Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aliansi Pertahanan

NATO Serukan Peningkatan Produksi Senjata

Foto : AFP/MANDEL NGAN

Sekjen NATO, Jens Stoltenberg

A   A   A   Pengaturan Font

BERLIN - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meminta Eropa untuk meningkatkan produksi senjatanya guna mendukung Ukraina dan mencegah potensi konfrontasi selama beberapa dekade dengan Moskwa. Seruan itu dilontarkan Jens Stoltenberg dalam sesi wawancara yang diterbitkan oleh media Jerman, Sabtu (10/2).

Menjelang pertemuan penting para menteri pertahanan NATO di Brussels dan peringatan kedua perang Russia-Ukraina, Sekjen Stoltenberg menegaskan bahwa negara anggota NATO perlu menyusun kembali dan memperluas basis industri persenjataan lebih cepat, untuk meningkatkan pengiriman ke Ukraina dan mengisi ulang stok sendiri.

Para menteri pertahanan NATO rencananya akan bertemu di Brussels pada 15 Februari, satu pekan menjelang ulang tahun kedua serangan Russia di Ukraina.

"Ini berarti beralih dari masa damai yang lambat ke produksi konflik dengan tempo tinggi," kata Stoltenberg kepada harian Jerman,Welt am Sonntag.

Sementara itu, kepala staf tentara Jerman mengatakan militer negaranya harus siap perang dalam lima tahun karena meningkatnya ancaman. Jenderal Carsten Breuer mengatakan kepada surat kabarDie Weltdalam sebuah sesi wawancara yang akan diterbitkan hari Minggu (11/2) bahwa untuk pertama kalinya sejak berakhirnya musim dingin, negara ini menghadapi kemungkinan perang yang dipaksakan dari luar.

Breuer mengatakan kesiapan perang melibatkan perubahan mentalitas serta peningkatan pelatihan dan kapasitas militer Jerman.

Komentar Stoltenberg muncul di tengah meningkatnya permintaan bantuan senjata, amunisi dan bantuan militer lainnya dari Ukraina saat negara itu memerangi pasukan Russia memasuki tahun ketiga.

Ancaman Rutin

Pada saat bersamaan, para pemimpin Barat juga menyerukan bantuan yang lebih besar. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mendesak anggota parlemen AS pada Jumat (9/2) lalu untuk menyetujui paket bantuan militer untuk Ukraina, yang telah lama tertunda, dan memperingatkan bahwa Kyiv tidak dapat menunda invasi Russia tanpa bantuan tersebut.

"Kegagalan Kongres AS dalam tidak mendukung Ukraina hampir merupakan pengabaian kriminal," kata Presiden Biden saat ia menerima Kanselir Scholz di Ruang Oval pada Jumat.

Stoltenberg mengatakan bahwa saat ini memang tidak ada ancaman militer terhadap sekutu mana pun. "(Namun) pada saat yang sama, kami mendengar ancaman rutin dari Kremlin terhadap negara-negara NATO," ungkap dia.

Invasi Russia ke Ukraina selama hampir dua tahun telah menunjukkan bahwa perdamaian di Eropa tidak bisa dianggap remeh, kata Sekjen NATO, sambil menekankan pentingnya melindungi negara-negara yang tergabung dalam aliansi tersebut.

"Selama kita berinvestasi pada keamanan dan tetap bersatu, kita akan terus mencegah agresi apa pun," kata Stoltenberg. "NATO tidak bermaksud berperang dengan Russia, namun kita perlu mempersiapkan diri menghadapi potensi konfrontasi selama beberapa dekade," imbuh dia.

"Kami memantau dengan cermat apa yang dilakukan Russia dan kami telah meningkatkan kehadiran kami di bagian timur aliansi tersebut," kata Stoltenberg. "Jika Putin menang di Ukraina, tidak ada jaminan bahwa agresi Russia tidak akan menyebar lebih jauh. Jadi mendukung Ukraina sekarang dan berinvestasi pada kemampuan NATO adalah pertahanan terbaik kami," pungkas dia. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top