Mengagetkan, Ini Pengakuan Jenderal Amerika Serikat Usai Penarikan Pasukan dari Afghanistan
Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley dalam konferensi pers di Pentagon, Washington, Rabu (1/9/2021).
Foto: ANTARA/ReutersWashington - Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milleymengaku merasakan "kepedihan dan kemarahan" serta emosi yang campur aduk dari banyak orang di militer setelah AS menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan, termasuk upaya evakuasi yang menelan korban 13 tentara.
Hampir 2.500 orang Amerika tewas dalam perang AS terlama itu, termasuk 13 tentara yang menjadi korban serangan bom bunuh diri oleh ISIS di luar bandara Kabul pekan lalu.
Banyak dari mereka masih bayi ketika serangan teroris 11 September 2001 terjadi di AS dan kemudian memicu konflik di Afghanistan hampir 20 tahun yang lalu.
Taliban, yang digulingkan Amerika dari kekuasaan lalu berjuang selama dua dekade, mengambil alih negara itu bulan lalu setelah militer Afghanistan yang dilatih AS porak poranda.
"Kepedihan dan kemarahan saya sama seperti keluarga yang berduka, sama seperti para prajurit yang berada di lapangan," kata Jenderal Mark Milley.
Dia berbicara kepada wartawan untuk pertama kali sejak militer AS menyelesaikan penarikan pasukan pada Senin.
Di awal pembicaraanMilley mengatakan: "Tidak kata-kata yang bisa disampaikan oleh saya atau menteri pertahanan atau presiden atau siapa saja untuk membawa kembali mereka yang telah gugur."
Selain 13 anggota militer yang tewas pada Kamis, belasan lainnya terluka dan dievakuasi dari Kabul.
"Ini hal yang sulit," kata Milley. "Perang itu sulit, kejam, brutal dan tak kenal ampun."
Milley menambahkan dirinyaadalah tentara profesional dan berusaha"menahan" rasa sakit dan amarahnya.
Beberapa tentara aktif dan veteran mempertanyakan apa artinya tugas mereka di Afghanistan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menekankan pentingnya menghormati semua pandangan, karena ia menghormati jasa para veteran.
"Saya akan selalu bangga dengan peran kami dalam perang ini. Tetapi kami seharusnya tidak berharap para veteran perang Afghanistan lebih setuju (dengan hal itu) dari kelompok Amerika lainnya," kata Austin kepada wartawan.
"Saya telah mendengar pandangan yang kuat dari banyak pihak dalam beberapa hari terakhir, dan itu penting. Itulah demokrasi. Itulah Amerika."
Dalam sejumlah foto yang terlihat menyakitkan bagi para tentara, Talibanberpose di pangkalan militer yang dibangun oleh koalisi militer pimpinan AS lalu diserahkan kepada pasukan Afghanistan yang kemudian porak poranda.
Banyak tentara dan veteran juga terganggu oleh fakta bahwa ribuan orang Afghanistan yang berisiko telah ditinggalkan, termasuk mereka yang bekerja sebagai penerjemah untuk militer.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kunto Aji Persembahkan Video Musik "Melepas Pelukan Ibu" yang Penuh Haru di Hari Ibu
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 4 Kasihan, Mulai Tahun Depan Jepang Izinkan Penembakan Beruang
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- Ketegangan Politik Terus Meningkat, Presiden Sementara Korea Selatan Terancam Dimakzulkan
- Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
- Bandara Banyuwangi Tak Terganggu Oleh Erupsi Gunung Raung
- Model dan Sosialita AS Kendall Jenner Tunjukkan Dekorasi Natal di Rumah Mewahnya
- Toleransi yang Digalakkan Oleh para Pemimpin Bangsa Bawa Kekalnya Kedamaian