Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rencana Brexit I RUU Penundaan Brexit Diloloskan dengan Selisih Amat Tipis

Parlemen Setuju Tunda Waktu

Foto : AFP/MARK DUFFY/UK PARLIAMENT

RUU Brexit l Mantan Menteri Tenaga Kerja yang juga anggota parlemen dari Partai Buruh Inggris, Yvette Cooper, saat berpidato di sesi debat parlemen yang membahas RUU Penundaan Brexit di Gedung Parlemen, London, Rabu (3/4). Usulan RUU yang digagas Cooper diajukan demi menghindari terjadinya skenario Brexit tanpa kesepakatan (no deal) pada 12 April nanti.

A   A   A   Pengaturan Font

Inggris akan meminta penundaan waktu proses Brexit pada UE setelah RUU penundaan disetujui Majelis Rendah Parlemen perolehan 313 suara berbanding 312 suara, pada Rabu (3/4).

LONDON - Rancangan Undang-Undang (RUU) Penundaan Brexit yang diajukan mantan Menteri Tenaga Kerja yang juga anggota parlemen Partai Buruh, Yvette Cooper, disetujui Majelis Rendah Parlemen Inggris dengan selisih amat tipis, 313 suara berbanding 312 suara, pada Rabu (3/4).

Dengan begitu RUU itu akan memaksa Perdana Menteri Inggris, Theresa May, untuk membahas Pasal 50 sebagai landasan hukum Inggris untuk mengundurkan diri sebagai anggota agar dapat meminta perpanjangan proses keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) demi menghindari terjadinya skenario tanpa kesepakatan (no deal) pada 12 April nanti.

RUU yang diajukan oleh Yvette Cooper itu berhasil mendapatkan persetujuan dalam semua tahapan di Majelis Rendah dalam waktu kurang dari enam jam. Saat ini RUU tersebut harus lolos di majelis yang lebih tinggi di parlemen. Jika tak ada aral melintang, RUU itu bisa dibahas oleh Majelis Tinggi Parlemen paling cepat pada Kamis (4/4).

Dalam penjelasannya, Cooper mengatakan RUU itu diperlukan untuk menetapkan proses yang jelas tentang bagaimana keputusan akan diambil selama perpanjangan proses Brexit. RUU itu mengharuskan May untuk mendapatkan persetujuan parlemen untuk perincian penundaan dan memungkinkan anggota parlemen untuk mengusulkan perpanjangan waktu yang berbeda.

"Mungkin yang terpenting itu akan menunjukkan dukungan parlemen Uni Eropa (UE) untuk apa yang diminta oleh perdana menteri," kata Cooper kepada parlemen saat sesi debat mengenai RUU tersebut.

Sebelumnya PM May pada Selasa (2/4) lalu, menyatakan akan mengupayakan perpanjangan singkat untuk Brexit setelah 12 April. May pun mengatakan akan berkompromi agar bisa bekerja sama dengan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, untuk mendapatkan persetujuan Brexit yang telah tiga kali ditolak oleh parlemen.

Diskusi antara kedua May dan Corbyn digambarkan "konstruktif", walau diskusi itu sempat dikritik oleh anggota parlemen di kedua partai. "Kami telah melakukan diskusi eksplorasi konstruktif tentang cara memecahkan kebuntuan Brexit," kata juru bicara dari Partai Buruh. "Kami telah menyetujui program kerja antara tim kami untuk mengeksplorasi ruang lingkup untuk kesepakatan," imbuh dia.

Bujuk UE

Penundaan lebih lanjut bagi Brexit akan membutuhkan persetujuan dengan suara bulat dari para pemimpin Uni Eropa (UE). Sementara untuk menghindari no deal Brexit pada 12 April, PM May harus membujuk para pemimpin UE menghadiri rapat pada Rabu (10/4) pekan depan dengan strategi yang logis untuk memenangkan persetujuan di parlemen.

Sejauh ini UE menyatakan akan terbuka untuk penundaan, tetapi kemungkinan akan menjadi penundaan yang lama, mengharuskan Inggris untuk mengambil bagian dalam pemilihan ke Parlemen Eropa pada 23 Mei, padahal langkah itu ditentang keras oleh PM May.

Jika Inggris tidak juga memutuskan sikap, maka mereka kemungkinan besar akan meninggalkan UE tanpa kesepakatan dan bisa berdampak buruk terhadap sistem perekonomian kawasan dan Inggris. ang/BBC/AFP/CNBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top