Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjaga Rajut Kebinekaan Menggapai Hakikat Kemerdekaan

Foto : Istimewa

Brigjen Brigjen TNI Bangun Nawoko, Danrem 174/Anim Ti Waninggap (ATW) di Merauke.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Di HUT ke-76 Kemerdekaan RI, Koran Jakarta menerima artikel yang ditulis Brigjen TNI Bangun Nawoko, Danrem 174/Anim Ti Waninggap (ATW) di Merauke. Dalam artikel berjudul Menjaga Rajut Kebinekaan Menggapai Hakikat Kemerdekaan, jenderal bintang satu Angkatan Darat ini menyinggung soal pentingnya merajut kebinekaan. Kata dia, merajut Kebinekaan sangat penting bagi bangsa Indonesia. Terutama dalam menggapai hakikat kemerdekaan.

Di awal artikelnya, Brigjen Nawoko, menyatakan bulan Agustus 2021 ini merupakan bulan yang sangat sarat dengan makna sosio historis bagi kehidupan Bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Secara historis, bulan Agustus adalah tonggak sejarah sekaligus bulan kemerdekaan bagi NKRI, karena pada 17 Agustus 1945 kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta.

Sedangkan secara sosial, sampai dengan bulan Agustus ini, kata dia, bangsa Indonesia telah cukup lama "dibelenggu oleh penjajahan" Pandemi Covid-19 yang telah memporakporandakan dan mengubah berbagai sendi kehidupan umat manusia secara global.

"Bagi masyarakat Kabupaten Merauke, di tengah-tengah "belenggu penjajahan" pandemi Covid-19 juga terdapat potensi ancaman terhadap kebinekaan yang selama ini menjadi salah satu ciri khas Bumi Animha, yang sekaligus menjadi representasi miniatur dari ke Bhinneka Tunggal Ika-an NKRI," kata Brigjen Nawoko.

Ancaman itu, menurut Brigjen Nawoko,antara lain isu terorisme yang berakhir dengan ditangkapnya 13 orang terduga pelaku teror oleh Densus 88 Polri. Serta tindakan-tindakan berlebihan oknum aparat dalam membantu mengatasi permasalahan sosial yang menjadi isu besar dan berpotensi dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu untuk memecah belah masyarakat.

Karena itulah, kata dia, momentum peringatan HUT ke-76 Proklamasi ini hendaknya juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan refleksi historis. Kemudian membulatkan tekad untuk bersama-sama menghadapi "penjajahan sosial" yang sedang terjadi saat ini, menguatkan kembali rajut kebinekaan di Bumi Animha ini, dan selanjutnya kita bisa "Merdeka Kembali" secara hakiki.

Dalam artikelnya, Brigjen Nawoko juga menyinggung soal pentingnya membangun social immunity. Kata dia, dalam peperangan global menghadapi penjajahan Covid-19, salah satu istilah yang paling sering terdengar sebagai upaya untuk dapat bertahan menghadapi pandemi adalah membangun imunitas, baik individu maupun kelompok, atau yang lebih dikenal dengan istilah herd immunity. Disamping kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.

Imunitas individu, lanjutnya, dapat ditingkatkan melalui kecukupan asupan vitamin C dan D dengan konsumsi makanan bergizi serta berjemur di pagi hari maupun berolahraga dan beristirahat secara teratur. Sedangkan imunitas kelompok (herd immunity) diupayakan dengan program vaksinasi yang telah diselenggarakan secara massif oleh pemerintah.

"Imunitas ini diperlukan dalam menghadapi kemungkinan ancaman sosial yang berpotensi mengganggu kedamaian dan kerukunan masyarakat Merauke. Sebagaimana vaksin sinovac atau astrazeneca yang digunakan untuk membentuk herd immunity dalam menghadapi pandemi Covid-19, Bhinneka Tunggal Ika juga ibarat vaksin dan vitamin yang mampu membangun dan meningkatkan social immunity," tuturnya.

