Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kota Lama Semarang

Menuju Kota Berformat Kosmopolitan

Foto : Henri Pelupessy
A   A   A   Pengaturan Font

Siapa yang tidak mengenal Kota Lama Semarang, kawasan bersejarah di Kota Semarang yang sudah ada sejak abad 18, pada era pemerintahan Hindia Belanda.

Kota lama dulunya merupakan pusat pemerintahan Semarang dan pemukiman masyarakat Belanda. Seperti bangunan Belanda khususnya, kawasan kota lama di bangun dengan model perumahan yang terkonsep dan memiliki nilai seni tinggi.Sampai sekarang di sekeliling kota tua terdapat kanal air yang dilengkapi jembatan, salah satunya merupakan Jembatan Berok yang masih ada hingga saat ini.

Di Kota lama, zaman itu, menjadi kawasan yang sering disebut orang sekitar dengan nama Outstadt, dipenuhi gedung mewah, dan sebagian dijadikan kantor Belanda.

Gambaran kota lama masih nampak, ditandai dengan gedung yang masih terawat baik yakni Gedung Asuransi Jiwasraya. Sedangkan kawasan pemukiman warga, di kota lama terdapat pusat peribadatan seperti Gereja Blenduk dan Gereja Gendangan.

Tidak hanya itu, terdapat juga ruangan mewah terbuka, Taman Srigunting dan Gedung Marabunta yang ketika itu dijadikan gedung pertunjukan.

Secara umum, hampir semua karakter bangunan yang ada di kawasan ini bergaya Eropa yang ditandai dengan besarnya ukuran pintu dan jendela, penggunakan kaca patri, bentuk atap yang unik, hingga keberadaan ruang bawah tanah di beberapa bangunan.

Karena lokasinya yang dikelilingi kanal dengan bangunan berlanggam Eropa, kawasan ini mendapat julukan Little Netherland. Seusai kemerdekaan Indonesia, kawasan yang dulunya ramai ini perlahan mulai ditinggalkan. Kini yang tersisa dari Kota Lama Semarang hanyalah bangunan-bangunannya yang megah namun tidak begitu terawat.

kawasan Kota Lama Semarang ini juga sering dijadikan lokasi nongkrong komunitas sketching. Banyak yang dapat dilakukan seperti membuat sketch bangunan-bangunan tua yang memiliki arsitektur gaya Eropa, seperti kubah Gereja Blenduk hingga dua semut raksasa di atap Gedung Marabunta.

Dan yang tidak kalah menarik lainnya adalah wisata kuliner di kawasan tersebut. Di balik bangunan-bangunan kuno di kawasan ini terdapat tempat kuliner yang terkenal dan dipastikan mampu membuat lidah bergoyang. Sate kambing adalah salah satunya, sate buntel yang merupakan sajian khas dari Warung Sate dan Gulai 29 yang berada di depan Gereja Blenduk. Juga ada Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar yang dijual di warung tenda. Warung Ikan Bakar Cianjur yang menempati bangunan megah bergaya kolonial dan merasakan sensasi bersantap ala Eropa di Spiegel Bar & Rest atau suasana vintage di Retro Cafe.

Keunikan lainnya di kawassan kota lama adalah, adanya pasar Seni/Klithikan.

Tepat di sebelah Taman Srigunting. Banyak dijumpai lapak pedagang yang menjual aneka barang unik dan antik. Juga sejumlah galeri seni yakni galeri Semarang atau Semarang Contemporary Art Gallery. Di galeri ini ditampilkan sejumlah koleksi lukisan, patung, dan benda seni lainnya.

Tempat wisata baru di kawasan ini juga bisa dijumpai yakni Museum 3D atau Old City 3D Trick Art Museum Semarang. Merupakan museum 3D terbesar di Jawa Tengah. Old City 3D Trick Art ini memiliki koleksi sekitar 108 lukisan 3D yang beraneka ragam.

Menjadi Kota Warisan Budaya Dunia

Peluang Kota Lama untuk menjadi Kota Warisan Budaya Dunia atau World Heritage 2020 terbuka lebar mengingat telah dicoretnya Kota Tua Sawahlunto dan Kota Tua Jakarta dari daftar sementara oleh UNESCO.

