Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Netflix, YouTube, TikTok Bikin Candu, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Foto : ANTARA/Pexels/Viralyft

Ilustrasi - Menonton live streaming.

A   A   A   Pengaturan Font

Imam Salehudin, Universitas Indonesia

Kecanduan terhadap platform konten video hiburan digital seperti Netflix, YouTube, dan TikTok telah menjadi fenomena yang kian lumrah dan meresahkan. Baru-baru ini, seorang warga negara Kanada menuntut platform media sosial seperti YouTube, Meta, TikTok, dan Reddit karena dianggap terlalu adiktif.

Ini mengingatkan kita bahwa ketergantungan masyarakat terhadap berbagai platform digital sudah tak terhindarkan. Fenomena ini tidak lepas dari praktik pemasaran yang tidak bertanggung jawab yang mengandung banyak efek negatif.

Artikel ini membahas faktor-faktor penyebab berkembangnya kecanduan terhadap platform hiburan digital menurut flow theory, sebuah teori psikologi yang menjelaskan bagaimana konsentrasi seseorang terhadap suatu hal dapat mencapai kondisi lupa dengan ruang dan waktu, dan hasil penelitian terbaru. Artikel ini juga mengkaji dampak psikologis dan sosial dari kecanduan konten digital, serta strategi untuk mengatasinya.

Penyebab kecanduan platform digital

1. Paparan jadi jebakan

Teori flow menjadi titik pusat yang melandasi pemahaman bagaimana pengguna terlibat dengan konten di platform video on-demand. Menurut flow theory, teori aliran yang dikembangkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi, beberapa aktivitas tertentu dapat mengantarkan seseorang pada kondisi konsentrasi penuh dan kepuasan yang mendalam sehingga orang yang bersangkutan larut dalam aktivitas tersebut hingga lupa waktu.

Dalam konteks platform hiburan digital, konten sengaja dirancang sedemikian rupa agar pengguna asyik menonton berjam-jam menyaksikan sajian konten yang on-demand. Layanan konten on-demand adalah layanan yang memungkinkan pengguna memilih dan menonton konten video sesuai keinginan kapan pun sesuai dengan jadwal mereka. Tidak seperti siaran konten tradisional, pengguna dapat memilih waktu menonton, serta mengontrol pemutaran konten dengan fitur seperti pause, play, fast-forward, dan rewind.

Platform hiburan digital seperti YouTube, TikTok, dan Netflix kini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Akses mudah, tsunami konten, dan algoritma yang canggih membuat pengguna tanpa disadari terus kembali untuk mengonsumsi lebih banyak konten.

2. Pemasaran ciptakan candu

Namun, di balik kenyamanan ini ada ancaman risiko yang tidak main-main. Kecanduan digital dapat mengganggu kesejahteraan mental, menurunkan produktivitas, dan merusak hubungan sosial.

Kecanduan digital membuat pengguna terjebak dalam siklus konsumsi berlebihan yang menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan penurunan kualitas hidup. Parahnya lagi, waktu yang terbuang secara berlebihan tentunya mengurangi porsi aktivitas positif yang bisa dilakukan, seperti bekerja, belajar, atau bersosialisasi.

Penyebabnya berupa praktik pemasaran yang dilakukan oleh platform digital sering kali dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin. Melalui algoritma canggih dan desain interface/antarmuka yang interaktif dan mengerti keinginan masing-masing pengguna, platform-platform digital ini sukses menarik hati dan memikat penggunanya.

Penggunaan fitur seperti autoplay, notifikasi yang terus-menerus, dan rekomendasi konten yang disesuaikan dibuat sedemikian mungkin untuk mempertahankan perhatian pengguna. Alhasil, pengguna yang disuapi terus menerus terlena dan cenderung untuk menuruti rekomendasi yang diberikan.

Fakta terbaru dari penelitian di tahun 2023 yang mengidentifikasi dua mekanisme utama yang mempengaruhi perkembangan kecanduan pada situs jejaring sosial (SNS) dan platform hiburan digital.

Mekanisme pertama adalah melalui flow state atau keadaan aliran. Keadaan ini menjerat pengguna sehingga merasa begitu terlarut yang membuat mereka sulit berhenti.

Sedangkan mekanisme kedua adalah melalui rasa memiliki (sense of belonging). Karena sudah mendapat rasa nyaman, pengguna merasa menjadi bagian dari komunitas di platform tersebut.

Hasil penelitian lain di tahun 2023 tentang perilaku pengguna Netflix di Indonesia menunjukkan bahwa flow dan enjoyment (kenikmatan) merupakan faktor-faktor utama yang mendorong pengguna hingga rela merogoh koceknya untuk terus berlangganan OTT asal Amerika Serikat ini. Penelitian ini juga mengungkap bahwa kepuasan pengguna berperan penting dalam memperkuat hubungan antara flow dan niat untuk terus menggunakan platform.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengguna yang mengalami flow dan menikmati konten di platform, semakin besar kemungkinan mereka untuk terus menggunakan layanan tersebut. Padahal tanpa disadari, mereka sudah memasuki tingkatan kecanduan.

