Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menilik Dasar Generasi Muda Hong Kong Pemarah

Foto : AFP/MARK GRAHAM

ANDY XIE, Ekonom Independen

A   A   A   Pengaturan Font

Hong Kong dan Singapura secara garis besar sangat mirip namun juga memiliki perbedaan yang amat mencolok, terutama dengan kaitannya soal perumahan, uang, dan politik. Model ekonomi Singapura dan Hong Kong sebagian besar tentang arbitrase inefisiensi atau kesenjangan dengan negara tetangga mereka yang lebih besar.

Hingga taraf tertentu, pencucian uang menjadi bisnis pokok di dua wilayah itu. Tidak perlu seorang jenius untuk mengusung model ekonomi ini karena tak sulit dan hanya perlu relasi yang kuat untuk menyediakan perlindungan.

"Dalam skenario ini, Singapura memiliki Amerika Serikat. Sedangkan Tiongkok membiarkan Hong Kong lolos begitu saja," kata ekonom independen, Andy Xie, dalam tulisannya di South China Morning Post edisi Kamis (1/8). Menurut Xia semua hal itu dikarenakan Beijing percaya bahwa apa yang ada di Hong Kong akan tetap berada di Tiongkok. Dan beberapa kepentingan kuat ingin Hong Kong untuk mengeluarkan kekayaan ilegal mereka.

Ketika uang masuk, masalah bagaimana hasil dibagi akan menentukan stabilitas. Singapura sejak awal mengakui bahwa penduduk setempat tidak dapat bersaing dengan warga asing dalam memiliki perumahan. Pemerintah memisahkan pasar antara penduduk lokal dan kalangan kaya internasional.

Jika taipan properti ingin menghasilkan uang di pasar properti, mereka dapat melakukannya di pasar terbuka, selama mereka mau berbagi dengan pemerintah. Pemerintah membangun apartemen ramah keluarga untuk penduduk setempat, mirip dengan dialami rata-rata penduduk AS.

Sedangkan Hong Kong dikuasai oleh pelaku bisnis besar, kebanyakan pengembang properti. Mereka ingin memaksimalkan laba dengan mengendalikan pasokan, lewat pembeli asing yang dapat membayar harga yang jauh lebih tinggi dari penduduk setempat.

Mereka tidak memberi insentif untuk mengembangkan pasar massal lokal, karena mereka tidak ingin ada harga yang berbeda untuk penduduk lokal dan asing. Oleh karena itu, pasar perumahan Hong Kong telah menjadi pasar dengan volume rendah dan harga tinggi.

Perkembangan paling aneh di pasar properti Hong Kong adalah munculnya flat kecil. Pengembang Hong Kong meningkatkan keterjangkauan perumahan dengan ukuran yang semakin susut. Bahkan apartemen seukuran mobil itu dapat diangsur sekitar 10 tahun. Sungguh menakjubkan melihat bagaimana pemerintah Hong Kong atau Beijing tidak mengkhawatirkan soal itu.

Pada kuartal keempat 2018, gaji rata-rata pekerja Hong Kong adalah 16.791 dollar Hong Kong per bulan. Berdasarkan harga properti saat ini, gaji satu tahun dapat memberi warga tempat tinggal seukuran 12 kaki persegi di Hong Kong.

Namun di New York dan Tokyo, gaji satu tahun setiap orang dapat membeli hunian seluas hampir 98,7 kaki persegi dan 80 kaki persegi. Mengingat ruang yang dapat digunakan di Hong Kong biasanya kurang dari luas lantai yang disebutkan, properti Hong Kong bisa dikatakan mendekati 10 kali lebih mahal dari pada di New York dan Tokyo.

Ketika hunian sangat tidak terjangkau, kalangan muda menjadi kehilangan harapan. "Percikan sekecil apa pun dapat memicu kerusuhan yang tak terkendali. Alih-alih terkejut dengan kekacauan yang sedang terjadi di Hong Kong, kita seharusnya bertanya-tanya mengapa hal itu membutuhkan waktu begitu lama untuk terjadi," komentar Xie.

Hal itu keseluruhannya karena masyarakat Hong Kong menanggung beban lebih berat dari pada di tempat lain. Jika kondisi yang sama menerpa New York atau London, maka sudah sejak lama dua kota itu dilanda kerusuhan.

Para konglomerat di Hong Kong mengendalikan politik dan seluruh pasar properti demi keuntungan egois mereka, dengan mengorbankan peluang dan kualitas perumahan yang buruk bagi generasi muda Hongkong. SCMP/SB/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top