Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nippur, Kota Tempat Ide Awal tentang Tuhan

Foto : Haidar INDHAR / AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Kota kuno Nippur yang dimulai pada 5.000 SM di Mesopotamia, kini tinggal puing-puing. Kota suci yang sempat bertahan lama ini, ternyata menjadi tempat bagi ide awal tentang Tuhan.

Mesopotamia adalah salah satu tempat dengan peradaban paling tua. Lokasinya terletak di Irak selatan antara Kota Baghdad dan Basra. Di sini terdapat Kota Nippur yang berdiri antara 5.000 hingga 800 M, lebih lama dari dari kota-kota sekitarnya.
Nippur salah satunya menjadi rumah bagi bangsa Sumeria kuno, orang-orang yang bermukim di selatan Mesopotamia. Bangsa Sumeria terdiri dari beberapa kota seperti Nippur, yang masing-masing memiliki rajanya sendiri. Kota tersebut dinamakan "tanah para raja yang beradab" karena politik adalah bagian penting dari budaya Sumeria.
Bangsa Sumeria dikenal karena inovasi dan kemampuan mereka untuk merancang dan membangun item atau konsep baru. Secara khusus, mereka dikenal untuk memberi nilai pada hari, jam, dan menit, dengan membagi siang dan malam menjadi 12 jam masing-masing, satu jam menjadi 60 menit, dan satu menit menjadi 60 detik.
Mereka juga mengembangkan beberapa sekolah dan gedung pemerintah pertama dalam sejarah, dengan beberapa arsitektur luar biasa mereka masih ada sampai sekarang. Selain inovasi mereka, narasi asli banjir menurut Alkitab berasal dari wilayah ini. Sumeria adalah peradaban yang sangat maju, dan Nippur adalah bagian penting darinya.
Dalam sejarahnya, Nippur dikenal sebagai kota suci keagamaan bukan kota politik. Masyarakat jarang terlibat dalam peristiwa politik seperti halnya kota-kota kuno lainnya. Nippur malah dikenal sebagai kota suci sebagai rumah bagi Dewa Enlil, dewa Mesopotamia karena kekuatannya atas udara, angin, bumi, dan badai.
Sebagai kota suci, Nippur lolos dari kerusakan ketika perang terjadi karena kota ini masih dihormati sebagai tempat suci. Orang-orang sangat ketakutan akan murka para dewa jika berani menghancurkan kota ini sehingga tetap terlindungi dari kehancuran.
Meski bukan kota politik, Nippur memainkan peran penting dalam politik Mesopotamia karena statusnya sebagai kota suci. Raja-raja di kota-kota sekitar sering meminta pengakuan Enlil, dengan datang ke kuil yang disebut Ekur. Mereka membawa imbalan berupa tanah, batu mulia, dan barang-barang untuk penduduk.
Bahkan setelah perang, langkah pertama seorang raja sering kali adalah membawa barang-barang didapat untuk dikorbankan kepada Enlil dan dewa-dewa lain sebagai rasa terima kasih atas perlindungan. Sumbangan yang melimpah ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kekayaan dan kesuksesan Nippur dari waktu ke waktu.
Agama adalah aspek sentral dari semua peradaban Sumeria dan Mesopotamia. Agama mempengaruhi keputusan politik, pemimpin pemerintahan, kurikulum sekolah, dan semua struktur sosial. Bangsa Sumeria percaya bahwa para dewa telah mengubah kekacauan untuk menciptakan Bumi, dan bahwa untuk terus hidup di Bumi mereka harus bekerja bersama para dewa untuk menjaga ketertiban itu.
Meskipun ada fokus yang kuat pada bakat dan keterampilan individu yang dapat digunakan untuk membantu para dewa, orang Sumeria memiliki rasa kebersamaan yang kuat, bersatu sebagai komunitas untuk melayani para dewa sebagai imbalan atas keberadaan mereka.
Enlil adalah dewa utama di antara bangsa Sumeria dan dewa yang terutama disembah di Kota Nippur. Ia dikenal karena hubungannya dengan udara, angin, bumi, dan badai, serta tempat ibadahnya di tengah Nippur. Pemujanya akan mengunjungi kuil Ekur, yang diterjemahkan menjadi "rumah gunung."
Kuil ini dikenal sebagai pertemuan para dewa di Nippur dan merupakan bangunan paling suci dan dihormati di seluruh Sumeria kuno. Diyakini bahwa Enlil telah membangun kuil untuk dirinya sendiri sebagai penghubung antara Langit dan Bumi.

