Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Miliaran Jam Kerja Raib Akibat Perubahan Iklim

Foto : AFP/Kirill KUDRYAVTSEV

Mendinginkan Badan l Seorang anak mendinginkan badannya saat musim panas lalu di Moskwa. Penelitian terbaru meng­ungkap­kan bahwa kombinasi panas dan kelembaban telah menimbulkan kerugian 677 miliar jam kerja per tahun di seluruh dunia.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Kombinasi panas dan kelembaban yang menyiksa dan membuat pekerjaan di luar ruangan makin sulit dan berbahaya, telah menimbulkan kerugian hilangnya sekitar 677 miliar jam kerja per tahun di seluruh dunia. Hitungan ini tercantum dalam sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada Kamis (13/1) dan membahas soal semakin buruknya dampak dari perubahan iklim.

Para peneliti di Amerika Serikat, yang memperkirakan biaya hilangnya jam kerja itu bisa mencapai 2,1 triliun dollar AS setiap tahun, mengatakan bahwa efek negatif dari suhu yang tak nyaman ini dan dirasakan oleh para pekerja sektor pertanian dan konstruksi, tak boleh dipandang sebelah mata karena kerugian hilangnya jam kerja itu belum menghitung konsekuensi kerugian tambahan akibat dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnalEnvironmental Research Letters, disebutkan bahwa peningkatan panas dan kelembaban sangat berbahaya karena tubuh tak mampu mendinginkan diri hanya dengan bantuan keringat.

Hasil pengamatan para peneliti menyimpulkan bahwa produktivitas turun pada suhu dan tingkat kelembaban yang lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Mereka menemukan bahwa antara 2001 dan 2020, paparan kelembaban tinggi dan panas dikaitkan dengan hilangnya sekitar 677 miliar jam kerja per tahun pada pekerjaan berat di luar ruangan.

Angka hilangnya jam kerja per tahun terkait kondisi iklim panas dan lembab ini muncul dengan asumsi bahwa hampir tiga perempat dari populasi usia kerja global, tinggal di lokasi yang merasakan dampak dari pemanasan global.

"Jika pekerja luar ruangan kehilangan produktivitas akibat peningkatan suhu dan kelembaban, maka kehilangan jam kerja dari tenaga kerja di daerah tropis bisa mencapai 500 hingga 600 jam per orang per tahun. Angka ini dua kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya," kata Luke Parsons, pemimpin peneliti dari Universitas Duke.

Penelitian Parsons menemukan bahwa di India saat ini kehilangan produktivitas karena dampak panas lembab pada tenaga kerja mencapai sekitar 259 miliar jam kerja setiap tahun, sementara di Tiongkok kehilangan mencapai 72 miliar jam dan di Bangladesh kehilangan bisa mencapai32 miliar jam.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa selama empat dekade terakhir, saat suhu global meningkat, kehilangan produktivitas tenaga kerja terkait panas telah meningkat setidaknya sembilan persen.

Skala Besar

Parsons juga mengatakan bahwa daerah panas dan lembab lainnya seperti Amerika Serikat bagian tenggara, juga bisa mengalami kehilangan tenaga kerja yang signifikan.

"Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa kita tidak perlu menunggu kenaikkan 1,5 derajat Celsius dari pemanasan global untuk mengalami dampak perubahan iklim pada tenaga kerja dan ekonomi," kata Parsons.

"Pemanasan yang telah kita alami mungkin terkait dengan hilangnya tenaga kerja dalam skala besar. Penambahan suhu panas di masa depan akan memperbesar dampak ini," imbuh dia. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top