukan karakter siswa dapat memininalkan terjadinya learning loss. Sedikitnya, ada empat karakter yang bisa diberikan kepada siswa yaitu spirit, motivasi, kepercayaan diri, dan tanggung jawab. Demikian pandangan Pakar Pendidikan, Dedi Mulyasana, dalam Workshop Pendidikan, di Jakarta, Kamis (9/12).

"Ketika empat sikap tadi terbentuk, itu akan terhindar dari learning loss. Sekalipun learning loss sulit dihindari," ujarnya. Dia menyebut, empat karakter tadi bisa membuat siswa belajar secara mandiri.

Dia menyebut, pembentukan keempat karakter tadi memerlukan guru yang baik. Menurutnya, guru yang baik bukan sekadar menilai siswa, tapi juga membentuk siswa belajar mandiri.

"Kalau guru asal-asalan hanya mencari absen saja ya repot," jelasnya.

Pembelajaran
Lebih jauh, Dedi menilai, pola ranking siswa di sekolah saat ini sudah tidak sesuai zaman. Menurutnya, orientasi pembelajaran harus mengarah pada pembentukan karakter.

Sayangnya, pendidikan karakter di sekolah saat ini sudah terjadi pergeseran. Pembelajarannya justru bersifat hapalan. Padahal yang paling penting dari karakter adalah tingkah laku siswa.

"Di sekolah sudah bergeser dari pendidikan karakter menjadi ilmu pengetahuan karakter. Jadi tetap saja ke hapalan, bukan intelektual," katanya.

Dia meminta, guru tidak sekadar menyampaikan ilmu dan keterampilan. Menurutnya, guru harus membantu kesulitan anak untuk menemukan konsep dirinya dengan cara mengajar, melatih, dan membimbing.

"Kalau siswa sudah ketemu dengan konsep dirinya, dia akan dikendalikan oleh dirinya, bukan ijazah. Karena itu harga kebaikan dan kejujuran jauh lebih mahal dari harga pengetahuan, keterampilan, bahkan gelar," ucapnya.

Dedi juga menyinggung, perlunya penyesuaian pola pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, pembelajaran dalam jaringan (daring) memiliki kompleksitas berbeda yang butuh teori-teori pendidikan baru.

"Pembelajaran daring itu tidak menggunakan teori lama. Sebab teori pembelajaran lama diperoleh dari hasil riset lingkungan dalam keadaan normal," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top