Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Nusa Tenggara Timur

Pantai Koka dan Pulau Pangabatan, Dua Destinasi Unik di Sikka

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kabupaten Sikka memiliki kekayaan bahari yang sangat menarik. Pantai Koka yang terbagi dua serta Pulau Pangabatan yang terbentuk dari peristiwa tsunami 1992, menawarkan keindahan serta keunikan tersendiri.

Kabupaten Sikka di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Ibu Kota Maumere, memiliki kekayaan wisata bahari yang menarik untuk didatangi. Dengan luas mencapai mencapai 7.553,24 kilometer persegi dan dihuni hanya 321,953 jiwa menurut sensus 2020, tempat ini menawarkan ketenangan.

Dari luas keseluruhan Kabupaten Sikka itu 1.614,80 kilometer persegi berupa daratan dan 117,11 kilometer persegi berupa pulau-pulau kecil. Sedangkan luas lautannya sendiri mencapai 5.821,33 kilometer persegi. Itulah mengapa kekayaan bahari cukup menarik di samping wisata pegunungan.

Pulau-pulau untuk wisata bahari di Sikka berada di sebelah utara yaitu di Laut Flores. Ombak di pantai wilayah ini cukup tenang dibandingkan dengan pantai selatan Sikka yang menghadap Laut Sawu yang tinggi.

Sementara pantai andalan di Sikka selatan adalah Pantai Koka. Pantai ini berada di Desa Wolowiro, Kecamatan Paga. Dinamakan demikian karena di seberang pantai ini berdiri kokoh sebuah pulau karang dengan nama Koka yang kokoh diterjang gelombang Laut Sawu.

Pantai Koka cukup unik karena terbagi dua oleh tanjung atau daratan berupa yang menjorok ke laut. Tanjung ini berupa kombinasi pasir putih dan bukit karang yang menjulang tinggi. Karang ini bisa dipanjat dengan akses anak tangga untuk mendapatkan pemandangan sekitar secara utuh.

Sedangkan di sisi kanan dan kiri tanjung ini membentuk pantai dengan formasi setengah lingkaran. Di sisi barat, bentangan pantai berpasir krem sepanjang sekitar 150 meter, sementara di sisi timur bentangan pasir putih dengan panjang sekitar 100 meter.

Di sekeliling pantai berupa tebing yang mengitari Pantai Koka, dengan dua bukit hijau. Dua bukit kecil hijau yang berada di sebelah timur dinamakan Bukit Ndate Sare, sedangkan yang ada di sebelah barat bernama Bukit Rodja.

Untuk menuju Pantai Koka cukup mudah. Dari jalan Trans Flores di desa itu akan dijumpai petunjuk arah ke pantai itu. Dari titik ini perjalanan dilanjutkan melalui jalan sempit melalui hutan dan perkebunan warga berupa tanaman kakao yang menjadi teman perjalanan sekaligus menjadi peneduh.

Jalannya masih cukup terjal berupa tanah dan batu. Dari kondisi ini terlihat bahwa pantai ini belum digarap secara serius untuk destinasi wisata. Maka tidak heran tidak banyak pengunjung yang datang ke Pantai Koka terutama pada hari biasa. Ditambah jaraknya yang mencapai 48,7 kilometer dalam waktu tempuh 1,22 menit dari Maumere, membuat orang semakin enggan.

Namun bagi penyuka kesunyian atau orang-orang kota yang jarang melihat pantai, inilah surga dunia yang sesungguhnya. Di tempat sepi ini kita seperti memiliki pantai pribadi karena jarang orang yang datang. Bagi orang lokal mungkin sudah bosan sehingga dianggap tidak istimewa. Apalagi mereka juga hidup di sepanjang pantai lainnya di Trans Flores selatan.

Di Pantai Koka terdapat banyak ular laut dengan kombinasi warnah putih dan hitam. Beruntungnya ular laut di sini tidak berbahaya seperti di tempat lain. Itulah mengapa masyarakat tidak memusuhi keberadaan mereka.

Ciri khas dari kawasan Pantai Koka memiliki tebing yang mengitari Pantai Koka sangat luas dan berlatar dua bukit hijau. Dua bukit kecil hijau ini bernama Bukit Ndate sare yang ada di bagian timur pantai dan Bukit Rodja pada bagian barat. Ketinggian keduanya sekitar 100 meter.

Tidak jauh dari bibir Pantai Koka ada sebuah batu besar menyerupai kuda. Namanya Watu Jara yang artinya Batu Kuda. Bagian kepalanya terbenam air, sementara bagian ekor tertimbun pasir. Wisatawan umumnya memanfaatkan objek ini untuk berfoto.

