Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menimang-nimang Batik Jakarta agar Dikenal Lebih Luas

Foto : ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi

Peserta membatik menggunakan canting dalam kegiatan lokakarya pendampingan batik tulis betawi yang digelar Dinas Perindustrian, ­Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (PPKUKM) DKI ­Jakarta di Jakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

Budaya fashion Jakarta semakin mendapat tempat, termasuk batik Jakarta.

Banyak usaha kecil menengah (UKM) yang menekuni bisnis batik Jakarta atau batik Betawi. Bahkan ada yang telah memiliki butik khusus batik Betawi, Elemwe.

Lily Mariasari selaku pemilik Elemwe menjelaskan, batik Betawi dapat dikembangkan melalui sejumlah cara. Misalnya, dengan lomba desain, mengadakan pembinaan para pengrajin, bekerja sama dengan Abang None, serta membawa karya-karya batik Betawi ke mancanegara.

"Kita ini kan ada di Jakarta. Maka, kita mempromosikan seni budaya Jakarta. Nah, batik Betawi sebagai salah satu seni budaya Jakarta yang wajib kita promosikan," ujar Lily Mariasari dalam acara Podcast Budaya di kanal YouTube resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Sabtu.

Dia menjelaskan bahwa fesyen selalu berkembang. Dulu, batik selalu dipakai di acara-acara resmi. Tetapi seiring waktu penggunaannya semakin berkembang, bisa dipakai di berbagai macam suasana dan acara, bahkan untuk ke kantor.

"Bahkan anak-anak muda sekarang sudah mulai kan, bagaimana kita memodifikasi batik itu menjadi look yang lebih trendy," ujarnya. Lily menjelaskan, batik Betawi sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Kala itu, ujarnya, lebih dikenal sebagai batik Batavia, dan dipakai oleh para nona dan nyai. Dia menyebutkan motif yang sering dipakai adalah bunga-bunga.

Akan tetapi, tambahnya, batik Betawi tidak terlalu terkenal pada masa itu, karena produk-produk batik masih didominasi oleh batik dari Jawa. "Terus, makin ke sini, makin ke sini, makin ke sini, di mana ada peraturan bahwa setiap daerah harus memiliki seni batik masing-masing, dengan corak seni budaya masing-masing. Nah, mulai dari saat itu, Jakarta, atau Betawi, bangkit lagi," dia menuturkan.

Melalui motif-motif batik berupa ciri khas seperti ondel-ondel, gigi balang, dan tapak dara, katanya, Jakarta mulai mempromosikan seni budayanya kembali dalam bentuk fesyen. Dalam proses kreasi desain batik Betawi sendiri, ujarnya, dia berinovasi dengan mengikuti tren mode yang sedang berkembang tanpa menyingkirkan unsur-unsur budaya Betawinya.

Contohnya, ujarnya, memberikan sentuhan warna lain pada ondel-ondel yang biasanya dikenal dengan warna merah. "Kalau kita tidak berkembang atau berinovasi, itu lah, makanya batik Betawi dikenalnya itu-itu saja," katanya.

Dia juga mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Abang None untuk mempromosikan penggunaan batik Betawi di kalangan anak muda. Selain itu, katanya, mereka juga berupaya menarik minat orang luar negeri dengan cara bermain dengan warna dalam desainnya. Menurutnya, Betawi identik dengan warna-warna yang cerah.

"Kalau contohnya kita ke Eropa. Eropa kan kurang menerima kalau warna-warna seperti itu. Dia lebih kayak monokrom gitu ya," katanya.

Dia menceritakan satu pengalaman uniknya ketika membawa batik-batik bermotif Betawi itu ke luar negeri. Ketika di Rusia, ujarnya, sekumpulan bapak-bapak memperebutkan batik bermotif bajaj. Transaksi dan interaksi itu berlanjut, tambahnya, bahkan saat dirinya pulang ke Indonesia, di mana pembeli dari Rusia itu memesan lagi batik Betawi.

Adapun sejumlah tantangan yang mereka hadapi, ujarnya, yaitu melatih ketelitian para pengrajin. Menurutnya, karena kesenian membatik baru berkembang di DKI dibandingkan di daerah-daerah lain, seperti Jawa, maka tingkat ketelitian pengrajin dari daerah lain lebih unggul dibandingkan pengrajin Jakarta.

Dia menilai, para pengrajin butuh pendampingan agar bisa memenuhi permintaan klien secara total. Dia menjelaskan, untuk pendampingan dalam pembuatan batik secara cap, waktunya relatif lebih singkat, sedangkan pembinaan untuk batik tulis lebih lama. Lily mengaku, pembinaan batik tulis sudah memasuki tahun ketiga.

Namun, ibu-ibu yang mendapatkan pendampingan dari Elemwe selalu menunjukkan semangat. Selain itu, Lily memotivasi para pengrajin batik Jakarta agar dapat menghasilkan karya lebih baik lagi. Caranya membawa karya-karya mereka ke luar negeri untuk dipamerkan. Namun, untuk dikenal di luar negeri, tidak mesti promosi di luar negeri. "Ditaruh di mal saja sudah akan dikenal orang luar karena banyak warga negara asing yang berbelanja di mal," tambahnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top