Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pakar: Risiko Konflik di LTS Semakin Besar

Foto : US Navy

Armada AS - Sebuah jet tempur F/A-18E Super Hornet milik Angkatan Laut AS, sedang mendarat di kapal induk USS Ronald Reagan saat armada AS menggelar latihan militer di LTS pada 6 Juli lalu. Sejumlah pakar mengkhawatirkan risiko konflik di LTS semakin besar seiring meningkatnya kegiatan latihan militer dari negara-negara kekuatan dunia.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Risiko Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin terjebak dalam konflik di Laut Tiongkok Selatan (LTS) semakin meningkat seiring kegiatan latihan militer mereka kedua negara, serta sikap keras berbagai negara untuk menunjukkan kehadiran di titik panas regional utama Asia Pasifik ini.

Tiongkok yang semakin tegas telah mengirimkan kapal survei di perairan yang disengketakan negara-negara penuntut lain yang ingin mengeksplorasi minyak. Negara itu telah berulang kali mengerahkan kapal penjaga pantai dan kapal nelayan yang dipersenjatai. Puncak dari semua itu terjadi pada awal Juli ketika Angkatan Laut Tiongkok menggelar latihan di dekat Kepulauan Paracel, yang memicu protes dari Vietnam dan Filipina.

Jika unjuk kekuatan Tiongkok dimaksudkan untuk menguji Washington DC, maka tampaknya niat itu menjadi bumerang karena AS dan sekutunya akan mendorong Tiongkok mundur. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, dalam sepekan terakhir AS mengirim dua kapal induk ke LTS untuk latihan yang tak jauh dari latihan Tiongkok di Paracel. Kelompok-kelompok kapal induk itu berlatih bersama dengan Angkatan Laut Jepang, sementara Jepang dan Australia telah meluncurkan strategi pertahanan baru dalam beberapa pekan terakhir yang menyoroti kekhawatiran atas agresivitas Tiongkok.

Terlepas dari meningkatnya ketegangan dalam hubungan AS-Tiongkok, diberlakukannya undang-undang keamanan Hong Kong, sanksi pejabat Tiongkok atas kekejaman di Xinjiang, atau perselisihan perdagangan, pengamat dari RAND Corporation Andrew Scobell mengatakan, baik AS maupun Tiongkok cenderung menganggap risiko konflik di LTS rendah, dan itu menghadirkan bahaya bagi mereka sendiri.

"Itu membuat saya khawatir karena itu memberi kedua belah pihak perasaan bahwa mereka dapat melakukan sesuatu tanpa khawatir tentang potensi eskalasi," kata Scobell yang juga adalah pakar di Marine Corps University.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top