Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aktivitas Perdagangan

Nilai Impor Indonesia Meningkat setelah 20 Bulan Turun

Foto : KORAN JAKARTA/WAHYU AP

NAIK KEMBALI I Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/3). Setelah turun 20 bulan, impor akhirnya kembali naik seiring dengan naiknya permintaan bahan baku dan barang modal.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia pada Februari 2021 tercatat sebesar 13,26 miliar dollar AS atau naik 14,86 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Kenaikan tersebut merupakan yang pertama dalam 20 bulan terakhir sejak Juni 2019 di mana impor saat itu mengalami kenaikan tipis 2,02 persen.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, dalam keterangan melalui video conference di Jakarta, Senin (15/3), mengatakan impor pada Februari 2021 itu untuk pertama kalinya meningkat 14,86 persen setelah sekian bulan mengalami pertumbuhan negatif.

"Meskipun naik, namun impor kita jika dibandingkan Januari 2021 atau secara bulan ke bulan, terjadi penurunan tipis 0,49 persen," kata Suhariyanto.

Penurunan impor tersebut lebih disebabkan adanya penurunan impor migas yang cukup dalam, yakni 15,59 persen, sementara impor nonmigas masih tumbuh 1,54 persen.

Dari kenaikan impor 14,86 persen year on year (yoy), impor nonmigas mencatat kenaikan 22,03 persen, sedangkan impor migas turun tajam 25,37 persen.

"Untuk migas ini yang mengalami penurunan adalah nilai impor minyak mentah sebesar 62,3 persen. Kemudian impor hasil minyaknya juga turun 18,75 persen, namun impor gasnya masih mengalami kenaikan," ungkap Suhariyanto.

Barang Modal

BPS, jelasnya, juga mencatat impor barang modal pada Februari 2021 mulai bergerak naik hingga 9,08 persen (mom) dan 17,68 persen (yoy). Adapun barang yang mengalami peningkatan impor adalah mesin dan peralatan elektrik sebesar 172,8 juta.

"Dengan memperhatikan bahwa struktur impor Februari 2021 yakni 75 persen adalah berasal dari bahan baku, geliat impor ini boleh dibilang menggembirakan karena mengindikasikan bahwa pergerakan industri dan nantinya investasi mulai bergulir," ungkap Suhariyanto.

Sementara itu, Ekonom dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan lonjakan impor terjadi akibat lingkaran produksi distribusi dan konsumsi.

"Perjalanan yang terputus, ini adalah gambaran lingkaran produksi distribusi dan konsumsi kita, sehingga tidak heran pada titik tertentu ketemu situasi di mana satu bidang sudah ngegas, tapi bidang yang lain terhenti," kata Bambang.

Peningkatan produksi yang terpaksa harus dipenuhi dengan sumber daya impor itulah yang disebut perjalanan produksi, distribusi, dan konsumsi yang terputus.

"Mudah-mudahan besaran impor ini mulai dapat tertutupi oleh pelepasan ekspor produk pertanian senilai 1,264 triliun rupiah ke dua belas negara tujuan dari Teluk Lamong tempo hari," ungkap Bambang.

n SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top