Pakar: Transisi Energi di Indonesia Perlu Belajar dari Afrika Selatan
Tangkapan Layar - Penasihat Kebijakan Internasional Institute of Sustainable Development (IISD) Afrika Selatan Richard Halsey pada diskusi tentang skema JETP untuk transisi energi batu bara menuju energi terbarukan di Indonesia, diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin (31/7/2023).
Jakarta - Penasihat Kebijakan Internasional Institute of Sustainable Development (IISD) Afrika Selatan Richard Halsey menyatakan Indonesia perlu belajar dari Afrika Selatan terkait transisi energi batu bara menuju energi terbarukan.
"Indonesia perlu memiliki dokumen rencana implementasi yang komprehensif dan transparan, karena di Afrika Selatan, kebijakan transisi energi batu bara tidak melibatkan para komunitas dan masyarakat, dan pemerintah meskipun sudah membuat dokumen investasitetapi tidak ada dokumen implementasi yang jelas dan terbuka," kata Richard pada diskusi daringdi Jakarta, Senin.
IISD menyelenggarakan diskusi peluncuran ikhtisar kebijakan pendanaan transisi energi berkelanjutan atau Just Energy Transition Partnership (JETP)yakni mekanisme pembiayaan yang mendukung transisi energi negara berkembang yang selama ini memiliki ketergantungan tinggi terhadap batu bara dan bahan bakar fosil, menuju emisi rendah karbon.
"Dampak dari tidak jelasnya dokumen rencana implementasi yang terbuka itu, membuat Afrika Selatan hanya mendapatkan komitmen pendanaan iklim dari JETP sebesar 8,6 persen atau 8,5 miliar dolar AS dari total kebutuhan 98,7 miliar dolar AS. Jadi, Indonesia harus belajar dari ini, karena akan sia-sia kalau kita hanya punya rencana investasi saja, tetapi tidak ada rencana untuk merealisasikannya," ujar Halsey.
Ia menekankan pentingnya melibatkan para pekerja dan komunitas di sektor batu bara yang nantinya akan terdampak kebijakan transisi energi terbarukan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya