Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Terobosan Medis

Obat Terbaru Persingkat Perawatan Penderita TB

Foto : istimewa

Paula Fujiwara

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Hampir 600.000 orang diwartakan telah terjangkit multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) setiap tahunnya. Penyakit itu sendiri dilaporkan telah membunuh lebih banyak orang daripada penyakit menular lainnya di dunia walaupun obat yang digunakan untuk mengobatinya tidak banyak berubah dalam beberapa dekade.

Menurut sebuah uji klinis di banyak negara yang diungkapkan dalam jurnal medis Amerika Serikat edisi Rabu (13/3) lalu, menyatakan bahwa campuran obat baru bisa mengurangi lamanya perawatan dan pengobatan MDR-TB dari tadinya yang mencapai waktu hampir dua tahun menjadi sembilan hingga 11 bulan dengan efektivitas yang sama.

"Jumlah pil yang harus dikonsumsi oleh pasien MDR-TB dapat dikurangi dari rata-rata 14.000 butir menjadi 3.360 butir selama masa pengobatan," kata Paula Fujiwara, Direktur Ilmiah The Union, sebuah LSM yang mendanai uji STREAM (uji klinis multinegara berskala besar pertama untuk memeriksa aturan pengobatan singkat untuk TB yang resistan terhadap beberapa obat, red), seperti dibeberkan dalam New England Journal of Medicine.

Untuk perawatan penyakit TBC "normal" dapat diobati dengan empat antibiotik selama periode enam bulan. Namun, semakin banyak penggunaan obat standar menyebabkan resisten dan aturan itu membutuhkan hingga dua tahun pengobatan serta bisa memberikan efek samping yang amat serius bagi penggunaan antibiotik.

Obat baru bagi MDR-TB, bedaquiline, telah terbukti efektif dalam mengobati infeksi, namun dampak resistensi antibiotik adalah masalah yang terus berkembang dan membutuhkan beberapa rencana perawatan di garis depan bagi memerangi penyakit.

Efektivitas Sama

Uji klinis baru yang mencakup hampir 400 pasien dari Vietnam, Mongolia, Afrika Selatan dan Ethiopia (semua negara tersebut sangat dipengaruhi oleh penyakit ini), untuk membandingkan efektivitas pengobatan jangka panjang dan terapi yang lebih singkat.

Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama, hampir dua tahun pengobatan memiliki efektivitas 80 persen sementara rencana perawatan yang lebih pendek memiliki efektivitas hampir setara yaitu 79 persen.

Hal itu menunjukkan pasien dapat mengkonsumsi rata-rata hanya 14 pil per hari untuk fase intensif 20 pekan awal dan kemudian 10 pil setiap hari dalam fase 20 pekan kedua (ditambah 16 hingga 20 pekan injeksi lima kali per minggu), akan mendapatkan hasil yang sama dibandingkan dengan mengkonsumsi 20 pil setiap hari selama dua tahun, seperti yang dianjurkan dalam rencana perawatan jangka panjang.

Dengan mengurangi lamanya pengobatan berarti pasien memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menyusun seluruh kehidupannya terutama bagi penderita di negara-negara miskin di mana infrastruktur layanan kesehatan lemah.

"Bagi setiap orang dengan derita penyakit apapun, Anda tak ingin selalu meminum obat dan hanya ingin melakukan itu dalam waktu singkat," kata Fujiwara. "Tujuannya semata-mata untuk mengurangi jangka waktu dan konsumsi obat," pungkas dia.ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top