Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembakaran sisa batang padi di lahan pertanian menjadi masalah bagi lingkungan dan kesuburan tanah. India menerapkan penyemprotan enzim biodekomposer untuk mengurainya menjadi pupuk.

Mengurai Biomassa Sisa Panen Menjadi Pupuk

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Setiap musim gugur ketika panen telah selesai, Anil Kalyan dari Desa Kutail di Negara Bagian Haryana, India utara, akan bergabung dengan puluhan ribu petani padi lainnya. Mereka akan beramai-ramai membakar sisa batang padi yang masih hidup sebagai cara membersihkan ladang pertanian untuk ditanami gandum pada musim yang lebih sejuk.
Namun tahun ini, Kalyan tidak melakukannya. Ia ingin merubah kebiasaannya yang mencemari udara sehingga menciptakan kabut asap di Delhi dan mengurangi hasil panen, dengan mendaftarkan tanahnya untuk percobaan yang diadakan pemerintah di Negara Bagian Haryana dan Punjab yang saling berdekatan.
Lahan Kalyna seluas 16 hektare akan disemprot dengan alat yang dipasang pada traktor. Semprotannya berupa biodekomposer berbentuk enzim, yang berperan mengurai sisa batang padi atau tungkul menjadi pupuk dalam waktu kurang dari sebulan.
"(Solusi baru) ini akan sangat bermanfaat bagi kami. Ini akan mengurangi biaya, meningkatkan hasil panen beberapa kali lipat, dan mengurangi polusi," ujar Kalyan seperti dikutip The Guardian.
Membakar tungkul cukup merugikan bukan hanya dari sisi polusi udara saja. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran mematikan mikroba yang mengakibatkan tanah kehilangan kesuburan.
Program penguraian materi selulosa tanaman menggunakan enzim menjadi pupuk menjadi proyek terbesar yang pernah dilakukan di India. Langkah ini diharapkan mengakhiri pembakaran jerami pada lahan sawah seluas 2,3 juta hektare setiap tahunnya.
Skema ini disusun dan dipimpin oleh Nurture.farm, sebuah platform digital untuk pertanian berkelanjutan yang diluncurkan 18 bulan lalu. Lebih dari 700 mesin penyemprot dikerahkan di 170.000 hektare di 23 distrik. Lebih dari 25.000 petani terlibat dalam dalam percobaan.
Meski masih sekedar percobaan, langkah yang dilakukan dapat mencegah emisi karbon sebanyak 1 juta ton. Enzim yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Pertanian India, meningkatkan jumlah karbon organik di dalam tanah dan menjaga kesehatan tanah secara keseluruhan.
Pembakaran jerami terjadi di lahan pertanian banyak negara. Namun di India, negara pengekspor beras terbesar di dunia, nilai dan dampaknya bagi lingkungan menjadi sangat tinggi. Selain itu pembakaran itu mengurangi nutrisi dalam tanah serta menambah polusi udara.

Label Berkelanjutan
Menurut ahli meteorologi pemerintah, selama musim pembakaran tanaman, praktik tersebut dapat menyebabkan hingga 45 persen polusi Delhi. Chief operating officer di Nurture.farm, Dhruv Sawhney, mengatakan lebih dari 70.000 kebakaran pertanian terdeteksi oleh citra satelit di musim pembakaran jerami tahun ini di India.
"Pembakaran tungkul sekarang telah menjadi masalah abadi karena ketidaksesuaian kebijakan dan praktik pertanian dan yang terpenting, kurangnya pilihan yang tersedia bagi petani," ungkap Sawhney.
Ia ingin memberikan kredit karbon kepada petani untuk praktik pertanian yang baik, untuk mempertahankan dan meningkatkan proyek. Perusahaan kemudian meluncurkan label "beras yang ditanam secara berkelanjutan" sehingga orang dapat membeli beras dari ladang di mana tidak lagi terjadi pembakaran.
"Kami juga mempertimbangkan untuk menghasilkan lebih banyak kredit karbon dengan memperkenalkan praktik berkelanjutan tambahan seperti pembasahan dan pengeringan alternatif [padi], yang akan menghemat air dan mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Sawhney.
Program penggunaan enzim untuk mengurai sisa tanaman padi itu akan diperluas tahun depan. Praktek ini akan mencakup sekitar 800.000 hektare lahan. Pada lahan tersebut pada umumnya sekitar 40 persen dari area biasanya terbakar karena proses tersebut.
Pemerintah India telah melarang pembakaran jerami kering sebelumnya dengan ancaman denda. Namun ancaman hukuman yang tersebut tidak banyak membantu para petani, yang melihatnya sebagai satu-satunya pilihan untuk menyiapkan ladang dalam waktu singkat di antara dua tanaman.
"Kalau hanya dengan menghukum petani, pembakaran tungkul bisa dihentikan, seharusnya kita sudah bisa mengakhirinya sekarang," kata Kepala Program Udara Bersih di Pusat Sains dan Lingkungan India, Anumita Roychowdhury.
Roychowdhury memiliki bukti pada daerah yang menerapkan penguraian sisa batang padi dengan enzim insiden kebakaran mengalami penurunan. Baginya memberi hukuman tanpa pernah memberikan solusi tidak akan berhasil.
"Penalti tanpa akses ke solusi tidak akan berhasil," pungkas Roychowdhury. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top