Mengembalikan Kejayaan Kopi Lebak
Pemkab Lebak menyelenggarakan Festival Kopi 14–19 Desember guna mengembalikan kejayaan komoditas tersebut di era kolonial.
Foto: IstimewaMembuka lembar-lembar sejarah asal-usul kopi Indonesiamelalui Museum Multatuli seperti menemukan kembali masa kejayaan daerah Lebak sebagai sentra kopi Nusantara. Museum Multatulidi Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, bukan hanya menyimpan arsip sejarah kopi Indonesia, tetapi juga menjaga alat penggilingan kopi tradisional masa Kolonial Belanda.
Kongsi Dagang Belanda di Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) abad 17 sudah terlibat perdagangan kopi di Teluk Persia dan Laut Merah. Bibit kopi pertama dibawa VOC dari Malabar, India Selatan, ke Jawa akhir abad 17 dan mulai dibudidayakan awal abad 18.
Kopi tersebut selanjutnya dikembangkan ke berbagai daerah keresidenan seperti Banten, Priangan, Surabaya, Kerawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang, Pasuruan, Besuki, Pacitan, Kedu, Bagelen, Banyumas, Madiun, dan Kediri. Menurut informasi dari Museum Multatuli, produksi kopi terbesar kala itu dari Keresidenan Priangan (Jawa Barat), Kedu (Jawa Tengah), Pasuruan, dan Besuki (Jawa Timur).
Sementara itu, berdasarkan petatahun 1834, di wilayah Kabupaten Lebak, khususnya Rangkasbitung, menunjukkan beberapa lokasi penting, di antaranya ada tempat pengumpulan kopi (koffie loots) dan gudang kopi (koffie pakhuis). Jadi, Lebak merupakan sentra penghasil kopi yang pernah mengalami masa keemasan.
Era Kolonial
Pemerintah Kabupaten Lebak kini terus mendorong petani mengembangkan kembali perkebunan kopi dalam upaya meningkatkan pendapatan. Produksi kopi Lebak pernah jaya era Belanda abad 17. VOC berdiri 20 Maret 1602 memasok kopi dari Jawa, di antaranya dari Lebak, ke berbagai belahan dunia.
Lebak berkomitmen mengembalikan kejayaanproduk kopi melalui festival kopi untuk membangkitkan motivasi petani agar membudidayakannya sehingga ke depan Lebak menjadi sentra kopi. Kepala Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak,Abdul Waseh, mengatakan Lebak menggelar Festival Kopi 14-19 Desember guna mendorong peningkatan ekonomi petani dan pelaku usaha.
Festival kopi di Alun-alun Timur Rangkasbitung menampung 40 stan usaha kopi.Produksi kopi Lebak bisa saja berkembang karena didukung lahan luas. Lahan ada di Kecamatan Sobang, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Cigombong, Cilograng, Cihara, Bayah, Cimarga, Muncang, Leuwidamar, Cileles, Sajira, Banjarsari, Gunungkencana, Cijaku, dan Malingping.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak,Deni Iskandar, meminta petani terus mengembangkan perkebunan kopi guna meningkatkan produksi karena permintaan pasar cenderung meningkat. Produksi kopi Lebak baru 560 ton per tahun dari lahan 1.685 hektare.
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 2 the Straits Times Memprediksi Presiden Prabowo Bersama Sembilan Presiden dan PM Negara Lain Jadi Pemimpin Dunia Berpengaruh
- 3 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 4 Masuki Masa Pensiun, Kepala BSSN dan Kepala Basarna Diganti
- 5 Gara-gara Faktor Inilah, Pelantikan Kepala Daerah Terpilih di Provinsi Bali Diundur
Berita Terkini
- Selama Libur Nataru 1.521 Penumpang Tiba di Terminal Lebak Bulus
- Disayangkan, Empat Kurator Kembali Tidak Hadir pada Mediasi dengan Sritex
- Penuhi Gizi Masyarakat, Jaksel Bagikan 418.000 Benih Ikan
- Cetak Rekor, Realisasi PNBP Ditjen Perhubungan Laut Capai Angka Rp.6 Triliun
- MK Pastikan Sidang Sengketa Pilkada Berjalan Proporsional dan Tepat Waktu dalam 45 Hari Kerja