Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 05 Mar 2022, 13:30 WIB

Mengejutkan! Astronom Temukan Planet Ekstrasurya dengan Hujan Permata di Tata Surya

Ilustrasi Planet Ekstrasurya dengan Hujan Permata

Foto: Istimewa

Para astronom berhasil menemukan planet ekstrasurya raksasa atau eksoplanet yang berjarak 855 tahun cahaya dari Bumi. Bahkan, planet tersebut disebut memiliki kandungan logam dan hujan permata.

Hal tersebut diungkap oleh sebuah penelitian terbaru yang menunjukkan bagaimana air bersirkulasi di antara dua sisi planet yang dinamai WASP-121b. Hasil penelitian tersebut diunggah dalam Jurnal Nature Astronomy.

"Meskipun penemuan ribuan eksoplanet, kami hanya dapat mempelajari atmosfer sebagian kecil karena sifat pengamatan yang menantang," kata astronom Thomas Mikal-Evans dari Institut Astronomi Max Planck di Jerman, dikutip dari Science Alert, Selasa (4/3).

Evans menjelaskan, saat ini peneliti bergerak di luar untuk mengambil gambar dari wilayah tertentu dan dari atmosfer planet ekstrasurya tersebut. Ini untuk mempelajarinya sebagai sistem 3D yang sebenarnya.

Pada awalnya, planet yang pertama kali ditemukan pada tahun 2015 lalu ini dianggap sebagai planet yang mirip Jupiter. Ini dikarenakan planet tersebut memiliki suhu yang sangat panas dan memiliki massa serta diameter yang lebih besar daripada planet terbesar di tata surya.

Sehingga, sejak itu para peneliti telah membuat penemuan yang menunjukkan bahwa WASP-121B semakin asing, semakin banyak juga yang dipelajari.

Planet ekstrasurya memiliki atmosfer uap air yang bercahaya dan sedang berubah bentuk menjadi bentuk bola karena tarikan gravitasi yang kuat dari bintang yang mengorbitnya.

WASP-121b diketahui bisa menyelesaikan satu orbit dan terkunci secara pasang surut setiap 30 jam, serupa dengan bulan terhadap bumi. Ini menandakan sisi planet tersebut merasakan sisi siang dan malam hari.

"Jupiter panas terkenal memiliki sisi siang hari yang sangat terang, tetapi sisi malam berbeda. Sisi malam (planet raksasa) WASP-121b sekitar 10 kali lebih redup daripada sisi siangnya," papar penulis studi Tansu Daylan dalam sebuah pernyataan.

Saat ini, para astronom telah mempelajari kedua sisi planet. Ini bertujuan untuk lebih memahami atmosfer dan cuaca menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble.

Umumnya, air yang menguap di bumi biasanya mengembun menjadi awan. Sementara, pada WASP-121b, air mengalami siklus yang berbeda.

Hal tersebut diketahui karena atom-atom air tersedot oleh suhu panas terik yang dialami planet di siang hari. Atom-atom ini dibawa ke sisi malam oleh angin kecepatan lebih dari 17.703 kilometer per jam.

Sedangkan, di planet bagian sisi malam, molekul air berkumpul untuk membentuk air sebelum akhirnya didorong ke siang hari.

"Angin ini jauh lebih cepat daripada aliran jet kita, dan mungkin dapat memindahkan awan melintasi seluruh planet dalam waktu sekitar 20 jam," ucap Daylan.

Selain itu, perbedaan suhu antara kedua sisi planet menunjukkan bahwa sisi malam cukup dingin untuk membentuk awan dengan kandungan logam, yang terbuat dari kandungan besi dan korundum. Kandungan tersebut kerap ditemukan pada batuan rubi dan safir.

Sama seperti uap air yang berputar-putar di WASP-121b, awan logam ini mungkin terdorong ke siang hari di mana logam menguap menjadi gas. Tapi sebelum awan meninggalkan sisi malam, mereka bisa melepaskan hujan yang terbuat dari permata cair.

"Dengan pengamatan ini, kami benar-benar mendapatkan pandangan global tentang meteorologi sebuah planet ekstrasurya," ujar penulis utama studi Thomas Mikal-Evans, dikutip CNN.

Temuan ini juga mengungkapkan perbedaan drastis suhu antara siang dan malam di planet ini. Ini berdasarkan penentuan tim dengan melacak siklus air di WASP-121b.

Para ilmuwan memastikan kalau di planet tersebut tidak layak dihuni manusia. ini dikarenakan kondisi suhu di planet tersebut sangat panas.

Di siang hari, suhu ada pada 2.227 derajat Celcius, dan di lapisan atmosfer terdalam mencapai 3.227 derajat Celcius. Sedangkan di sisi malam, suhu udara turun dengan suhu terpanas pada pada 1.527 derajat Celcius, dan kadang turun menjadi 1.227 derajat Celcius di atmosfer bagian atas.

Redaktur: Fiter Bagus

Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.