Selasa, 26 Nov 2024, 19:30 WIB

PBB: Satu Perempuan Dibunuh Oleh Pasangan atau Kerabatnya Setiap 10 Menit di Seluruh Dunia

Sekitar 60 persen perempuan yang dibunuh orang pada tahun 2023 meninggal di tangan pasangan atau kerabat mereka.

Foto: Istimewa

WINA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Senin (25/11) memperingatkan satu perempuan dibunuh oleh pasangan atau kerabatnya setiap 10 menit di seluruh dunia pada tahun 2023, seraya menekankan pembunuhan terhadap perempuan masih berada pada tingkat yang sangat tinggi.

Dikutip dari The Straits Times, menurut laporan bersama oleh Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan atau United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dan UN Women, hampir 85.000 wanita dan anak perempuan dibunuh oleh orang lain tahun lalu,  yang diterbitkan pada 25 November.

"Sekitar 60 persen atau lebih dari 51.000 perempuan dan anak perempuan, meninggal di tangan pasangan atau kerabat mereka," bunyi laporan tersebut.

Ini setara dengan 140 wanita terbunuh setiap harinya atau satu wanita setiap 10 menit oleh orang-orang terdekat mereka.

“Rumah tetap menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan dalam hal risiko menjadi korban kekerasan yang mematikan,” kata laporan tersebut.

Meskipun pria memiliki peluang empat kali lebih besar untuk menjadi korban pembunuhan daripada wanita, yang merupakan 80 persen dari seluruh korban pembunuhan pada tahun 2023,mereka lebih sering meninggal di tangan orang asing.

Afrika memiliki jumlah korban paling parah dengan 21.700 wanita dibunuh oleh seseorang yang dekat dengan mereka pada tahun 2023.

Tingkat pembunuhan terhadap perempuan terendah terdapat di Eropa, 2.300 pembunuhan secara keseluruhan, dan Asia.

Meskipun ada upaya di beberapa negara untuk mencegah pembunuhan terhadap perempuan, angka pembunuhan terhadap perempuan masih sangat tinggi karena kesenjangan gender yang mengakar dan stereotip yang merusak.

“Kita harus menghadapi dan menghapuskan bias gender, ketidakseimbangan kekuasaan, dan norma-norma berbahaya yang melanggengkan kekerasan terhadap perempuan,” kata direktur eksekutif UNODC, Ghada Waly, dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut.

Data dari beberapa negara termasuk Prancis menunjukkan pembunuhan terhadap perempuan sering kali merupakan puncak dari episode kekerasan yang berulang dan dapat dicegah dengan tindakan seperti perintah penahanan.

Direktur eksekutif UN Women, Sima Bahous,  mengatakan, undang-undang yang kuat, akuntabilitas pemerintah yang lebih besar, dan peningkatan pendanaan untuk organisasi hak-hak perempuan dan badan-badan kelembagaan diperlukan untuk membendung kekerasan terhadap perempuan.

"Peningkatan pengumpulan data dari berbagai sumber nasional,  termasuk laporan media, dan budaya tanpa toleransi sangat penting dalam menanggulangi pembunuhan terhadap perempuan," katanya.

Laporan ini didasarkan pada data yang tersedia dari 107 negara atau wilayah, dan informasi yang dikumpulkan UNODC dari tanggapan yang diajukan oleh negara-negara anggota.

Peluncurannya bertepatan dengan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: