Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 08 Jan 2022, 11:00 WIB

NASA Luncurkan Aurora Tiruan Melalui Roket

Foto: istimewa

Beberapa negara kini tengah menciptakan fusi nuklir untuk sumber energi baru. Selain matahari dan bulan buatan, ternyata Nasa juga mengembangkan aurora buatan. NASA meluncurkan dua roket bersuara pada Jumat malam dari Pusat Antariksa Andoya di Norwegia yang dimaksudkan untuk menciptakan aurora buatan. Aurora itu ditangkap oleh segelintir orang di daerah tersebut.

Roket yang terdengar, diluncurkan dalam selang waktu dua menit dan mencapai ketinggian 320 kilometer (198 mil) melakukan pengukuran kepadatan atmosfer dan suhu. Saat waktunya tepat, aurora diluncurkan dengan menggunakan campuran trimetil aluminium (TMA) dan barium atau strontium, yang terionisasi saat terkena sinar matahari. Fenomena langit aurora merupakan hal yang menarik dilihat lantaran keindahan cahaya yang berwarna-warni. Aurora yang terlihat di lingkar kutub utara disebut aurora borealis dan di lingkar kutub selatan disebut aurora australis. Pada tahun 2019, NASA pernah berusaha menciptakan fenomena aurora tersebut.

Penciptaan aurora ini merupakan bagian dari misi AZURE yang berusaha memahami lebih lanjut tentang bagaimana aurora bergerak di atmosfer kita.Para ilmuwan dalam penelitiannya memutuskan untuk membuat aurora untuk dibaca. Dua roket diluncurkan dari Andoya Space Center untuk menciptakan aurora buatan.

Diketahui, para ilmuwan hingga saat ini masih berusaha memahami banyak hal tentang aurora. Para ahli belum yakin secara pasti bagaimana hubungan antara aurora dan medan magnet Bumi, maka dari itu dibutuhkan semua jenis eksperimen baru untuk mengungkap rahasia aurora.

Tim fisikawan dari University Of Iowa, AS mengungkapkan bagaimana proses terjadinya aurora hingga mereka berhasil membuat aurora dengan menggunakan teknologi.Para tim ahli tersebut membuktikan bahwa lampu dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik kuat yang mempercepat elektron menuju bumi selama badai geomagnet.

Teori ini dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia pada tahun 1946. Berdasarkan teori yang sudah terbukti, pada Juni lalu, ilmuwan bisa menciptakan kembali aurora borealis menggunakan perangkat plasma di laboratorium University of California UCLA, Los Angeles, AS.

"Semakin banyak kita belajar tentang aurora, semakin kita memahami tentang proses fundamental yang mendorong ruang dekat Bumi - wilayah yang semakin menjadi bagian dari domain manusia, rumah tidak hanya bagi astronot tetapi juga komunikasi dan sinyal GPS yang dapat mempengaruhi aurora. kami di lapangan setiap hari," tulis NASA.

Redaktur: Fiter Bagus

Penulis: Sindi B Natalia Panjaitan

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.