Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

Paus Fransiskus: Konflik Israel-Hamas Telah Melampaui Perang

Foto : ANDREAS SOLARO / AFP

Paus Fransiskus berbicara pada audiensi umum mingguan di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Rabu (22/11).

A   A   A   Pengaturan Font

VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, pada Rabu (22/11), bertemu secara terpisah dengan kerabat sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dan warga Palestina yang memiliki keluarga di Gaza. Dia mengatakan konflik tersebut telah melampaui perang dan menjadi "terorisme".

Dikutip dari Channel News Asia (CNA), berbicara dalam sambutan tanpa naskah pada audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, tak lama setelah pertemuan di kediamannya, Paus Fransiskus mengatakan mendengar langsung bagaimana kedua belah pihak menderita dalam konflik tersebut. "Inilah dampak perang. Tapi di sini kita sudah melampaui perang. Ini bukan perang. Ini terorisme," katanya.

Ia meminta doa agar kedua belah pihak tidak terus-terusan terbawa hawa nafsu, yang pada akhirnya membunuh semua orang.

Duta Besar Israel untuk Vatikan, Raphael Schutz, mengatakan dia tidak ingin merujuk langsung pada apa yang dikatakan Paus.

"Ada perbedaan sederhana, satu pihak membunuh, memperkosa, dan tidak peduli dengan pihak mereka sendiri. Pihak lain sedang berperang untuk membela diri," ungkapnya.

Schutz berbicara pada konferensi pers dengan keluarga Israel yang telah bertemu Paus. Sebagian besar mengatakan, mereka tidak mengetahui komentar Paus karena hal itu terjadi setelah pertemuan tersebut.

Pertemuan dan komentar Paus terjadi beberapa jam setelah Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata di Gaza, setidaknya selama empat hari untuk mengizinkan masuknya bantuan dan membebaskan 50 sandera yang ditangkap Hamas dan 150 warga Palestina yang dipenjara di Israel.

Paling Berbahaya

Sementara itu, Badan Anak-anak PBB, United Nations Children's Fund (Unicef), pada Rabu (22/11), mengatakan Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

Dikutip dari The Straits Times, Direktur Eksekutif Unicef, Catherine Russell, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa lebih dari 5.300 anak-anak Palestina dilaporkan telah terbunuh sejak 7 Oktober, ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Israel memfokuskan pembalasannya terhadap Hamas di Gaza, wilayah berpenduduk 2,3 juta orang. Dampak sebenarnya dari perang terbaru di Palestina dan Israel ini akan diukur dari kehidupan anak-anak, mereka yang hilang akibat kekerasan dan mereka yang selamanya berubah karenanya.

"Tanpa adanya penghentian pertempuran dan akses kemanusiaan penuh, kerugian yang ditimbulkan akan terus meningkat secara eksponensial," kata Russell, yang pekan lalu mengunjungi Gaza, dalam sebuah pengarahan dewan mengenai perempuan dan anak-anak di sana.

"Di Gaza, dampak kekerasan yang dilakukan terhadap anak-anak sangatlah besar, tidak pandang bulu, dan tidak proporsional".

"Perempuan di Gaza mengatakan kepada kami bahwa mereka berdoa untuk perdamaian. Namun jika perdamaian tidak tercapai, mereka berdoa agar segera meninggal, dalam tidur mereka, sambil menggendong anak-anak mereka. Kita semua seharusnya merasa malu karena ibu mana pun, di mana pun, mempunyai doa seperti itu," kata Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, kepada dewan yang beranggotakan 15 orang itu.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menuduh Hamas mengeksploitasi anak-anak di Gaza selama bertahun-tahun dan mengulangi kritik lama bahwa PBB bias terhadap Israel. "Jangan salah, segera setelah jeda berakhir, kami akan terus berjuang mencapai tujuan kami dengan kekuatan penuh," katanya.

"Kami tidak akan berhenti sampai kami menghilangkan semua kemampuan teror Hamas dan memastikan mereka tidak dapat lagi memerintah Gaza dan mengancam warga sipil Israel serta perempuan dan anak-anak di Gaza".

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik perjanjian gencatan senjata sebagai sebuah langkah penting ke arah yang benar, tetapi masih banyak yang harus dilakukan untuk mengakhiri penderitaan ini.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top