Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mewaspadai Cedera Ketika Berolahraga

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Gaya hidup sehat semakin banyak diminat oleh masyarakat saat ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan untuk menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan aktivitas olah raga.

Meskipun terlihat umum, ternyata berolahraga dapat menimbulkan risiko cedera khususnya pada bahu, tangan, dan kaki. Cedera olah raga dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari orang awam hingga atlet profesional. Peradangan otot dan sendi akibat salah posisi, otot yang robek, dislokasi otot, tulang, dan sendi adalah beberapa jenis cedera yang paling sering terjadi saat berolahraga.

"Waktu olah raga, otot mengalami pembebanan sehingga terjadi robekan kecil pada otot," kata dr. Iman Widya Aminata, Sp. OT, dokter spesialis bedah ortopedi dalam talkshow Penanganan Cedera Bahu dan Kaki akibat Olah Raga oleh Rumah Sakit Pondok Indah.

Semakin banyak robekan yang terjadi, maka semakin banyak proses perbaikan sel tersebut sehingga dapat menimbulkan otot yang lebih besar, tergantung dari waktu dan nutrisi yang diberikan. Cedera dapat terjadi jika waktu beristirahat kurang, sementara lebih banyak melakukan olah raga.

Sedangkan tubuh membutuhkan waktu beristirahat untuk proses perbaikan sel-sel pada otot tersebut. Bagian yang paling sering mengalami cedera saat olah raga adalah bahu dan kaki. Cedera bahu dapat terjadi baik pada tulang maupun otot, namun struktur tulang yang lebih keras menyebabkan cedera pada bahu sering terjadi pada otot.

Cedera juga ada dua kategori, yaitu akut dan kronik. "Akut yaitu yang baru saja terjadi dan disebabkan oleh trauma atau energi yang signifikan, sementara kronik itu energi atau trauma kecil tetapi berulang-ulang sehingga terjadi robekan atau dislokasi yang berulang," jelas Iman.

Ia juga menambahkan ada beberapa penyebab terjadinya cedera yaitu bisa terjadi karena olah raga yang berlebih, dehidrasi, kekurangan elektrolit dalam tubuh, otot kaku karena kurang melakukan pemanasan, atau sirkulasi darahnya yang kurang bagus.

"Sirkulasi darah yang kurang bagus itu bisa disebabkan karena pemakaian baju yang ketat atau memang sirkulasi darah orang tersebut yang kurang baik," tuturnya.

Untuk penanganannya sendiri, 80 persen pasien melakukan fisioterapi karena dinilai paling efektif dan efisien jika dibandingkan dengan cara konvensional yang menggunakan gips selama berhari-hari.

"Cedera bahu ringan dapat diatasi dengan melakukan peregangan dan memaksimalkan kerja bahu melalui fisioterapi," kata Iman. Untuk cedera akibat peradangan otot dapat diatasi dengan istirahat yang cukup, penggunaan kompres es untuk meredakan nyeri, pemberian analgesik untuk mengurangi rasa sakit, serta terapi untuk membantu proses pemulihan bahu.

Perhatikan Alarm Tubuh

Salah satu penyebab cedera pada tubuh adalah aktivitas olah raga yang berlebihan. Namun harus diperhatikan perbedaan mengenai cedera dengan muscle soreness, atau otot pegal-pegal setelah berolahraga karena keduanya memiliki keluhan yang sama, yaitu rasa nyeri.

"Muscle soreness itu kondisi di mana pembebanan mengakibatkan robekan kecil di otot dan terjadi proses peradangan atau inflamasi untuk memperbaiki otot yang robek," jelas dr. Dimas.

Biasanya robekan tersebut akan membentuk otot yang lebih besar dan kuat. Itu juga menjadi tanda bahwa tubuh sedang beradaptasi dengan olah raga yang tengah dilakukan.

Dimas mengatakan yang membedakan dengan cedera adalah, cedera biasanya memiliki rasa nyeri yang hebat dan tidak hilang-hilang dengan intensitas yang sama. "Kalau misalnya nyeri karena muscle soreness itu satu sampai sepuluh, maka kalau cedera itu bisa sebelas. Dan intensitasnya sama, kalau muscle soreness kan biasanya semakin lama semakin tidak sakit," jelasnya.

Selain itu, tubuh juga memiliki alarm atau tanda sendiri untuk mengingatkan kita kapan harus berhenti dan berolahraga, yaitu melalui rasa nyeri itu sendiri. Kalau ingin memulai olah raga lagi, bisa dilakukan setelah istirahat dengan intensitas yang rendah.

Jika masih nyeri yang dirasakan menetap, segera konsultasi ke dokter. Dimas mengatakan tidak perlu takut kalau-kalau harus melakukan pembedahan. Karena hampir 80 persen pasien yang mengalami cedera mendapatkan perawatan fisiologi, sedangkan sisanya baru melakukan pembedahan.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, operasi bukan lagi menjadi momok yang menakutkan. "Lagipula operasi yang sekarang sudah tidak semenakutkan seperti dahulu, operasi sekarang dilakukan dengan luka yang minimal," kata Dimas. gma/R-1

Perlu Didiagnosis Dulu

Tidak dipungkiri, setiap orang pasti pernah mengalami cedera terutama di bagian kaki. Mulai dari terkilir hingga patah tulang. Tidak sedikit pula masyarakat Indonesia yang masih menggunakan metode tradisional dalam menyembuhkan cedera yang dialami itu, terutama saat terkilir.

Metode pijat atau urut menjadi pilihan utama ketika orang sedang terkilir. Hal itu tidak dipungkiri dunia medis, bahwa hampir 100 persen orang yang mengalami cedera pada bagian kaki akan mempercayakan metode urut ini.

"Hampir 100 persen masyarakat Indonesia pasti memilih pijat jika cedera, mulai dari orang awam hingga atlet profesional," kata Dimas R. Boedijoni, dokter spesialis bedah ortopedi Konsultan Foot and Ankle.

Ia menerangkan sebenarnya sah saja jika orang melakukan pijat karena prinsipnya sama saja dengan penanganan yang dilakukan pada dunia medis. "Diurut itu lebih enak karena rasa sakitnya itu mengalihkan rasa sakit yang dirasakan pada cedera yang dia punya," katanya.

Selain itu, berkat diurut otot menjadi lebih relaks karena biasanya setelah cedera otot cenderung menegang sendiri dan itulah yang menimbulkan rasa sakit. Dengan memberikan penambahan rempah-rempah seperti kencur selepas diurut juga dapat memberikan perasaan hangat pada area cedera sehingga menimbulkan perasaan nyaman.

Tetapi, sebelum melakukan pijat atau urut ini harus mengetahui terlebih dahulu cedera yang dialami. Untuk urut, biasanya dapat diberikan pada cedera dengan grade dua dan tiga, yang biasanya dapat terlihat dengan bagian yang bengkak besar hingga sangat besar dan disertai dengan rasa nyeri yang kuat.

Sementara untuk cedera grade satu biasanya tidak terlalu bengkak dan dapat di atasi dengan pemberian kompres es. "Tidak ada yang salah dengan pijat, tapi diagnosis dahulu cederanya apa. Apakah patah tulang, dislokasi atau terkilir, sehingga mendapat penanganan yang tepat," katanya. Karena jika salah diagnosis, bukannya otot menjadi relaks malah semakin tegang. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top