Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Pemasok Perangkat Google dan Hoover Akan Pindahkan Pabrik dari Tiongkok

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Sejumlah produsen dari berbagai industri yang berbasis di Tiongkok yang memiliki hubungan bisnis dengan Amerika, memilih memindahkan unit produksi mereka guna menghindari dampak perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Itulah dampak nyata perang dagang Tiongkok-AS.


Perancang busana asal Amerika Serikat (AS), Steve Madden, misalnya,. Saat ini Steve sedang memindahkan unit produksi tas ke Kamboja.

Demikian juga dengan perusahaan AS, Techtronic Industries. Perusahaan yang memproduksi alat penyedot debu, telah memindahkan unit produksinya ke Vietnam.


Sementara itu perusahaan pembuat perangkat keras Google, Flex sedang berupaya mengalihkan pusat produksi barunya dari Meksiko ke Malaysia.


"Hingga saat ini Tiongkok akan tetap menjadi bagian penting dari platform manufaktur global kami untuk dekade berikutnya. Kami telah mempercepat peningkatan produksi di negara-negara yang berbiaya rendah lainnya dan AS," kata Direktur Eksekutif Techtronic, Joseph Galli.


Selain memproduksi alat penyedot debu dengan merek Hoovers, Techtronic Industries juga membuat sebagian besar perkakas listriknya di Tiongkok.

Produk mereka dipasarkan ke AS. Tiga perempat dari hasil pendapatan perusahaan itu berasal dari penjualan hasil industri mereka ke AS.


"Fokus kami saat ini pada Vietnam. Itu tujuan jangka pendeknya, agar dapat mengimbangi dampak tarif yang menjadi sengketa dagang AS -Tiongkok," kata Joseph.


Kian Sengit


Perang dagang AS dan Tiongkok memang kian sengit. Presiden AS Donald Trump mewujudkan ancamannya bulan lalu dengan memperluas produk-produk Tiongkok yang dikenakan pajak senilai 200 miliar dollar AS.

Wakil Perdagangan Amerika Serikat Robert Lighthizer merilis daftar barang-barang yang terancam tarif 10 persen. Produk-produk itu antara lain seafood, buah-buahan dan sayuran, yarn, wol, jas hujan dan sarung baseball.


Beijing langsung membalas dengan memberlakukan tarif pada produk AS senilai 60 miliar dollar AS.


Kementerian Keuangan Tiongkok juga telah mengumumkan serangkaian tarif tambahan pada 5.207 jenis barang impor asal AS.

Tarif tambahan ini berkisar dari 5 persen hingga 25 persen dari total nilai barang yang jumlahnya kurang dari setengah dari tarif tambahan yang diusulkan oleh pemerintah Presiden Donald Trump.


Sementara itu, Clara Chan, selaku Ketua Asosiasi 150 Produsen di Hong Kong, mengatakan asosiasi yang mereka pimpin mempekerjakan sekitar 1 juta warga Tiongkok diberbagai unit kerja.

Perang tarif AS-Tiongkok itu telah menyebabkan harga bahan baku menjadi naik. Yang paling dikhawatirkan adalah adanya ketidakpastian dalam berusaha.


"Ini adalah momen bagi industri manufaktur untuk berpikir tentang bagaimana melakukan diversifikasi risiko, apakah akan meningkatkan produk dan menambah nilai lebih atau memperluas produksi ke wilayah lain," kata Ms Chan,

Presiden Hong Kong Young Industrialists Council dan chief executive dari bisnis produksi logam di Tiongkok. FT/AF/P-4


Redaktur : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top