Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Karakter Bangsa

Moderasi Beragama Sebuah Keniscayaan

Foto : istimewa

Sekretaris Jenderal MPR, Ma’ruf Cahyono,

A   A   A   Pengaturan Font

BANYUMAS - Moderasi beragama menjadi sesuatu yang niscaya karena ada dalam perjalanan yang terus dinamis atau berubah. Tidak ada keinginan untuk mewujudkan Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, tanpa didukung komitmen kebangsaan yang kuat. Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Jenderal MPR, Ma'ruf Cahyono, di Purwokerto, Banyumas, Senin (28/3).

"Moderasi beragama menurut saya adalah jalan keluar dan sangat fundamental. Apalagi membangun bangsa dan negara yang religius jelas ada dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Juga ada dalam Pancasila. Sila pertama berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Ma'ruf.

Dia menilai, moderasi beragama merupakan sesuatu yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Proses bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara itu dinamis. "Jadi, moderasi beragama adalah instrumen agar kerukunan antarumat beragama dan penganut kepercayaan bisa menjadi pendorong dan penguat melaksanakan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara," tandasnya katanya.

Ia mengatakan ini usai acara "Deklarasi Komitmen Terus Menguatkan Kerukunan Umat Beragama." Deklarasi tersebut diselenggarakan MPR dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Setelah deklarasi dilanjutkan seminar "Moderasi Beragama: Umat Rukun Indonesia Maju."

Maka, Ma'ruf menambahkan, masalah fundamental yang berpotensi menimbulkan perpecahan harus dimoderasi. Tujuannya agar relevan dengan upaya untuk terus memperkokoh fondasi kebangsaan. Selain itu, moderasi beragama harus dilakukan terutama berkaitan dengan masalah radikalisme dan terorisme.

Dia melihat, masyarakat yang dinamis dan bineka karakteristiknya eksklusif. Masing-masing memiliki emosional terkait dengan perbedaan-perbedaan. Maka, harus dipertemukan untuk dimoderasi.

Menurutnya, ada titik yang bisa membuat semua seimbang. Moderasi beragama dalam konteks ini memberi keseimbangan terhadap kondisi-kondisi radikal dan intoleran supaya tetap kembali kepada komitmen kebangsaan. Moderasi beragama terkait dengan toleransi di mana Indonesia adalah bangsa yang toleran.

"Kita memiliki fondasi kuat sebagai bangsa yang humanis. Nasionalisme kita bukan nasionalisme sempit. Tapi nasionalisme yang memang dasarnya adalah perbedaan, bukan chauvinisme. Demokrasi kita transcendental dengan nilai-nilai religiositas, humanitas, dan nasionalitas," katanya. "Oleh karena itu, toleransi harus dirawat, dijaga, dan dimoderasi dengan baik," tandasnya.

Sementara itu, Rektor UM,P Jebul Suroso, menambahkan tema seminar tersebut sangat relevan dengan kondisi berbangsa. Moderasi beragama untuk mewujudkan kerukunan hidup di Indonesia.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top