"Kota Lama Semarang saat ini masih masuk daftar sementara Warisan Budaya Dunia Unesco sebagai satu-satunya. Untuk itu, saya akan berupaya maksimal agar penataan kawasan tidak mengubah nilai historis yang terdapat dalam kawasan tersebut," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Wali Kota yang akrab disapa Hendi menjelaskan, masterplan Kawasan Kota Lama Semarang telah dibagi dalam tiga zona. Zona pertama terdiri dari Jalan Tawang, Merak, Garuda, Branjangan, Nuri, Cendrawasih, Kedasih, Srigunting, Sleko, Kutilang, Mpu Tantular, Kasuari, dan Merpati.

"Zona dua terdiri dari Jalan Kenari, Pinggir Kali Semarang, Perkutut, Letjen Suprapto, Suari, Kepodang, Sendoro, Gelatik, serta Jurnatan. Dan untuk zona ketiga terdiri dari Kolam Retensi Berok serta Kolam Retensi Bubakan," ungkapnya.

Pihaknya akan berusaha keras mempertahankan kelestarian bangunan-bangunan cagar budaya Kota Lama dengan mengawasi sekaligus merawat bangunan-bangunan yang ada.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang yang juga Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, persiapan menuju world heritage, telah mengumpulkan berbagai dokumen. Namun untuk dossier atau catatan dokumen mengenai Kota Lama, akan merujuk pada rekomendasi Unesco dan beberapa ahli sejarah agar menjadikan Kota Lama sebagai Kota Kosmopolitan.

"Unesco mengharapkan tidak hanya zaman old tapi juga zaman now. Sehingga harus kita kolaborasikan masa lalu dan ke depannya. Sehingga perekonomian dan pariwisata harus beriringan," kata dia.

Pihaknya menjadwalkan, berbagai draf dokumen persyaratan world heritage akan dikirimkan kepada Unesco pada September dan akan dilengkapi pada November.

"Kami sedang menginventarisir berapa bangunan yang sudah fix dimanfaatkan. Tidak bisa seketika selesai. Banyak tim yang kami libatkan untuk mempelajari sejarah bangunan di Kota Lama," ujar dia.

Wajah Kota Semarang saat ini sudah bergeser dari kota bisnis menjadi kota pariwisata. Diperlukan pengembangan berbagai destinasi wisata . Dengan dukungan para komunitas dan pegiat wisata serta seluruh stake holder, diharapkan jumlah wisatawan yang datang Kota Semarang semakin meningkat.

"Pada 2017 jumlah wisatawan mencapai lebih dari 5 juta orang, tahun ini tentu kami harap semakin besar," kata dia.

Revitalisasi Kota Lama

Revitalisasi Kota Lama terus dilakukan yang mencakup keseluruhan untuk lebih memaksimalkan potensi Kota Lama sebagai daya tarik utama wisata Kota Semarang.

"Sehingga, harapannya dengan pembangunan yang semakin maksimal, dampak ekonomi secara positifnya kepada Kota Semarang juga lebih besar," kata Hendrar Prihadi.

Kementerian PUPR telah mengucurkan dana revitalisasi penataan kawasan Kota Lama senilai Rp 156,372 miliar. Anggaran tersebut diperuntukkan bagi peningkatan jalan dan pedestrian, street furniture, perbaikan saluran drainase, kolam retensi, dan landscape di kawasan Kota Lama. Dari anggaran tersebut, Rp 50 miliar di antaranya untuk pembuatan ducting atau sistem penanaman kabel listrik dan jaringan lainnya di kawasan itu.

Kementerian PUPR akan memberikan penambahan dana untuk revitalisasi penataan kawasan Kota Lama sebesar Rp 30 miliar. Dana tersebut akan digunakan bagi pembangunan pertamanan di Kota Lama. Revitalisasi diperkirakan akan selesai pada Desember 2018.

SM/R-1

Komentar

Komentar
()

Top