Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pameran Arsitektur Arch:ID Usung Tema Toleransi

Foto : istimewa

arch:id

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - ARCH:ID, ajang konferensi dan pameran terkait arsitektur yang diadakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) di ICE, BSD, Tangerang secara resmi dibuka pada Kamis (22/2). Dalam acara yang berlangsung antara 22 hingga 25 Februari dihadiri oleh para arsitek termasuk perwakilan dari ikatan arsitek Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, dan Korea Selatan

Ketua Umum IAI, Georgius Budi, menjelaskan dalam edisinya kali ini ARCH:ID yang digelar untuk kali keempat mengambil tema Penempatan: Toleransi (Placemaking: Tolerance). Melalui isu ini diharapkan dapat mengangkat peran arsitektur sebagai jembatan untuk membangun harmonisasi hubungan antar-manusia, pengembangan kota, pelestarian alam, yang diintegrasikan dengan teknologi.

Georgius berharap, ARCH:ID kali ini dapat menjadi ruang bagi para pemangku kepentingan. Khususnya di subsektor arsitektur untuk berbagi gagasan,pengalaman serta membangun jejaring. Dan menjadi ruang dimana pemangku kepentingan arsitektur Indonesia dari hulu ke hilir, bersama-sama membangun arsitektur sebagai bagian dari peradaban.

"Arsitektur itu adalah komponen dalam menggagas peradaban. Jadi peradaban yang tercipta itu juga terlihat dari seperti apa arsiteknya. Yang membedakan dari ICH:ID tahun ini pertama dari sisi volume yangmenggunakan 2 hall adalah. Begitu juga dari jumlah peserta yang ikut tahun ini mencapai 150exhibitor," ungkapnya melalui siaran pers, Jumat (23/2).

Dalam ARCH:ID 2024, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf berkesempatan menghadirkan instalasi arsitektur yang bertemakan kelokalan. Material yang digunakan berwarna alami yang itu mengambil dari unsur kayu.

Benang merah dari arsitektur ini adalah bentuk atap tradisional Indonesia yang kemudian dieksplorasi menjadi bentuk yang unik dan berbeda. Instalasi tersebut adalah hasil dari para peserta yang mengikuti program "Workshop Kolaborasi Arsitektur" Kemenparekraf pada 2023.

Alvin Lim ADJ Architektur dari Malaysia, mengatakan pameran ini adalah suatu bukti arsitek di Indonesia sangat berkembang. Mereka berinovasi dalam hal material dalam menciptakan karya untuk ditawarkan kepada dunia industri.

"Harapan saya dengan adanya ARCH:ID, dunia arsitektur di Indonesia bisa lebih berkembang, lebih besar dan lebih banyak arsitek arsitek dari Indonesia yang akan datang untuk menggelar pameran ini," tuturnya.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Kabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo membuka ARCH:ID 2024, yang merupakan pameran dan konferensi arsitektur terbesar dan paling bergengsi di Indonesia yangdiselenggarakan oleh IAI.

"Saya mengapresiasi inisiasi IAI yang bekerjasama dengan PT. CIS Exhibition, yang telah konsisten menyelenggarakanevent tahunan ARCH:ID. Kita berharap ini menjadi sebuah wadah yang baik untuk semua pemangku kepentingan. Dan jika kita bisa sama-sama memajukan industri arsitektur,sama halnya dengan kita memajukan ekonomi kreatif," kata Angela.

Menurut Angela, arsitektur sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif Indonesia memiliki kaitan erat dengan pariwisata. Apabila sektor pariwisata berkembang, maka ekonomi kreatif juga turut berkembang. Pemerintah melihat industri arsitektur ke depan sangat prospektif dan positif. Karena didukung juga oleh investasi pariwisata di Indonesia, yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Pada tahun 2023, tercatat investasi pariwisata di Indonesia mencapai lebih dari 45 triliun rupiah. Kita harapkan gambaran ini bisa mendorong industri arsitektur. Karena kita melihat ada tren ke depan bahwa arsitektur sebagai daya tarik pariwisata," lanjutnya.

Potensi alam dan budaya lokal lanjut Angela, yang ditunjang dengan kehadiran arsitektur dan desain interior yang memberikan kenyamanan dan nilai karya seni, pada akomodasi pariwisata. Beberapa contohnya adalah untuk diterapkan pada hotel, vila, hingga restoran, tentu akan menjadi magnet bagi wisatawan.

"Jadi bukan hanya sekadar gedung. Melainkan melalui bangunan-bangunan tersebut muncul suatu esensi budaya yang ditonjolkan, atau bahkan keunikan tiap daerah tergantung dimana bangunan itu didirikan. Tentu ini akan menjadistory tellingyang kuat," terangnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top