Ombak di Pantai Koka sebagian pecah terbentur batu karang sebelum mencapai bibir pantai. Oleh karenanya beberapa titiknya dapat digunakan untuk berenang dansnorkelingmeski harus berhati-hati. Pemandangan bawah lautnya pun sangat menakjubkan dengan visibilitas yang sangat baik.

Di bagian tanjung yang membelah Pantai Koka menjadi dua juga terdapat bukit. Untuk mencapai puncaknya tersedia tangga. Untuk naik ke hingga puncaknya dikenakan biaya 5.000 rupiah. Sedangkan untuk masuk ke pantai ini dikenakan tiket 10.000 rupiah. Ongkos parkir sepeda motor sebesar 5.000 rupiah.

Wisatawan tidak perlu khawatir jika merasa haus atau lapar. Warung sederhana dan kecil menyiapkan menu sederhana yang ramah di kantong. Umumnya menyediakan kelapa muda, kopi, teh, pisang goreng, jagung muda, atau aneka makanan ringan.

Ada pula sejumlah gazebo sederhana yang dibuat oleh warga. Gazebo ini bisa kita gunakan untuk berteduh atau bersantai. Namun di tempat ini belum tersedia penginapan. Oleh karenanya harus cepat kembali agar tidak kemalaman tanpa tempat penginapan.

Pemandangan Bawah Laut

Kabupaten Sikka seperti disebut sebelumnya memiliki beberapa pulau kecil. Pulau-pulau dimaksud antara lain Nusa Kokasa, Nusa Kurasa, Pulau Babi, Pulau Batumandi, Pulau Besar, Pulau Dambilah, Pulau Koja, Pulau Kolisia, Pulau Kondoh, Pulau Palue, Pulau Pangabatang, dan masih banyak lagi.

Namun dari sekian pulau yang ada hanya Pulau Pangabatang yang saat ini paling menjadi favorit untuk dikunjungi, padahal luas pulaunya hanya sekitar 3 hektare saja. Jarak dari Maumere sekitar 31,6 kilometer. Wisatawan dapat menjangkau pulau ini dari dari Pelabuhan Lorens Say di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok. Setelah menempuh perjalanan 60 menit atau 45 menit, maka akan sampai di pulau tersebut.

Pulau Pangabatang, meski kecil, banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan untuk menikmati keindahannya. Mulai dari pesona pasir putih, air berwarna emerald jernih, serta keindahan bawah lautnya yang membius. Di sini pengunjung dapat menikmati beberapa macam aktivitas bersama rombongan.

Pulau Pangabatang memiliki pesona pantai yang menakjubkan. Lautnya bersih, biru dan jernih membuat biota laut hidup berkelimpahan. Bagi wisatawan yang menyukaisnorkeling, bisa puas melihat beraneka ragam ikan cantik di sela-sela karang indah.

Terbentuknya Pulau Pangabatang tidak lepas dari peristiwa tsunami yang melanda Pulau Flores bagian tengah dan timur pada 12 Desember 1992. Sebelum peristiwa dahsyat itu yang menyebabkan 1.895 jiwa tewas, pulai ini merupakan bagian dari kawasan Teluk Maumere. Gempa bumi yang kuat menciptakan tsunami, sekaligus menghancurkan terumbu karang yang ada di pulau-pulau di utara Maumere.

Setelah 30 tahun berlalu, keindahan bawah laut Pulau Pangabatang kembali pulih dan kembali menjadi rumah bagi biota laut. Sekarang di sekeliling pulau ini menjadispot divingdansnorkelingyang diminati pemburu pemandangan bawah laut.

Biota laut yang hidup di perairan ini cukup beragam. Bahkan karang meja besar, karang lunak dan karang kecil berlimpah. Saat beruntung ada peluang bagus untuk melihat pari elang (Myliobatis aquila) atau hiu.

Pari elang adalah dapat ditemukan dari pantai hingga kedalaman 500 meter di dalam laut di perairan tropis dengan dengan suhunya hangat. Ciri tubuhnya memiliki bintik putih serta ekor yang sangat panjang dan tirai hidung memanjang yang tumpang tindih mulut yang membuat kepala tampaknya seperti paruh burung.

Lantaran memiliki pemandangan bawah laut, pada 2016 lalu, Pulau Pangabatang menjadi lokasi bagi berlangsungnya fotografi bawah laut internasional pada Festival Teluk Maumere 2016. Lomba foto bawah laut ini diikuti oleh 30 peserta baik dalam maupun luar negeri. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top