Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

PBB Dukung Solusi Dua Negara untuk Konflik Israel-Palestina

Foto : RICHARD PIERRIN/AFP

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa dukungannya terhadap solusi dua negara tetap tak berubah, setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan dirinya menentang negara Palestina.

"Dukungan Sekretaris Jenderal terhadap solusi dua negara tidak berubah," kata juru bicara Stephane Dujarric kepada wartawan tentang sikap Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengenai masalah tersebut, Kamis (18/1).

"Dia percaya bahwa di tengah tragedi yang terjadi di Gaza, kita harus menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengembalikan segala sesuatunya ke jalur yang benar sehingga aspirasi, harapan, dan keprihatinan yang sah dari rakyat Israel dan rakyat Palestina dapat terpenuhi, dan pada akhirnya dua sisi hidup berdampingan," kata Dujarric, menambahkan.

Seperti dikutip dari Antara, Netanyahu mengatakan dia telah memberitahu Amerika Serikat (AS) bahwa dia menentang pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari skenario pascaperang.

Presiden AS, Joe Biden, sebelumnya mengatakan kepada Netanyahu bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, serta menduduki Gaza akan menjadi "kesalahan besar".

Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia melakukan segala upaya untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh kelompok militan Hamas di Gaza, tetapi hal itu tidak berarti mengirimkan militer AS.

Kehilangan Kesabaran

Menurut sebuah laporan, Biden kehilangan kesabaran dengan Netanyahu terkait konflik di Gaza. Mengutip pejabat AS yang mengetahui hal itu, situs berita Axios melaporkan Biden dan pejabat senior Amerika Serikat lain merasa kecewa dengan Netanyahu dan penolakannya untuk mematuhi permintaan pemerintah AS mengenai konflik di Gaza

"Situasinya buruk dan kami terjebak. Kesabaran Presiden mulai habis," sebut Axios mengutip seorang pejabat AS.

Laporan itu juga menyebutkan Biden tidak terlibat dalam percakapan dengan Perdana Menteri Israel itu selama 20 hari terakhir.

Panggilan telepon terakhir antara kedua pria itu, yang berlangsung pada 23 Desember, dapat digambarkan "menegangkan". "Ada rasa frustrasi yang luar biasa," sebut pejabat lain AS kepada Axios.

Di antara permintaan AS kepada Netanyahu adalah pencairan pendapatan pajak Palestina yang ditahan oleh Israel, keengganan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, penolakan Netanyahu terhadap rencana AS agar Otoritas Palestina yang direformasi berperan di Gaza pasca- Hamas, dan pengurangan operasi Israel di Gaza.

Senator Demokrat Chris Van Hollen, yang menurut Axios telah melakukan kontak erat dengan para pejabat AS mengenai konflik tersebut, mengatakan pada setiap saat, Netanyahu telah memberikan isyarat penghinaan kepada Biden. "Mereka memohon kepada koalisi Netanyahu, namun ditolak berulang kali," kata senator tersebut kepada Axios.

Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan operasi militer sampai Israel meraih kemenangan telak melawan para pejuang Hamas Palestina, meskipun banyak analis menilai itu adalah hal mustahil.

Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas, yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 korban.

Sekitar 25.000 warga Palestina telah terbunuh akibat serangan Israel, sementara 62.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top