Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 20 Jul 2019, 01:00 WIB

'Oase' di Gunung Salak

Foto: wikipedia

Perjalanan wisata dapat juga digabung dengan kegiatan religius. Hal ini sudah banyak dilakukan masyarakat. Para pelancong sengaja mengadakan rekreasi di sekitar tujuan utama seperti untuk ziarah atau acara keagamaan lain. Hal ini untuk menimba kesegaran di oase rohani dan jasmani. Bagi kaum Hindu, aktivitas ini dapat dilakukan di kaki Gunung Salak.

Bogor terkenal sebagai kota hujan (Buitenzorg), meski dekat Jakarta yang panas dan polutif. Selain itu, Bogor berada di kaki Gunung Salak yang banyak menyimpan kesejukan. Maka, banyak warga Jakarta yang menjadikan Bogor sebagai destinasi rekreasi karena berjarak pendek, sehingga tidak memerlukan perjalanan panjang.

Selama ini banyak warga Ibu Kota berlibur pendek akhir pekan ke Puncak. Padahal sekarang justru lelah perjalanan ke Puncak karena selalu macet, sehingga bukannya segar setelah berlibur, malah capai. Untuk itu, perlu dicoba alternatif, masih di Bogor juga. Salah satu pilihan yang bisa dituju adalah wisata ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Memang destinasi ini juga sudah ramai pada akhir pekan, namun tak sepadat jalur Puncak. Malahan bagi masyarakat Hindu, bisa sembahyang dulu di kaki gunung Salak sebab di sini ada pura besar. Bahkan, pura ini terbesar kedua di Indonesia setelah Besakih, Bali.

Meski ini pura, tak hanya orang Hindu yang boleh mendekat dan berekreasi di kawasan pura. Masyarakat umum non-Hindu juga boleh berwisata ke pura Parahyangan Agung Jagatkarta ini. Hanya, tentu ada bagian-bagian yang tak boleh dimasuki sembarang orang.

Pura ini sangat indah dan agung, tak heran namanya juga begitu. Pelancong dapat berfoto di depan pura akan mendapat dua latar belakang. Background dekat adalah pura Jagatkarta dan background jauh adalah Gunung Salak yang hijau nan anggun. Udaranya benar-benar bersih dan segar. Pada waktu pagi, yang tidak tahan dingin harus berjaket agar tak menggigil. Maklum lokasinya di kaki Gunung Salak.

"Adem rasanya sembahyang di Pura Jagatkarta," ujar umat Hindu asal Bali, Intan. Dia menambahkan, sebenarnya berdoa di mana pun sama saja. "Semua tergantung pada orangnya. Kalau hatinya tidak tenang, ya tak bisa khusyuk. Tapi kalau hatinya tenang, berdoa di pura mana pun bisa khusyuk," tambah dia.

Maka, bagi wisatawan Hindu bisa berdoa dulu sebelum berlanjut ke TNGHS, walau masih harus berkendara sekitar 40 menit. Dengan begitu, menghormat dulu kepada Sang Pencipta alam semesta, sebelum menikmati keindahan ciptaan-Nya. Yang jelas, mohon berkat agar perjalanan berjalan lancar. Inilah aktivitas rekreasi dan doa sekaligus, sungguh indah. Pura Jagatkarta dan TNGHS bagaikan oase zaman penuh hiruk-pikuk material ini.

Siliwangi

Menurut cerita, kawasan Pura Jagatkarta yang terletak di Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, ini bekas Pakuan Pajajaran Sunda, wilayah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh yang merupakan Kerajaan Hindu terakhir Nusantara. Kerajaan ini mencapai ketenaran di era Prabu Siliwangi. Akhirnya, kawasan tersebut ditaklukkan muslim Jawa pada abad 16.

Maka tak heran, di dalam Pura Jagatkarta dibangun kuil untuk menghormati Siliwangi. Tentu kuil tersebut untuk mengakomodasi cerita Siliwangi pernah tinggal di kawasan Pura Jagatkarta tersebut. Sementara itu, dari para sejarawan sendiri hingga kini tidak jelas lokasi pasti singgasana Siliwangi.