Mitos Kuno
Sementara itu mitos Sumeria kuno menyatakan bahwa Enlil begitu suci sehingga bahkan dewa-dewa lain pun tidak dapat melihatnya secara langsung. Bangsa Sumeria yang menyembah Enlil juga percaya bahwa dia bertanggung jawab atas perkembangan Bumi.
Dewa pertama, Nammu, telah menciptakan Surga (An) dan Bumi (Ki), yang saling kawin untuk menciptakan Enlil. Enlil memisahkan penciptanya, An dan Ki (Langit dan Bumi) sehingga manusia dapat bertahan hidup di sana. Manusia diciptakan oleh perkawinan Enlil dan Ki (Bumi, ibunya), seperti semua bentuk kehidupan lain di Bumi.
Dalam mitologi lain, Enlil dianggap sebagai ayah dari banyak dewa lain di Bumi. Dewa bulan Nanna, dewa kematian Nergal, dewa prajurit Ninazu, dan dewa sungai Enbilulu semuanya diyakini sebagai keturunannya. Dalam salah satu versi cerita banjir Sumeria, dewa Enki membantu seorang pria Ziusudra untuk bertahan hidup, dan dia menjadi satu-satunya yang selamat dari banjir tersebut.
Enlil, terkesan dengan ini, memberi Ziusudra keabadian sebagai hadiah untuk kecerdasan dan kekuatannya. Versi cerita ini direkam pada tablet Sumeria kuno, tetapi ceritanya tidak lengkap, dan penyebab banjir tidak jelas karena kerusakan sabak sebagai tempat menulis dari waktu ke waktu.
Mitos lain tentang banjir besar menyatakan bahwa Enlil sendiri yang menyebabkannya. Diyakini bahwa Enlil sudah bosan dengan kebisingan suara manusia yang membuatnya tidak bisa tidur tidur. Ia kemudian memutuskan untuk melenyapkan manusia karena populasinya terlalu banyak.
Dalam cerita ini, keluarga seorang pria bernama Utnapishtim diperingatkan tentang banjir yang akan datang dan diberitahu oleh dewa Ea untuk membangun sebuah perahu untuk bertahan hidup. Ketika Enlil mengetahui bahwa Utnapishtim dan keluarganya selamat dari banjir, dia menjadi marah.
Namun, anaknya Ninurta menyelamatkan keluarganya dengan meyakinkan Enlil untuk membiarkan mereka hidup selama tidak terjadi kelebihan penduduk lagi. Enlil kompromi dengan menciptakan predator, kelaparan, dan penyakit untuk menjaga populasi dan memberi keabadian kepada Utnapishtim atas kesetiaannya.
Bangsa Sumeria memusatkan seluruh keberadaan mereka pada pemujaan para dewa dan memastikan para dewa akan senang akan hal itu. Bagian dari pemujaan itu berupa patung Enlil serta dewa-dewa lainnya, karena mereka percaya patung dewa menjadi perwujudan fisiknya.
Patung-patung ini kemudian menjadi bagian rutin dari ritual pemujaan, di mana orang Sumeria akan merawat patung-patung itu secara terus-menerus dengan menyediakan pembersihan, makanan, dan perawatan manusia lainnya untuk mereka.
Enlil sering digambarkan sebagai dewa kebapakan yang peduli kepada rakyatnya. Raja-raja di negara-kota terdekat menggunakan Enlil sebagai pengaruh pribadi dan berusaha untuk memerintah dengan cara yang sama dengan bagaimana Enlil memerintah umat manusia.
Faktanya, Enlil dianggap sangat tinggi sehingga Nippur adalah satu-satunya negara kota di Sumeria yang tidak pernah memiliki istana yang dibangun. Mereka percaya bahwa sebuah istana akan menarik perhatian Enlil dan ingin kuilnya dianggap sebagai bangunan terpenting di kota.
Setelah bangsa Babilonia di bawah Hammurabi merebut Sumeria pada abad ke-17 SM, kuil Enlil masih digunakan meski kurang diperhatikan. Meskipun kehilangan popularitas selama bertahun-tahun, namun tetap bertahan hingga sekitar abad ke-7 SM.
Kala itu masyarakat Babilonia kuno mulai percaya kepada Marduk. Mereka percaya pada Enlil telah memberi dewa tersendiri yaitu Marduk. Pemujaan terhadap dewa baru ini berlanjut hingga sekitar abad ke-1 SM. Ketika peradaban menurun secara signifikan, maka pemujaan terhadap Enlil dan Marduk pun akhirnya berhenti. hay/I-1

