Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Wujudkan Kemandirian untuk Bidang Strategis

Pacu Produktivitas agar Indonesia Jadi Negara Besar

Foto : koran jakarta /ones
A   A   A   Pengaturan Font

>>Produktivitas hampir semua produk pertanian Indonesia kalah dari negara tetangga.

>>Kerja sama antarkementerian mesti diperkuat, jangan semua berjalan sendiri-sendiri.

JAKARTA - Sejumlah kalangan mengemukakan Indonesia bisa menjadi negara besar, apabila pemerintah fokus memacu produktivitas nasional guna mendukung kemandirian di sektor strategis, seperti pangan dan energi. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga mampu bersaing di pasar global.

Guru Besar Pertanian UGM, Masyhuri, menegaskan kerja keras dan cerdas menuju produktivitas tinggi harus menjadi nilai utama seluruh warga negara agar Indonesia bisa jaya. Indonesia memiliki penduduk besar, dan saat ini sudah termasuk dalam negara 20 besar dunia.

Makanya, jika mampu menggandakan produktivitas maka Indonesia bisa masuk dalam 10 besar dunia. "Rumusnya sederhana produktivitas dikalikan dua kita pasti jaya. Untuk menuju itu, iklim politik dalam negeri mesti kondusif, menghindari kegaduhan," ujar dia, ketika dihubungi, Selasa (10/4).

Menurut dia, kenaikan produktivitas mesti menjadi prioritas pemerintah karena Indonesia terlihat masih kalah dengan negara tetangga pada hampir semua komoditas pertanian. Contohnya padi, Indonesia kalah dengan Vietnam.

Jagung kalah dengan Thailand. Masyhuri menilai kementerian penanggung jawab produktivitas pertanian sebenarnya juga telah bekerja keras, tapi pencapaian swasembada belum sesuai harapan. Ini mengindikasikan bahwa kinerjanya mesti terus ditingkatkan.

Dia menambahkan kerja keras dan cerdas juga mesti dibarengi dengan kemampuan kerja sama antarbidang. Di bidang pertanian, Kementan tidak bisa kerja sendiri tanpa bantuan Kementerian PUPR.

Begitu juga dengan Kemendag yang baru saja disemprit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena kelalaiannya dalam menentukan kuota dan waktu impor. "Kerja sama kita lemah. Ini PR besar kita dari dulu nggak ada jalan keluar.

Semua jalan sendiri-sendiri. Kalau begini terus, susah kita akan maju," kata Masyhuri. Meski begitu, lanjut dia, optimisme harus terus digalakkan karena sesungguhnya Indonesia tinggal butuh sebuah contoh kecil yang bisa menggerakkan energi bangsa.

"Kalau elite benar-benar kerja, tidak korup, antarkementerian bisa kerja sama, rakyat pasti akan mengikuti," tukas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan berdasarkan penghitungan Bappenas, McKinsey, dan Bank Dunia, Indonesia akan menjadi 10 besar negara dengan ekonomi terkuat pada 2030. Kemudian, pada saat ekonomi negara makin baik, Indonesia akan menjadi lima besar ekonomi terkuat dunia pada 2045.

"Bisa nomor empat nanti kalau kita bekerja keras terus menuju 2045. Kita akan berkejar- kejaran dengan Amerika Serikat, India, dan Tiongkok. Ini yang nanti diperkirakan menjadi ekonomi terkuat, empat besar ekonomi terkuat di dunia," kata Jokowi, Senin (9/4).

Akan tetapi, lanjut Presiden, untuk menjadi negara besar itu tidak mungkin terwujud kalau bermalas-malasan, bermanjamanjaan, atau keinginan instan langsung meloncat menjadi negara yang kuat ekonominya, juga tidak mungkin hal itu terjadi.

Tumbuh dan Merata

Peneliti Perkumpulan Prakarsa, Irvan Tengku Hardja, memaparkan untuk menjadi negara besar dan maju, Indonesia mesti meningkatkan pendapatan per kapita penduduk. Kenaikan pendapatan memerlukan pertumbuhan ekonomi tinggi dan pemerataan yang stabil tinggi.

"Untuk bisa tumbuh dan merata tidak ada cara lain kecuali ekonominya berlandaskan kemandirian nasional terutama di sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak yakni energi dan pangan," jelas dia.

Menurut Irvan, ekonomi Indonesia semestinya memiliki visi jauh ke depan, sehingga kebijakan negara berorientasi kemandirian di masa depan. Misalnya, pangan dan energi, sejak 50 tahun lalu pengelolaannya tidak banyak berkembang.

Sampai saat ini, Indonesia masih sibuk menambang batu bara, padahal negara lain sudah mulai proyek energi terbarukan. Di pangan, kebergantungan pada impor juga semakin tinggi. YK/ahm/WP

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top