Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PBB: Indeks Harga Pangan Dunia Turun selama Tujuh Bulan Berturut-turut

Foto : istimewa

Para pekerja mengayak gandum sebelum mengisi karung di halaman pasar Komite Pemasaran Produk Pertanian, di pinggiran Ahmedabad.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Indeks harga dunia yang dikeluarkan Organisasi Pangan dan Pertanian atauFood and Agriculture Organization (FAO) untuk bulan Februari, Jumat (8/3), turun selama tujuh bulan berturut-turut, karena penurunan harga semua jenis sereal utama tidak mampu mengimbangi kenaikan harga gula dan daging.

"Indeks hargayang melacak komoditas pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global, rata-rata mencapai 117,3 poin pada bulan Februari, turun dari revisi 118,2 poin pada bulan sebelumnya," kata FAO.

Dikutip dariThe Straits Times, angka Februari merupakan yang terendah sejak Februari 2021.

Indeks sereal turun 5 persen bulan ke bulan di bulan Februari menjadi 22,3 persen di bawah level tahun lalu berkat ekspektasi panen jagung dalam jumlah besar di Amerika Selatan dan harga kompetitif yang ditawarkan oleh Ukraina.

Harga minyak nabati turun 1,3 persen di bulan Februari dari bulan Januari menjadi 11 persen di bawah harga tahun lalu di tengah prospek melimpahnya pasokan di Amerika Selatan. Harga minyak lobak dan minyak bunga matahari juga turun karena banyaknya ekspor.

Sebaliknya, indeks gula badan PBB tersebut naik 3,2 persen bulan ke bulan di bulan Februari, mencerminkan kekhawatiran yang terus-menerus terhadap output produsen utama Brasil dan perkiraan penurunan produksi di Thailand dan India.

Dalam laporan terpisah mengenai pasokan dan permintaan sereal, FAOmenaikkan perkiraan produksi sereal tahun 2023 sebesar 1,1 persen dari tahun sebelumnya menjadi 2.840 juta metrik ton berkat peningkatan pasokan jagung di Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat.

Menatap tahun 2024, badan PBB tersebut mematok produksi gandum naik 1 persen dari tahun sebelumnya menjadi 797 juta ton berkat cuaca yang baik di Amerika Utara dan eksportir utama Russia, serta di Tiongkok, India, Iran, Pakistan, dan Turki.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top