Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menghidupkan Pemantauan Kesehatan Warga

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kasus gizi buruk di ibu kota kembali mencuat. Sedikitnya, ada 34 warga Jakarta Utara mengalaminya. Hal ini menjadi preseden tersendiri bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang nota bene ada di pusat pemerintahan. Meski angka gizi buruk turun signifikan dari tahun sebelumnya, ini tak bisa ditolerir. Sebab akses pelayanan kesehatan begitu modern dan mudah. Apalagi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki program Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH) yang mewajibkan petugas medis menangani komunitas warga secara berkala.

Untuk mengetahui lebih lanjut akan kasus ini, reporter Koran Jakarta, Peri Irawan, mewawancarai Kepala Suku Dinas Kesehatan, Jakarta Utara, Helmi.

Kabarnya di Jakarta Utara ada kasus gizi buruk, seberapa besar angkanya?

Kasus gizi buruk itu jumlah total 194 tahun 2017. Sampai akhir 2017 tinggal 34. Jadi, menurun 82,5 persen. Sekarang kami menangani 34 orang yang tersebar di enam kecamatan. Itu posisi 34 Desember akhir. Mudah-mudahan akhir Januari turun lagi. Kami belum menerima lagi laporannya.

Apakah gizi buruk ini menimpa warga Jakarta atau pendatang?

Jakarta ini kota besar dan terbuka. Saya memang belum mengecek jumlah penderita yang memiliki KTP DKI . Untuk itu, saya belum punya datanya.

Penanganan masalah kesehatan dan gizi buruk selama ini bagaimana?

Sesuai dengan arahan Gubernur, semua orang yang mempunyai masalah kesehatan harus dibantu dan tanggulangi. Gizi mereka segera diperbaiki. Mudah-mudahan tahun 2018 ini jumlahnya makin sedikit. Bila perlu tidak ada. Ini mudah-mudahan. Maunya seperti itu. Jadi, penanganan pertama-tama, mendeteksi dini dengan merekrut tenaga-tenaga gizi dan menempatkan mereka ke puskesmas. Deteksi dini lebih cepat daripada penimbangan-penimbangan di posyandu.

Bagaimana efektivitas program KPLDH di Jakarta Utara?

Tim itu sangat membantu menemukan penderita di lapangan. Lalu, untuk anak-anak yang menderita ini diberi makanan tambahan lewat program "Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan."

Gizi buruk ini menimpa golongan masyarakat mana?

Ada dua kelompok. Ada yang disertai penyakit. Ada yang tidak. Jadi penyakit menyebabkan asupan gizinya kurang. Kedua, gizi kurang juga menyebabkan sakit. Jadi yang berpenyakit diobati dulu. Kalau tidak diobati, percuma diberi gizi tambahan. Selain makanan tambahan kami juga berikan vitamin A. Itu memang sudah program baku. Selanjutnya, kami tetap menganjurkan ibu-ibu supaya memberi ASI eksklusif, lewat penyuluhan-penyuluhan.

Baca Juga :
Masih Sepi

Lalu, bagaimana peran puskemas?

Teman-teman di Puskesmas juga melakukan inovasi-inovasi di lapangan untuk mendeteksi dini penderita. Camat Cilincing setiap Senin mengumpulkan sumbangan dari pegawai. Uangnya dibelikan bahan-bahan makanan seperti sayuran. Ini inisiatif camat bekerja sama dengan kepala Puskesmas kecamatan. Nah bahan makanan tadi dimasak ibu-ibu yang anaknya menderita. Mereka diajari memasak yang baik dan benar supaya gizinya cukup. Setelah masak ditunggu sampai anak-anak makan.pin/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Peri Irawan

Komentar

Komentar
()

Top