Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sumber Daya Alam

Mineral Langka Ditemukan di Dasar Laut di Jepang

Foto : koran jakarta / ones
A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Para peneliti Jepang berhasil menemukan mineral langka dalam jumlah besar di dasar laut Jepang. Mineral berusia ratusan tahun itu banyak digunakan untuk peralatan teknologi tinggi.

Sebuah studi yang dipublikasikan, Selasa (10/4), mengungkapkan mineral yang ditemukan di dasar laut itu cukup untuk memasok kebutuhan seluruh dunia dalam jumlah tak terbatas.

Laporan ilmiah Nature Publishing Group menyebutkan, bahan-bahan itu berada di lautan Pasifik, yang luasnya sekitar 965 kaki persegi, dekat Pulau Minamitorishima, 1.150 mil tenggara Tokyo.

Mineral logam dari tanah yang langka itu sangat diperlukan untuk pembuatan produk berteknologi tinggi, seperti kendaraan listrik, telepon seluler, dan baterai. Selama ini, dunia

mengandalkan Tiongkok untuk memenuhi hampir seluruh kebutuhan material langka itu. "Dasar lautan mengandung lebih dari 16 juta ton oksida tanah langka itu.

Jumlah itu setara dengan pasokan itrium untuk 780 tahun, europium untuk 620 tahun, terbium untuk 420 tahun, dan 730 tahun disprosium," tulis laporan itu. Jepang mulai mencari sumber logam itu setelah Tiongkok menghentikan pasokan.

The Wall Street Journal pada Rabu (11/4) melaporkan penemuan bahan yang tersimpan di bawah tanah itu dapat membuat Jepang dan Tiongkok bersaing untuk menjadi produsen terbesar mineral itu di dunia.

Jepang mulai mencari mineral langka di dalam negeri setelah Tiongkok menunda pengiriman akibat sengketa wilayah kepulauan pada 2010. Padahal, sebagai produsen besar elektronik, Jepang sangat membutuhkan mineral langka itu untuk bahan pembuatan komponen. Akibat Tiongkok membatasi ekspor, harga mineral pada 2010 langka melonjak 10 kali lipat.

Biaya Besar

Namun, kegiatan eksplorasi hingga ekstraksi mineral langka membutuhkan biaya yang sangat besar. "Sebuah konsorsium yang didukung pemerintah Jepang, perusahaan, dan peneliti, berencana melakukan uji kelayakan dalam lima tahun ke depan," tulis The Journal.

Beberapa waktu lalu, survei geologi Amerika memperkirakan cadangan global mineral langka hanya 110 juta ton, danditemukan sebagian besar di Tiongkok, Russia, dan wilayah bekas Uni Soviet lain, serta di Amerika Serikat.

Tahun lalu, pemerintah Malaysia juga sedang mempertimbangkan perusahaan Australia untuk mengelola tambang mineral langka ini setelah ditentang oleh sejumlah pihak yang khawatir atas limbah radioaktif. SB/WSJ/AR-2

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top