Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Metode ini Mendeteksi Dini Myopia pada Anak Usia Sekolah

Foto : istimewa

Pemeriksaan mata gratis dalam program Miyosmart Goes to school di An Nahl Islamic School di Ciangsana, Bogor.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Hoya Vision Care, produsen lensa dari Jepang mengadakan acara Miyosmart Goes to School dengan menyambangi An Nahl Islamic School di Ciangsana, Bogor.

Lebih dari 300 peserta didik dari 20 kelas jenjang SD hingga SMP di sekolah tersebut mendapatkan pemeriksaan mata secara gratis. Pemeriksaan mata ini dilakukan bersama VIO Optical Clinic, Vision Therapy yang berfokus pada layanan Myopia Control Management dan Low Vision.

Managing Director Hoya Lens Indonesia Dodi Rukminto mengungkapkan, Miyosmart Goes to School hadir di sekolah setelah liburan semester. Sebab, kembali ke sekolah merupakan waktu yang tepat untuk mengecek kesehatan mata peserta didik dan memberikan penanganan jika diperlukan.

"Miyosmart Goes to School merupakan program perusahaan untuk mendeteksi gangguan refraksi atau kesulitan melihat benda secara jelas pada anak usia sekolah," kata Dodi dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/1).

Saat ini, kata dia, banyak anak usia sekolah menunjukkan gejala gangguan refraksi khususnya myopia seperti rabun jauh atau mata minus saat proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini mengganggu kegitanan belajar siswa.

Dijelaskan, contoh gejala mata minus dapat dilihat bila seorang anak sering memicingkan dan mengucek mata, mendekati objek seperti papan tulis untuk melihat dengan jelas, mudah mengalami mata lelah, dan lain-lain.

"Di acara ini juga ada edukasi untuk orangtua tentang opsi kontrol myopia atau manajemen myopia. Salah satu inovasi terkini dalam manajemen myopia dengan tingkat efikasi tertinggi di Indonesia saat ini adalah lensa kacamata terapi Miyosmart yang dapat menahan laju pertumbuhan minus pada anak," jelasnya.

Ia menjelaskan, pemeriksaan mata dan edukasi melalui kegiatan ini dilakukan karena tingkat kesadaran terhadap kesehatan mata di Indonesia masih sangat rendah, terutama dalam hal risiko dan penanganan myopia pada anak. Hal ini dibuktikan dalam kegiatan sebelumnya.

"Banyak anak usia sekolah mengalami myopia yang cukup tinggi, tetapi masih belum dikoreksi menggunakan kacamata. Bahkan, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anaknya mengalami myopia. Selain itu, banyak juga orang tua yang belum pernah memeriksakan kondisi mata anaknya," kata Dodi.

Ia menambahkan, masih banyak orang tua yang tidak mengetahui pertumbuhan myopia pada anak dapat dikontrol atau ditahan dengan opsi manajemen myopia yang ada. Semakin dini penanganan yang dilakukan, semakin besar peluang untuk menghindari penyakit mata yang lebih serius di kemudian hari.

"Oleh karena itu, kami sangat sarankan orangtua unuk memeriksakan kesehatan mata anaknya sesegera mungkin dan memberikan penanganan terbaik seperti manajemen myopia" tandasnya.

Marketing Assistant Manager Hoya Lens Indonesia Nihla Azkiya menambahkan, pemeriksaan mata gratis melibatkan lebih dari 300 peserta didik dari jenjang SD hingga SMP di An-Nahl Islamic School Kabupaten Bogor.

"Kami memberikan surat rekomendasi beserta hasil dari deteksi dini yang ditujukan untuk orangtua sang anak. Hal ini dilakukan supaya orangtua dapat melakukan tindakan preventif, serta memberikan penanganan yang efektif apabila ada indikasi gangguan penglihatan," katanya.

Nihla berharap, kegiatan ini bisa membuat orang tua lebih memperhatikan kesehatan mata anaknya, dan memberikan kesadaran lebih terhadap pentingnya memperhatikan kesehatan mata.

"Salah satu indera penangkap informasi yang sangat penting pada proses belajar mengajar adalah mata. Gangguan penglihatan dapat memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan belajar dan prestasi akademis sang anak kedepannya.

Deteksi dini dan penanganan masalah penglihatan dapat membantu memastikan bahwa anak dapat mengakses pendidikan dengan maksimal, mendukung perkembangan mereka, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik," tegas Nihla.

Nihla mengungkapkan, dari keseluruhan peserta didik yang diperiksa, lebih dari 60% terdeteksi mengalami gangguan refraksi. Rinciannya, lebih dari 70% gangguan refraksi yang ditemukan adalah myopia atau rabun jauh, dan hampir 30% di antaranya myopia sedang hingga tinggi (minus -3.00D atau lebih).

"Lebih dari 50 persen anak yang mengalami gangguan refraksi belum mendapat penanganan atau koreksi berupa penggunaan kacamata. Contohnya, setelah pemeriksaan ada yang terdeteksi mengalami myopia sebesar -4.00D tetapi masih belum pernah menggunakan kacamata," kata Nihla.

Karena sangat bermanfaat, terutama untuk deteksi dini, Nihla memastikan program Miyosmart Goes to School akan terus berlanjut ke sekolah-sekolah lain.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top