Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Junaedi Salat

Mengasihi dengan Perbuatan, Bukan Kata-kata Semata

A   A   A   Pengaturan Font

Dunia hiburan nasional kembali kehilangan aktor senior, Junaedi Salat. Pria kelahiran Lampung tahun 2 September 1950 ini, meninggal di rumah sakit PGI Cikini, Jakarta, Senin (18/1) malam. Dia sakit lambung dan vertigo.

Banyak orang kehilangan "Ali Topan Anak Jalanan" ini, terutama tentu saja keluarga. Mereka tak bisa menahan kesedihan. Namun mereka merelakan karena Junaedi sudah bahagia di surga. Banyak warisan yang ditinggalkan Junaedi.

Di antaranya dia dipandang banyak memberi teladan kepada anak-anak dengan perbuatan. Salah satu anaknya, Ochi Maulana Salat, mengungkapkan dalam unggahan, "Terima kasih ya Pa untuk segala teladan yang terbaik, mengasihi dengan perbuatan, bukan kata-kata semata dan hidup melayani orang lain."

Junaedi terakhir hidup mengabdikan diri bagi pelayanan gerejani sebagai seorang pendeta. Ochi pun berharap bisa meniru ayahnya yang taat sebagai pendeta. "Semoga kita bisa terus belajar banyak menjadi seperti Papa. We love you so much...Selamat jalan sang pangilma garis depan Pekabaran Injil...sampai bertemu Pa di kekalan," tambahnya.

Film-film almarhum sangat digemari ketika itu. Dua filmnya yang terkenal adalah Ali Topan Anak Jalanan (1977) dan Aku Tak Berdosa (1972). Pada Aku Tak Berdosa, dia beradu akting dengan Dewi Puspa.

Junaedi membintangi 20 film dan terlibat dalam proses pembuatan 15 lagu. Ia melahirkan 9 album bersama musisi dan penyanyi seperti Chrisye, Jockie Suryoprayogo, Guruh Soekarno Putra, dan Vonny Sumlang.

Lagunya yang cukup terkenal adalah Sabda Alam, Juwita bersama Chrisye dan Jockie. Ia menciptakan lagu Gara-gara untuk Lydia Kandou, Kasih untuk Malyda, dan Kupu-kupu Malam untuk Gito Rollies.

Salah satu yang menjadi perhatian publik adalah kepindahan agamanya. Ia menikah beda agama dengan Mauli Sondang S, seorang wanita yang tergabung dalam organisasi seni Swara Maharddhika. Pada pernikahan ini dia dirundung masalah mulai dari perceraian hingga kecanduan narkoba.

Pada keadaan tersebut sempat bergumul mencari Tuhan selama dua tahun. Selama dua tahun itu pula dia beribadah di dua tempat berbeda, yakni di masjid dan gereja, sebelum memutuskan memeluk Kristen pada 1984.

"Jadi saya mulai masuk gereja. Tapi kalau pendeta ngajak doa, semua orang menunduk. Saya begini aja (bengong) ngelihatin. Nyanyi juga denger aja gitu. Ini berjalan selama dua tahun," ucap dia dalam tayangan di kanal Youtube.

Pada saat bimbang melanda, Junaedi merasa dipanggil oleh kalimat misterius. Bisikan tersebut terus datang ke dalam hatinya. "Tuhan itu memanggil hanya dengan kalimat misterius. Begini 'Carilah kebenaran, kamu akan diselamatkan.' Kata-kata itu terus berkumandang di hati saya," katanya.

Setelah memeluk Kristen Junaedi Salat meninggalkan dunia hiburan. Ia memilih menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang pendeta. hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top