Karena strategi marketing yang dilakukan para platform berhasil, sesama pengguna juga memiliki keterikatan batin jika bersosialisasi. Hal inilah yang membuat maraknya kemunculan komunitas sesama pengguna yang memperkuat keterikatan pengguna terhadap platform dan meningkatkan risiko kecanduan.

Perlu dicatat juga, ada faktor eksternal pengguna yang tidak kalah penting memberi sumbangsih kemunculan fenomena kecanduan ini. Keadaan untuk mencari pelarian dari kebosanan akan rutinitas dan realitas sehari-hari, mendorong pengguna untuk masuk ke dalam flow state.

Melepaskan diri dari kecanduan

Fenomena kecanduan menonton di era digital merupakan isu yang kompleks dan multidimensional. Untuk mengatasi hal ini diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, dengan menerapkan langkah strategis untuk melindungi diri dari kecanduan konten video digital.

Saya bukan seorang praktisi kesehatan, namun saya perlu merujuk sumber dari praktisi kesehatan untuk penanganan kecanduan digital yang sudah diakui oleh WHO sebagai gangguan kesehatan mental. Berikut ini beberapa rekomendasi pilihan dari Halodoc terkait bagaimana melepaskan diri dari kecanduan digital.

Pertama, pahami tahapan dan keadaan tentang kecanduan platform digital. Pahami dirimu untuk mencari tahu apakah kamu merasa kehilangan jika tidak mengakses platform-platform tersebut. Kenali gejala kecanduan platform digital, terutama jika kamu sering memasuki state of flow hingga berjam-jam ketika mengakses platform digital dan mengakses platform tersebut sudah menjadi bagian penting dari aktivitas keseharian kamu.

Kedua, batasi waktu penggunaan kamu. Mengatur batas waktu penggunaan harian untuk platform hiburan digital dapat membantu mengurangi risiko kecanduan. Bagi yang sudah kecanduan, membatasi durasi konsumsi konten merupakan cara yang efektif untuk mengurangi kadar kecanduan.

Ketiga, perbanyak aktivitas positif kamu secara luring. Ketimbang menonton konten yang mungkin saja tidak benar-benar kamu inginkan, lebih baik memperbanyak aktivitas produktif seperti membaca buku, berolah raga, ataupun bersosialisasi. Bahkan istirahat pun lebih baik ketimbang menghabiskan waktu menonton konten yang juga memiliki risiko tinggi pada kesehatan mata.

Keempat, konsultasikan dengan praktisi kesehatan profesional jika kamu merasa sulit untuk mengatasi kecanduan digital sendiri. Berkonsultasi dengan psikolog, konselor, atau praktisi kesehatan mental lainnya adalah langkah yang bijak. Tidak perlu merasa malu atau terbebani stigma, karena masalah kecanduan digital adalah fenomena umum yang bisa ditangani secara profesional.

Dari segi tanggung jawab negara, pemerintah sebaiknya merespon fenomena ini dengan meningkatkan upaya peningkatan literasi digital di masyarakat, terutama tentang bagaimana platform digital dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna sehingga kita perlu lebih kritis dalam mengonsumsi konten digital.

Meskipun sudah ada gerakan nasional literasi digital yang dicanangkan oleh Kemkominfo pada tahun 2021, implementasinya masih belum optimal. Pemerintah perlu berkolaborasi dan menggandeng platform non-pemerintah, seperti Jaringan Pegiat Literasi Digital yang bergerak di bidang literasi digital, untuk menginisiasi gerakan masyarakat yang lebih organik dan membumi.

Selain itu, Pemerintah juga perlu untuk memperketat pengawasan dan regulasi. Sebagai contoh, saat ini parlemen Uni Eropa sedang mempertimbangkan regulasi yang lebih ketat terhadap layanan platform konten digital yang memanipulasi penggunanya untuk mengkonsumsi konten secara berlebih.

Saat ini regulasi yang ada lebih ditujukan agar Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) tidak terlibat kejahatan siber, penyalahgunaan data, dan pelanggaran konten. Adapun perlindungan konsumen dari kecanduan platform digital belum menjadi prioritas pemerintah.

Dengan melakukan langkah-langkah yang komprehensif dan terkoordinasi seperti di atas, dampak negatif dari kecanduan menonton dapat diminimalisir. Sehingga, masyarakat dapat menikmati hiburan digital, seperti Netflix , dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab.The Conversation

Imam Salehudin, Assistant professor, Universitas Indonesia

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top