Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pidato Paus I Tanpa Kemandirian Pangan dan Energi, RI Hanya Konsumen di Pasar Global

Paus Fransiskus Tekankan Pentingnya Wujudkan Keadilan Sosial yang Tertulis dalam Pembukaan UUD 45

Foto : VATI CAN MEDIA/AFP

Paus Fransiskus bertemu presiden Joko wi I Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Pemimpin Takhta Suci Vatikan Sri Paus Fransiskus sebelum melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9). Pertemuan tersebut membahas hubungan bilateral Indonesia dan Vatikan sekaligus membahas isu-isu global, khususnya perdamaian dunia.

A   A   A   Pengaturan Font

Secara terpisah, pengamat ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan pidato Paus Fransiskus sebagai pengingat penting bagi kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Menurutnya, industri Indonesia jauh dari semangat keadilan sosial yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Aditya menyebutkan bahwa kebergantungan Indonesia pada industri padat karya yang mudah terguncang oleh persaingan global menunjukkan betapa rentannya struktur ekonomi nasional.

"Industri padat karya seperti tekstil dan sepatu yang mendominasi perekonomian kita sangat rentan terhadap tekanan global, terutama dari negara-negara yang mampu memproduksi dengan biaya lebih murah," jelas Aditya. Ia menambahkan bahwa industri seperti itu mudah tergantikan oleh otomatisasi, yang bertentangan dengan semangat keadilan sosial yang menginginkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dia juga menggarisbawahi pentingnya pembangunan brainware atau sumber daya manusia berkualitas, sesuatu yang dinilai oleh Paus Fransiskus sebagai aspek krusial dalam tatanan dunia internasional yang berkeadilan. "Sayangnya, brainware kita masih sangat tertinggal. Banyak perusahaan teknologi yang masuk ke Indonesia mengeluhkan rendahnya kesiapan tenaga kerja kita. Ini berbanding terbalik dengan Singapura yang kecil, namun unggul karena mengutamakan brainware," kata Aditya.

Maka tidak heran jika GoTo dan Shopee dimiliki asing. "Asing tidak punya pasar. Berarti kita hanya menjadi konsumen," katanya. Apalagi dunia sekarang memasuki era artificial intelligence (AI) yang sangat berbahaya karena tidak memakai nurani. Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang Frederik M Gasa mengatakan, segala persoalan di tanah air yang menyangkut hal-hal fundamental seperti keadilan sosial, tidak bisa ditutup-tutupi.

"Kita tidak bisa menutup mata. Banyak rakyat kita yang tidak bisa menabung. Kalau toh bisa, sebagian besar saldo tabungannya di bawah 10 juta rupiah. Mau hidup dari mana dengan tabungan sebesar itu. Gizi anaknya terpenuhi darimana. Akhirnya IQ rata-rata rakyat Indonesia sama dengan Timor Leste, terendah di Asia Tenggara," katanya. Peneliti Pusat Riset Pengabdian Masyarakat (PRPM) Institut Shanti Bhuana, Bengkayang Kalimantan Barat, Siprianus Jewarut mengatakan, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah banyak yang tidak bermuara pada keadilan sosial.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top