Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Plastic Reborn 2.0

Menggugah Kepedulian dalam Menangani Sampah Plastik

Foto : FOTO-FOTO: ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Urusan sampah semakin pelik, terlebih belum banyak orang yang memahami bagaimana memilah sampah dengan bijak guna memperkuat sistem pengumpulan hingga pengelolaan sampah.

Isu sampah plastik yang makin menumpuk membuat sejumlah instansi atau perusahaan berusaha mengurangi penggunaan plastik. Dari mulai membiasakan diri menghemat penggunaan kantong plastik, mengurangi sedotan, hingga menggunakan produk daur ulang.

Meski demikian, menurut Kepala Subdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ujang Solihin saat ini ternyata masih ada masyarakat yang tidak peduli akan sampah plastik. "Berdasarkan catatan BPS 2018 ada lebih dari 72 persen masyarakat Indonesia yang tidak peduli terhadap sampah plastik," terangnya di sela konferensi pers kampanye Plastic Reborn 2.0 dalam World Without Waste bersama Coca Cola, di Jakarta, belum lama ini.

Salah satu sumber masalah rasa ketidakpedulian yang meliputi sampah plastik ialah masyarakat yang masih enggan memilah sampah rumah tangga antara plastik dan organik. Hal ini yang melatarbelakangi juga rendahnya daur ulang Indonesia, sementara salah satu kunci utama dalam proses recycle adalah pemilahan jenis sampah berdasarkan jenis yang bisa diolah kembali dan tidak.

Itu sebabnya untuk menekan persoalan edukasi pengelolaan sampah rumah tangga ini pihak KLHK terus mendorong pemerintah daerah memiliki langkah yang lebih strategis untuk mengurangi sampah plastik di masing-masing wilayahnya.

"Salah satu contoh kota yang sudah baik dalam upaya mengurangi sampah plastik itu Surabaya. Harus bisa membangun kesadaran ke ruang lingkup terkecil yakni dari rumah tangga. Selain itu, kami juga mendorong pihak industri untuk berkomitmen dalam mengurangi sampah plastik," lanjut Ujang.

Saat ini diketahui pula KLHK sedang membuat road map pengurangan sampah plastik terhadap tiga sektor yaitu industri manufaktur yang menggunakan plastik, penjual ritel, dan industri makanan - minuman, saat ini rencana itu dalam proses finalisasi.

Diharapkan road map tersebut akan menjadi landasan bagi produsen, dalam menyusun dan melaksanakan program kegiatan pengurangan sampah yang berasal dari produk dan atau kemasan. "Bentuk pengurangan tersebut meliputi pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah melalui upaya kreatif dan inovatif dengan pemanfaatan iptek," tegas Ujang.

Sekedar informasi, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan BPS, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Berdasarkan sumber yang sama, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. Tak sampai disitu, Berdasarkan studi yang dirilis McKinsey and Co dan Ocean Conservancy, Indonesia ditetapkan sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah Tiongkok. ima/R-1

Perkuat Kolaborasi

Setelah edukasi pengolahan sampah rumah tangga, tantangan selanjutnya ialah tahap pengumpulan sampah, yang dinilai juga menjadi tantangan terbesar dalam sistem pengelolaan sampah dan menghubungkan sampah yang sudah terkumpul ke industri daur ulang.

"Pengelolaan sampah yang baik tidak akan terwujud kalau tidak ada industri daur ulang. Kalau mereka siap, sistem collection yang sudah terbentuk tinggal dihubungkan dengan industri daur ulang," kata Ujang.

Untuk menjawab tantangan ini, langkah yang paling tepat dilakukan ialah dengan membangun kolaborasi seperti yang dilakukan dalam program Plastic Reborn 2.0, dengan menggandeng sekaligus mendukung startup pegiat penanganan sampah untuk membangun sistem persampahan dan daur ulang.

"Setelah melalui beberapa tahap, kami memutuskan bahwa Clean Up, MallSampah, dan Gringgo merupakan tiga startup terpilih dengan proposal bisnis terbaik yang akan bersama-sama menjalankan kolaborasi di Plastic Reborn 2.0," ujar Ahmad Zakky Habibie, Chief Operating Officer Ancora Foundation.

Ketiga startup terpilih tersebut diberikan hibah senilai total 250.000 dolar AS. Dana tersebut akan dimanfaatkan ketiga startup terpilih untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan serta mengembangkan model bisnis dalam hal sistem pengumpulan dan pemrosesan limbah yang lebih baik.

Adi Saifulah Putra, CEO MallSampah menceritakan layanan aktivitas jual beli sampah yang dikembangkan sejauh ini masih beroperasi di Makassar. "Saya senang karena hadirnya platform MallSampah ini menjadi peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan lewat aktivitas jual beli sampah. Kemudian solusi yang saya hadirkan juga relevan dengan isu lingkungan. Dampaknya bisa turut dirasakan, terutama dalam kehidupan sosial bagi para pengepul dan pemulung terutama dalam memperbaiki dan menambah perekonomian mereka," ungkap Adi.

Diklaim Adi, saat ini ada 20-50 transaksi harian sampah dengan rata-rata penjualan di atas Rp 20 ribu. "Perkiraan sampah yang berhasil kami kelola sejauh ini di atas 10 ribu kg," tambahnya.

Dijelaskan Adi, layanan MallSampah meliputi lima hal. Pertama, jual sampah, yaitu layanan untuk menjual sampah dengan cara memesan ke pengepul terdekat untuk menjemput dan membeli sampah melalui mallsampah.com. Kedua, donasi sampah, yaitu layanan untuk mendonasikan sampah secara gratis kepada pemulung untuk didaur ulang. Ketiga, gerakan hijau, yaitu layanan program daur ulang sampah untuk komunitas atau instansi. Keempat, produk hijau, yaitu layanan marketplace untuk produk-produk daur ulang dan ramah lingkungan. Kelima, zero waste, yaitu layanan premium bulanan MallSampah dengan menyediakan wadah sampah (kotak daur ulang) yang terhubung dengan sistem MallSampah. Semua sampah yang dimasukkan ke kotak daur ulang itu akan dijemput pengepul untuk didaur ulang, sehingga tidak menyisakan sampah untuk dibuang.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di Indonesia kini terdapat sekitar 1.580 industri daur ulang yang tersebar di berbagai daerah, terutama di Batam dan Jawa Tengah dengan serapan tenaga kerja mencapai 177.000 orang.

Sebelumnya, untuk memperkuat sektor daur ulang limbah plastik ini supaya lebih berkembang, Kemenperin telah mengajukan insentif pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) bagi industri daur ulang plastik untuk mendorong sektor ini supaya berkembang.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin menjelaskan pihaknya menilai selama ini industri daur ulang plastik dibebani dengan pajak yang cukup besar, yaitu 10 persen untuk pajak pemasukan dan pengeluaran.

Pasalnya, pemasok plastik bekas, yaitu pemulung dan pengumpul, tidak bisa dikenai pajak karena tidak ada badan usahanya. "Kami minta dipotong pajaknya menjadi 5 persen supaya beban industri tidak besar. Saat ini insentif tersebut masih dalam tahap pembahasan antar kementerian," katanya. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top