Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pasar Waspada Jelang Data Inflasi AS Membuat Nilai Saham Asia Jatuh, Dolar Malah Menguat

Foto : ANTARA/REUTERS/Bobby Yip

Seorang pejalan kaki melihat layar pergerakan perdagangan saham Indeks Hang Seng di Hong Kong, Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

HONG KONG - Saham-saham Asia turun dan dolar AS menguat pada Selasa (12/4) pagi, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak ke level tertinggi tiga tahun menjelang data inflasi AS yang dapat menandakan kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan kerugian ringan.

Saham Australia juga melemah 0,65 persen, sedangkan indeks saham Nikkei Jepang tergelincir 1,5 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi mendukung dolar, dengan indeks mata uang AS terhadap enam rekannya bergerak kembali di atas 100 untuk menguji level tertinggi hampir dua tahun minggu lalu.

Mata uang Jepang menanggung beban kerugian terbesar terhadapgreenback, yang naik menjadi 125,77 yen semalam, tertinggi sejak Juni 2015.

Yen telah berada di bawah tekanan selama beberapa bulan terakhir karena bank sentral Jepang (BOJ) telah berkomitmen untuk kebijakan yang sangat longgar bahkan ketika banyak bank sentral utama lainnya, yang dipimpin oleh The Fed, telah memulai pengetatan kondisi moneter.

Euro diterpa politik, tidak mampu mempertahankan keuntungan dari reli pada Senin (11/4) setelah pemimpin Prancis Emmanuel Macron mengalahkan penantang sayap kanan Marine Le Pen dalam putaran pertama pemilihan presiden.Euro terakhir stabil di 1,087 dolar.

"Saham AS jatuh pada Senin (11/4) karena investor semakin khawatir tingkat tertinggi tiga tahun dalam imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun akan mulai memperlambat ekonomi, dan melihat ke depan ke musim laporan keuangan yang akan datang untuk tanda-tanda apakah dampak inflasi terhadap perusahaan," tulis analis riset Ord Minnett kepada klien pada Selasa.

Pasar Tiongkok menguat karena tanda-tanda muncul bahwa beberapa pembatasan ketat mulai mereda di seluruh ibu kota keuangan negara itu.

Pasar dunia telah terpukul keras dalam beberapa bulan terakhir di tengah kekhawatiran perang Ukraina, pengetatan Fed dan pembatasan Covid-19 baru yang keras dari Tiongkok dapat menghambat pertumbuhan global.

Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) naik 0,6 persen di awal perdagangan, sementara indeks saham unggulan Tiongkok CSI300 naik 0,4 persen.

Saham teknologi membebani Wall Street selama sesi Senin (11/4), sehingga indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 1,19 persen, S&P 500 kehilangan 1,69 persen dan Komposit Nasdaq kehilangan 2,18 persen. Semua 11 sektor S&P 500 turun.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) AS pada Selasa akan mencatat kenaikan 8,4 persen tahun-ke-tahun pada Maret.

Ekonom NatWest Markets telah memperkirakan lonjakan 1,1 persen bulan ke bulan dalam angka inflasi utama yang akan menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2008.

"Kami cukuphawkishdalam hal kenaikan suku bunga AS dan kami pikir itu bukan hanya jumlah pengetatan tetapi kecepatan yang akan berdampak pada investor," Elizabeth Tian, ??direktur derivatif ekuitas Citigroup di Sydney mengatakan kepada Reuters.

"Pasar ekuitas telah sangat tangguh dan cukup santai dibandingkan dengan pasar pendapatan tetap, tetapi kami memperkirakan pada pertemuan Fed Mei akan ada semacam pengumuman dalam hal pengurangan pelonggaran kuantitatif dan saat itulah kita bisa melihat volatilitas muncul di pasar saham."

"Pertanyaannya adalah bagaimana reaksi pasar terhadap kecepatan kenaikan suku bunga yang bisa kita lihat."

Di awal sesi Asia, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,8107 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,782 persen pada Senin (11/4).

Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,5242 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,508 persen.

Minyak mentah AS naik 0,85 persen menjadi 95,09 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik menjadi 99,18 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih rendah. Emas spot diperdagangkan pada 1951,45 dolar AS per ounce.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top