Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Peduli Autisme, Dosen Psikologi UPH Jadi Sumber Inspirasi

Foto : Muhamad Ma'rup

Dosen Fakultas Psikologi UPH, Fransisca Febriana Sidjaja.

A   A   A   Pengaturan Font

Fransisca Febriana Sidjaja tak pernah terpikir berkarier sebagai dosen psikologi. Semasa kecil dia justru bercita-cita menjadi seorang astronot. Hal tersebut berubah setelah dia lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).

Perempuan yang karib disapa Febri itu merasa bahwa jurusan Psikologi adalah pilihan yang tepat untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Sejak saat itu, minatnya terhadap psikologi pun tumbuh.

"Bagi saya, menjadi seorang dosen adalah sebuah panggilan. Saya tidak pernah bermimpi menjadi seorang dosen, terlebih menjadi dosen full time seperti sekarang. Never in my dream," ujar Febri, dalam keterangannya kepada Koran Jakarta, Rabu (5/7).

Sejak Juli 2022, Febri menjadi dosen tetap di UPH. Dia bertanggung jawab untuk mengajar mata kuliah Psikologi Perkembangan, Kesehatan Mental, Kode Etik, serta Pelatihan dan Pengembangan.

"Saya memutuskan bergabung dengan UPH karena nilai-nilai yang ditanamkan kepada mahasiswa sejalan dengan nilai-nilai yang saya anut, yaitu untuk mendidik generasi masa depan yang takut akan Tuhan, menjadi pemimpin masa depan, dan menjadi agen perubahan bagi bangsa dan negara," jelasnya.

Febri memiliki perhatian terhadap anak dan remaja berkebutuhan khusus. Dia berkomitmen untuk memberikan perhatian dan dukungan yang mendalam kepada mereka.

Dalam perannya sebagai dosen dan praktisi psikologi anak, Febri berusaha mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Dia memperlengkapi orang tua anak dan remaja berkebutuhan khusus dalam meningkatkan kesejahteraan mental dan memaksimalkan potensi anak-anak mereka.

Keterlibatannya yang kuat dan dedikasinya yang tinggi dalam pekerjaan menjadikan Febri sebagai sumber inspirasi dan berkat bagi keluarga anak dan remaja berkebutuhan khusus yang membutuhkan bantuannya. Ketika praktik, dia sering mendengar keluhan para orang tua yang menghadapi kesulitan dalam mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus seperti Autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), kesulitan belajar, dan masalah-masalah emosi.

"Pengalaman-pengalaman tersebut mendorong saya untuk menekuni bidang psikologi klinis yang berfokus pada kasus-kasus tumbuh kembang anak dan remaja, khususnya Autisme," jelasnya.

Dari semua pencapaian yang ia miliki, Febri merasa puas ketika saran-saran yang diberikan kepada klien dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus bertumbuh lebih optimal dan bahagia. Selain itu, dia juga merasa puas saat dapat memberikan teladan dan menjadi role model yang positif bagi mahasiswa, dan bagi anaknya sendiri. Baginya, kepuasan tersebut tidak dapat dibeli dengan uang.

"Indonesia masih membutuhkan banyak praktisi yang peduli terhadap keluarga yang memiliki anak-anak dengan kondisi perkembangan khusus. Saya ingin menjadi berkat dengan membantu mereka meraih potensi diri yang optimal," katanya.

Febri berpesan bahwa pengetahuan dan keterampilan merupakan modal penting bagi seorang psikolog anak dan remaja. Seorang psikolog harus memiliki kemampuan klinis, riset, kerja sama, interpersonal, dan kepemimpinan.

"Menjadi seorang psikolog klinis anak dan remaja bukan hanya memerlukan kecerdasan, tetapi juga hati yang memedulikan sesama," terangnya.

Segudang Prestasi

Febri, yang memperoleh gelar Doctor of Philosophy di bidang Psikologi Klinis dari The University of Queensland, Australia ini juga memiliki lisensi berpraktik sebagai psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Selain itu, ia memiliki sertifikasi sebagai konsultan orang tua anak berkebutuhan khusus dari Relationship Development Intervention (RDI) International, Amerika. Saat ini, selain mengajar, Febri berpraktik sebagai Psikolog Anak di Cornerstone Psychological Centre, sebuah lembaga layanan konseling yang terbuka untuk umum di UPH.

Beragam prestasi dan penghargaan telah diraih Febri, di antaranya beasiswa Australian Leadership Awards dari pemerintah Australia pada 2010; beasiswa Australian Human Development Association Conference Student dari Australian Human Development Association pada 2013; Best Presentation Award di ajang Psychology Research Higher Degree Day Presentation dari University of Queensland pada 2014; dan 2015 Dean's Award for Outstanding Research Higher Degree Theses pada 2016 dari University of Queensland.

Febri menilai prospek karier profesi di bidang psikologi masih sangat dibutuhkan. Dia mencontohkan bahwa ketika dirinya memulai pendidikan sarjana pada tahun 1999, banyak masyarakat yang masih menganggap datang ke psikolog sebagai hal yang tabu.

Namun, sekarang masyarakat Indonesia semakin menyadari bahwa profesi psikolog berkontribusi di berbagai sektor pekerjaan. Dia berharap agar dunia psikologi di Indonesia semakin diakui dan dihargai masyarakat.

"Saya percaya, para lulusan sarjana Psikologi di Indonesia mempunyai banyak kebaikan yang dapat disumbangkan, agar masyarakat Indonesia benar-benar peka terhadap kebutuhan emosi anak," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top