Mengelola Bisnis Rumahan yang Berkelanjutan
Foto: dok komunitasWomanpreneur Community merupakan komunitas dengan pemikiran supaya kaum perempuan tidak membuang waktu produktifnya. Selain itu, ketika sudah terjun di bisnis, dalam memasarkan produk harus memiliki daya saing serta berkelanjutan
Jangan murahan! Itu semacam tagline supaya barang mampu memiliki nilai yang berkelanjutan. Konsep tersebut terus dikembangkan oleh Womanpreneur Communcity, komunitas perempuan entrepreneur dalam memasarkan sebuah produk.
Tujuannya, tidak lain supaya produk memiliki daya saing serta berkelanjutan. Tak dipungkiri, persaingan saat ini semakin ketat, setiap hari seribu produk lahir dan muncul di pasaran, tanpa nilai keberlanjutan sebuah produk akan dengan mudah tenggelam di tengah pasar. Sehingga, produk perlu memiliki konsep jangan murahan.
"Konsep jangan murahan karena pesaing sangat luar biasa, setiap hari seribu pesaing lahir," Irma Sustika, Founder dan Ketua Umum Womanpreneur Community yang ditemui di Sekretariat Komunitas, Kamis (20/2).
Dengan konsep tersebut, produk yang dihasilkan UKM tidak dipandang sebelah mata. Bagi Irma, kekayaan Tanah Air memiliki potensi besar membuat sebuah produk baru. Masih banyak sumber daya alam yang belum diolah secara maksimal.
Sebagai contoh, singkong yang dapat diolah sebagai bahan dasar membuat pasta. Hal ini lantaran sumber daya manusianya belum memiliki sudut pandang industri. Bisnis kerap dipandang sebagai cara mengisi waktu luang. Di sisi lain, masyarakat kerap memandang produk sekadar barang jualan tanpa memikirkan nilai keberlanjutan bahkan daya saing. Sudut pandang industri menjadi cara supaya dapat bertahan di tengah persaingan pasar.
Sejak 2013, Womanpreneur Community membuat inkubator bisnis untuk membantu para perempuan yang berkeinginan memiliki usaha supaya dapat memiliki daya saing.
Inkubator bisnis ini berfokus memberikan pendampingan dalam pengembangan usaha perempuan. Proses pembelajaran yang diberikan oleh praktisi, akademisi, maupun para usahawan dilakukan selama empat bulan.
Dalam bulan pertama, program dilakukan untuk membenahi mindset peserta tentang berbisnis di ranah industri supaya memiliki nilai keberlanjutan. Penanaman mindset tersebut seperti membuat perencanaan bisnis, strategi bisnis, maupun budgeting.
Pada bulan berikutnya, peserta diminta untuk mempresentasikan yang diperoleh selama pembelajaran. Pada tahap ini, peserta akan memperoleh materi tentang pengembangan SDM, digital marketing, promosi. Lalu pada bulan ketiga, peserta akan diberikan fasilitas berpameran di mal supaya mereka lebih memahami kondisi pasar.
Pada bulan keempat, peserta akan diberikan materi dua hari di kelas dan dua hari di mal sebagai tempat pameran. Selama mengikuti program, peserta akan mendapatkan bimbingan para mentor secara online selama 24 jam.
Mentor pembimbing online, yang biasanya para alumni, secara terbuka akan menjawab semua pertanyaan peserta tentang bisnis. Program yang dibandrol senilai 4,5 juta rupiah tidak lain supaya para peserta memiliki pemikiran secara bisnis.
Womanpreneur Community merupakan komunitas yang berdiri pada 2010. Komunitas berdiri dengan pemikiran supaya para perempuan tidak membuang waktu produktifnya. "Karena saya lihat banyak perempuan yang meluangkan waktu produktifnya, sempat nonton film Korea.
Padahal, mereka bisa melakukan banyak hal di rumah," ujar Irma yang banyak menemui perempuan resah saat tertimpa musibah, terutama keuangan.
Bagi Irma, perempuan adalah sekoci dalam keluarganya. Perempuan dapat membantu suami dalam keuangan tanpa melebihi peran suami sebagai pencari nafkah.
"Karena kita tidak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan, bahkan dalam lima menit ke depan," ujarnya. Suami sebagai pencari nafkah tunggal dapat menghadapi berbagai masalah, misal PHK, sakit atau "pulang" ke rumah yang lain. "Jika di rumah tidak ada sumber penghasilan, lalu limbung," ujar dia yang telah melahirkan 800-an produk dari komunitasnya.
Tanpa bermaksud merendahkan suami, Irma mengatakan bahwa perempuan dapat berdikari secara ekonomi bahkan dari rumah. Dengan pengelolaan bisnis yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, bisnis yang dijalankan berkelanjutan.