Diabaikan oleh Raja Hammurabi

Sepanjang sejarahnya, Kota Nippur mengalami banyak musim, baik kejatuhan maupun regenerasi. Hal ini dibuktikan dengan sisa artefak dan arsitektur di wilayah tersebut. Beberapa batu bata yang diawetkan menunjukkan simbol pemerintahan yang berbeda dari waktu ke waktu.
Dinasti Ur, di bawah Ur-Nammu, secara khusus membantu membangun kembali Nippur dengan membangun kembali tembok kota, kuil, dan bahkan kanal. Sebaliknya di bawah pemerintahan Hammurabi, kuil Enlil sebagian besar dibiarkan terbengkalai.
Orang Babilonia telah menjadikan Babel sebagai pusat keagamaan baru di wilayah tersebut dan telah mengaitkan cerita Enlil dengan Marduk. Sekitar abad ke-7 SM, Ekur mendapat perhatian lebih, ketika beberapa orang Babilonia mulai menyembah Enlil lagi dan mereka memutuskan untuk mengubah kuil Ekur menjadi benteng.
Dinding raksasa dibangun di sekitar candi untuk melindunginya, dan terpelihara dengan baik sampai sekitar tahun 250 Masehi. Pada titik ini, wilayah itu diambil alih oleh Sassanid dan dibiarkan tanpa terurus. Namun demikian Kota Nippur masih dihuni selama beberapa ratus tahun ke depan.
Ahli geografi Muslim awal membuat catatan tentang wilayah tersebut, meskipun penyebutan mereka tentang Nippur menurun sekitar tahun 800 M. Sejak saat itu diperkirakan penduduk kota menjadi berkurang.
Meskipun kadang-kadang masih digunakan untuk tujuan keagamaan, kota ini sepenuhnya ditinggalkan pada abad ke-13 Masehi. Bahkan setelah ditinggalkan, banyak kota setempat masih mengakui reruntuhan itu sebagai situs suci yang dulunya penuh kemegahan.
Meskipun Nippur sekarang menjadi situs reruntuhan kuno, masih menarik untuk melihat beberapa bangunan yang masih berdiri di sana. Secara khusus, kuil Enlil, Ekur, masih berdiri dan dapat dilihat oleh mereka yang berkunjung.
Pada 1900-an situs ini Nippur digali lebih dari 19 kali oleh para arkeolog. Penggalian untuk menemukan lebih banyak tentang budaya Mesopotamia, khususnya di bidang kedokteran dan teknologi. Mereka juga merenovasi pada beberapa bangunan yang ada di Nippur untuk mencegah kelapukan. Restorasi Kota Nippur bisa dilakukan terutama jika telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top