Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Stoltenberg: Perang Ukraina adalah Momen Paling Berbahaya di Eropa

NATO: Russia Tidak Boleh Menang

Foto : AFP/BULENT KILIC

Menuju Garis Depan I Sejumlah ­tentara Ukraina menumpang di belakang kendaraan pikap di jalanan Kota Sloviansk, Ukraina timur, yang mengarah ke garis depan pertempuran pada Selasa (2/8) lalu. Sekjen NATO menyatakan bahwa ser­buan Russia ke Ukraina adalah momen paling berbahaya bagi Eropa yang tak boleh di­biarkan.

A   A   A   Pengaturan Font

UTOEYA - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, pada Kamis (4/8) mengatakan bahwa perang di Ukraina adalah momen paling berbahaya bagi Eropa sejak Perang Dunia ke-2, dan Russia tidak boleh dibiarkan menang.

"Untuk mencegah Moskwa meraih kemenangan, NATO dan negara-negara anggotanya mungkin harus terus mendukung Ukraina dengan senjata dan bantuan lainnya untuk waktu yang lama," kata Stoltenberg dalam pidato di Pulau Utoeya di negara asalnya, Norwegia.

"Adalah kepentingan kami bahwa jenis kebijakan agresif ini tidak berhasil," imbuh mantan PM Norwegia itu.

"Apa yang terjadi di Ukraina sangat mengerikan, tetapi akan jauh lebih buruk jika terjadi perang antara Russia dan NATO," tegas dia.

Dalam pidatonya, Stoltenberg memandang apa yang disebut Moskwa sebagai "operasi militer khusus" ke Ukraina itu sebagai sebuah serangan terhadap tatanan dunia saat ini. "Oleh karena itu aliansi (NATO) harus bisa mencegah perang menyebar karena ini adalah situasi paling berbahaya di Eropa sejak Perang Dunia ke-2," ungkap dia.

"Jika Presiden (Vladimir) Putin berpikir untuk melakukan sesuatu yang mirip dengan (operasi militer khusus) terhadap negara anggota NATO seperti yang dia lakukan terhadap Georgia, Moldova atau Ukraina, maka semua anggota NATO akan segera terlibat," kata Stoltenberg.

"(Provokasi) ini bukan hanya serangan terhadap Ukraina, negara demokrasi independen dengan lebih dari 40 juta orang, namun juga serangan terhadap nilai-nilai kita dan tatanan dunia yang kita inginkan," ucap panglima NATO itu.

Serbuan Russia ke Ukraina telah menyebabkan Finlandia dan Swedia yang sebelumnya non-blok, berupaya untuk menjadi anggota NATO, dan sejauh ini pengajuan kedua negara itu telah diratifikasi oleh 23 dari 30 negara anggota NATO.

Laporan Amnesty

Sementara itu pada saat bersamaan, pihak Amnesty International melaporkan bahwa pasukan Ukraina telah melanggar hukum internasional dan membahayakan warga sipil dengan mendirikan pangkalan di daerah pemukiman, termasuk di sekolah dan rumah sakit.

"Taktik pasukan Ukraina itu telah menampik serangan tanpa pandang bulu oleh pasukanRussia," kata Amnesty International dalam sebuah laporan baru yang juga meliputi laporan soal tudingan kejahatan perang Russia di Kota Kharkiv.

Laporan institusi HAM soal pelanggaran itu berdasarkan insiden saat pasukan Ukraina diduga telah membuat warga sipil terancam bahaya di 19 kota dan desa di wilayah Kharkiv, Donbas dan Mykolaiv.

"Kami telah mendokumentasikan pola pasukan Ukraina yang menempatkan warga sipil dalam bahaya dan melanggar hukum perang ketika mereka beroperasi di daerah berpenduduk," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard. "Berada dalam posisi bertahan, tidak membebaskan militer Ukraina dari menghormati hukum humaniter internasional," imbuh dia.

Daerah pemukiman di mana tentara Ukraina bermarkas, berada bermil-mil jauhnya dari garis depan, dan alternatif yang layak dan tidak akan membahayakan warga sipil sebenarnya ada," kata laporan itu.

Amnesty juga mengatakan bahwa tentara Ukraina telah gagal memberi tahu warga sipil untuk mengevakuasi daerah itu meskipun sedang melancarkan serangan pada pasukan Russia, yang membuat mereka terkena tembakan balasan.

Dalam laporannya, peneliti Amnesty International menemukan bahwa pasukan Ukraina telah menggunakan rumah sakit sebagai pangkalan militerde factomereka di lima lokasi dan di 22 sekolah. Meskipun sekolah telah ditutup selama konflik, lapor Amnesty International, sekolah-sekolah itu berada di lingkungan sipil. AFP/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top