Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pacu Investasi melalui Percepatan Hilirisasi Industri

Foto : Istimewa

Kapal logistik

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke Industri berbasis nilai tambah atau hilirisasi perlu terus dilakukan guna mendorong investasi. Transformasi dapat dilakukan pada sektor-sektor prioritas yang memiiki nilai tambah.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan upaya hilirisasi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk sehingga nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

"ALFI mendukung pemerintah supaya program hilirisasi atau transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah itu bisa berjalan sesuau harapan. Intinya kita mesti fokus pada hilirisasi industri tersebut," kata Yukki di Jakarta Rabu (1/12).

Dia menambahkan industri padat karya yang berorientasi ekspor termasuk industri farmasi dan alat kesehatan, elektronik maupun otomotif perlu terus dipacu. Selain itu, menyangkut energi khususnya yang berkaitan dengan energi baru dan terbarukan, infrastruktur dan pertambangan yang memiliki nilai tambah, juga harus terus menerus mendapat perhatian.

Yukki juga mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Investasi/ Badan Kordinasi Penamanam Modal (BKPM) bahwa target investasi pada 2020-2024 mencapai Rp4.983,2 triliun, atau tumbuh 47,3% jika dibandingkan dengan total realisasi pada tahun 2015-2019 mencapai Rp3.381,9 triliun.

"Target itu bisa dicapai jika kita fokus dengan program hilirisasi industri, dan ini sejalan dengan yang dicanangkan Pemerintah dan ALFI juga mengapresiasi upaya Menteri Investasi/ BKPM Bahlil Lahadalia dalam memacu investasi di Indonesia sekaligus dalam rangka percepatan hilirisasi Industri. Berdasarkan data BKPM, imbuhnya, target investasi pada 2021 mencapai Rp900 triliun, dan realisasi sepanjang Januari-September 2021 telah mencapai Rp659 triliun," katanya.

Yukki mengatakan, sepanjang 2008 - 2019, gejolak ekonomi dunia bersumber sumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis-krisis tersebut tak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran (supply and demand). Namun, sejak munculnya Covid-19 yang bersumber dari sektor kesehatan telah melumpuhkan ekonomi karena menekan kinerja sisi supply and demand.

"Kondisi tersebut semakin parah, karena perekonomian dunia belum berpengalaman menangani covid-19," papar Yukki.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan pemerintah optimistis implementasi kebijakan hilirisasi industri akan menjaga kekuatan perekonomian nasional, sehingga tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi harga komoditas dan tidak tergantung pada sumber luar.

Dia menilai, urgensi mempercepat hilirisasi kian terasa dengan hadirnya pandemi Covid-19 yang kini telah mendisrupsi global supply chain.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top