Perempuan Berdaya Ekonomi Tidak Hanya untuk Diri Sendiri
Dalam berbisnis, perempuan memiliki beberapa karakter yang berbeda dari laki-laki. Karakter yang dimiliki perempuan tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan bisnisnya sekaligus menyelamatkan keuangan keluarga. Kehati-hatian merupakan karakter bisnis yang dimiliki perempuan, terutama saat dia mulai bekerja sama dengan pihak ketiga.
"Kalau mulai bekerja sama dengan pihak ketiga, perempuan lebih berhati-hati. Berbeda halnya dengan laki-laki yang lebih jorjoran dalam mengeluarkan uang," ujar Irma.
Sikap tersebut bukan berarti, perempuan tidak memiliki nyali dalam berbisnis, namun lebih pada sikap penuh pertimbangan terutama untuk menyelamatkan bisnis.
Dalam berbisnis, perempuan tidak melupakan keluarga, kepedulian pada keluarga merupakan salah satu prioritasnya. Upaya bisnis yang dilakukannya tidak lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Penghasilan bisnis tidak hanya untuk membiayai kebutuhan senang-senangnya (seperti membeli baju maupun kosmetik), melainkan sebagai penopang ekonomi keluarga. Sifat lainnya yang dimiliki perempuan dalam berbinis yaitu mereka memiliki sifat tekun.
Meskipun perempuan memiliki kelebihan dalam berbisnis, kerap kali mereka sering tidak fokus dalam beberapa bisnis. Mereka kerap menjalankan bisnis dalam beragam produk secara bersamaan.
Untuk para pemula, cara tersebut tidak akan memaksimalkan bisnis lantaran pasar yang dijangkau tidak serupa. Belum lagi, upaya yang dilakukan untuk menjalankan bisnis tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya.
Fokus dalam satu bisnis lebih menguntungkan ketimbang berbagai macam bisnis. Perempuan yang berdaya secara ekonomi tidak saja mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarganya. Upaya ini sekaligus membantu menekan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), termasuk masuk human trafficking maupun TKI.
"Permasalahan KDRT di Indonesia karena permasalah ekonomi," ujar Irma yang juga seorang Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk kebutuhan korporasi.
Perempuan yang berdaya secara ekonomi memiliki self esteem atau penghargaan terhadap diri sendiri. Kemampuan tersebut juga bukan berarti untuk melebihi kemampuan laki-laki, terutama suaminya.
Namun, supaya mereka tidak rendah hati serta membangun kepercayaan diri bahwa keberadaannya memiliki peran yang tidak kalah penting dibandingkan laki-laki.
Untuk itu, pada 2016, Womanpreneur Community mencanangkan Sejuta Perempuan Berdaya Ekonomi 2020. Pencanangan tersebut tidak menjadikan semua perempuan menjadi pengusaha.
Tapi, pengusaha yang tergabung dalam komunitas dapat memberdayaan perempuan lainnya, seperti tergabung sebagai tim pemasaran, tim produksi atau reseller. Semua peluang tersebut akan membantu pemberdayaan ekonomi untuk perempuan.
Memulai Usaha dengan Pengetahuan Minat dan Pasar
Minat dan memahami pasar menjadi modal awal untuk menjadi pengusaha. Keduanya menjadi kekuatan untuk bertarung di tengah persaingan bisnis yang ketat. Hal tersebutlah yang dirasakan Bintang Ananda Djati, 21 yang akan membuka bisnis toko online merchandise Korea. "Karena sudah familiar dengan pasarnya," ujar dia.
Bagi perempuan yang tengah menyelesaikan pendidikan strata satu di bidang manajemen. Saat ini, dia tengah mencari vendor untuk menunjang bisnisnya. Menjadi pengusaha merupakan cita-cita Bintang usai lulus kuliah. Dengan menjadi pengusaha, dia membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. "Kalau, saya kerja di orang, saya tidak bisa menolong orang lain," ujar dia.
Di sisi lain, dia menyadari bahwa menjadi pengusaha membutuhkan usaha yang lebih besar ketimbang karyawan di suatu perusahaan. Komitmen menjadi tantangan untuk menjadi pengusaha. Karena dia kerap dilanda moody atau mood yang tidak stabil.
"Sampai sekarnga juga belum tahu, cara mengembaikan mood," ujar dia.
Serupa dengan Bintang, Irma berpendapat sebagai awal menjadi pengusaha minat merupakan senjata utama untuk memilih sebuah produk. "Kita gali dulu passionnya apa, kamua bisanya apa," ujar dia.
Tahap berikutnya, calon usahawan perlu melihat perkembangan pasar. Supaya, produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan pasar bukan sebagai hobi semata. din/S-2
Redaktur: Sriyono
Penulis: Dini Daniswari
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Keren, Bersama PLN, Masyarakat Probolinggo Pasok Bahan Baku Biomassa
- Presiden Korsel Bantah Tuduhan Pemberontakan, Bersumpah akan Berjuang Sampai Akhir
- Kim Kardashian Berkencan Lagi, Siapakah Kekasihnya?
- Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final
- Jelang Natal Harga Pangan Fluktuatif, Daging Rp131.190 per Kg