Brigjen Nawoko melanjutkan, Bhinneka Tunggal Ika sebagai vaksin pembentuk social immunity telah terbukti dan teruji dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, melalui Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang menyatukan seluruh perbedaan etnisitas masyarakat nusantara. Sehingga hanya dalam kurun waktu 17 tahun berhasil mengantarkan Indonesia untuk meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, setelah ratusan tahun sebelumnya pergerakan-pergerakan perlawanan yang bersifat kedaerahan tidak mampu melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

"Vaksin Bhinneka Tunggal Ika itulah yang saat ini juga harus disuntikkan secara massif ke tubuh manusia-manusia Indonesia, khususnya di wilayah Merauke agar kita sebagai bangsa memiliki social immunity yang kuat untuk menghadapi berbagai potensi ancaman yang bisa menghancurkan kedaulatan dan kemerdekaan," ujarnya.

Nilai-nilai kebinekaan yang telah menyatu dalam kearifan lokal Bumi "Animha" dengan semboyan "Izakod Bekai Izakod KAI" juga, kata Brigjen Nawoko, telah teruji dan terbukti mampu menyelesaikan permasalahan sosial di tengah masyarakat Merauke dengan sangat baik. Tanpa menimbulkan bekas luka yang berkepanjangan.

Oleh karenanya, ujar sang jenderal, kesadaran akan hal ini harus terus digaungkan oleh para tokoh masyarakat dan generasi muda sebagai agen perubahan, agar Merauke benar-benar bisa menjadi miniatur NKRI di ujung timur dan membagikan cahaya terangnya kewilayah lain.

Jenderal bintang satu yang kenyang dalam berbagai operasi tempur ini juga menyinggung soal peran, posisi dan keberadaan TNI. TNI ada untuk membantu merekatkan kembali rajut kebhinekaan guna meraih hakikat kemerdekaan.

TNI diberikan amanat oleh rakyat melalui UU sebagai alat negara di bidang pertahanan yang tugas pokoknya adalah menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Dan,TNI AD menempatkan pembinaan teritorial sebagai salah satu fungsi utama, untuk terus menjaga kemanunggalan dengan rakyat sebagai benteng terakhir kedaulatan NKRI.

"Sebagai implementasinya, TNI AD senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat untuk membantu mengatasi berbagai persoalan, baik yang terkait langsung dengan permasalahan pertahanan negara maupun masalah-masalah sosial kemasyarakatan," ujarnya.

Di wilayah Merauke ini, lanjut dia, selain pasukan organik jajaran Korem 174, dengan ujung tombaknya para Babinsa yang tersebar di pelosok-pelosok kampung, juga terdapat pasukan pengamanan perbatasan yang tugas utamanya menjaga perbatasan Negara. Sekaligus mengemban tugas tambahan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.

"Banyak yang telah dilakukan pasukan TNI AD dalam membantu masyarakat di kampung-kampung yang memiliki keterbatasan akses informasi, infrastruktur serta layanan publik," katanya.

Keberadaan para Babinsa dan prajurit di pos-pos Pamtas, telah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Para prajurit telah mampu mengisi kekosongan atau keterbatasan aparat pemerintahan untuk menjangkau wilayah-wilayah tersulit dan membantu melakukan pelayanan publik sesuai batas kemampuan dan kewenangannya.

"Kita bisa sama-sama melihat melalui media, berbagai hal positif yang telah dilakukan oleh para prajurit TNI AD, baik Babinsa maupun para pasukan pengamanan perbatasan, mulai dari menjadi guru bagi anak-anak, melakukan pelayanan kesehatan, berbagi keterampilan, bercocok tanam hingga membangun infrastruktur yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar," ungkapnya.

Semuasama-sama meyakini kebaikan dan kedamaian serta keindahan tatanan sosial masyarakat Merauke ada di tangan sendiri.

"Kita sebagai generasi yang semakin terdidik dan modern ini harus mampu menjaganya, agar tidak hancur oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang memanfaatkan sekecil apapun yang terjadi di halaman rumah kita," ujarnya.

Menurutnya, itulah hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu terbebas dari ancaman-ancaman konflik sosial yang mengganggu kedamaian dan kenyamanan Merauke sebagai Bumi Animha. Ia juga menegaskan, bahwa kemerdekaan itu tidak hanya sekedar anugerah Tuhan yang didapatkan begitu saja kemudian dibiarkan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top