Hanya cerita rakyat setempat sering mengaitkan Siliwangi dengan macan putih. Maka dibangun pula macan putih di situ. Macan putih tak lain sebagai simbol eksistensi Siliwangi. Namun, tentu saja itu sekadar cerita yang berkembang di masyarakat.

Pura ini dirintis tahun 1995. Jalan dari kaki Gunung Salak menuju Pura Jagatkarta sudah bagus. Wisatawan yang membawa kendaraan bisa mencapai pura dengan mudah. Masyarakat pelancong boleh menikmati dan mengabadikan perjalanan di bagian depan. Di depan juga terdapat Pura Melanting dan Pasar Agung untuk sembahyang. Di sini dalam upacara juga untuk mempersiapkan persembahan sebelum dibawa ke Pura Jagatkarta.wid/G-1

Eksplorasi Tujuh Air Terjun

Jakarta identik dengan kota yang senantiasa panas. Namun Tuhan selalu mahabaik karena beruntung bagi warga Jakarta memiliki saudara dekat, Bogor, yang menyimpan kesejukan. Panas di Jakarta dapat dihapuskan dengan berwisata di pinggir-pinggir Kota Hujan. Salah satu yang bisa dikunjungi adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Kawasan ini menyimpan 23 jenis mamalia, 500 jenis tumbuhan, dan ada sedikitnya 200 spesies burung. Pada pagi hari, pemandangan deretan pohon pinus begitu asri saat menerima terpaan sinar matahari sedikit demi sedikit. Wisatawan dapat memanfaatkan barisan pinus ini untuk menjadi latar belakang swafoto atau beramai-ramai. Pagi selalu berkabut di bagian atas pepohonan sampai ke Gunung Salak.

TNGHS diresmikan tahun 1992 dengan luasan awal 113.000 hektare. Jadi cukup luas untuk menyimpan energi kesejukan yang menyegarkan jiwa raga sepanjang hari. Banyak lokasi untuk dikunjungi seperti berfoto di depan gerbang tentu saja. Kemudian ada jembatan "burma" atau jembatan gantung. Sesuai dengan namanya, kawasan ini terdiri dari Gunung Halimun (hampir 2.000 mdpl) dan Gunung Salak (sekitar 2.200 mdpl).

Ada lagi Gunung Kencana, Endut, Sumbul, Botol, serta Gunung Sanggabuana. Kemudian, Gunung Kendeng Selatan dan Gunung Halimun Selatan. Gunung-gunung tersebut selain menyimpan kekayaan hayati, tentunya juga menghadirkan pemandangan indah sekali.

Perlu waktu untuk menjelajah area wisata TNGHS ini. Bagi penggemar pendakian tentu bisa menuju puncak salah satu gunung-gunung tersebut. Di luar itu, ada juga ekowisata, wisata alam tentu saja, dan desa atau budaya yang masih memelihara adat, seperti kawasan Kasepuhan. Para pelancong juga dapat berkunjung ke Desa Wisata Malasari, Desa Wisata Kiarasari, dan Kampung Citalahab Central. Jangan lewatkan juga beberapa lokasi air terjun (curug).

Ada tujuh air terjun yang bagus-bagus. Curug Seribu yang merupakan tertinggi di kawasan ini. Curug Ngumpet, Cihurang, Cigamea, Luhur, dan Pangeran. Semua memiliki kekhasan tersendiri. Curug Ngumpet, misalnya, memiliki kolam alami di bagian bawah. Atau kalau mau enak ya Curug Luhur atau Cihurang karena ada lokasi berkemah. Jangan lupa untuk membawa pakaian ganti agar bebas bermain air.

Untuk sampai ke lokasi, turis dari Jakarta bisa melalui Jagorawi, keluar Sentul Selatan menuju Kedung Halang. Kemudian, lanjut mengarah ke Kampus IPB Dramaga menuju Gunung Bunder sampai terminal Segog, terus ke gerbang TNGHS. wid/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.