Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menengok Kampung Ahok di Belitung Timur

Foto : Koran Jakarta / peri irawan

Kunjungi Rumah Ahok - Sejumlah wisatawan mengunjungi rumah mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang lebih populer disebut Kampoeng Ahok, di Jalan KA Bujang Nomor 22 Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.

A   A   A   Pengaturan Font

Hening tapi tak menyeramkan. Rumah-rumah penduduk di Belitung terlihat tanpa pagar satu pun. Semua rakyatnya tenteram, aman, sentosa, tanpa gejolak sosial. Rumah di tempat kelahiran mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, ini didominasi atap seng.

Begitu pun dengan rumah Ahok. Hampir sebagian masyarakat Belitung percaya pepatah Melayu kuno. Mereka diamanatkan untuk tidak tinggal di bawah tanah atau genteng terbuat dari tanah. Namun, beberapa masyarakat lokal menyebutkan tempat mereka tinggal minim tanah liat, sehingga seng menjadi pilihan utama untuk atap rumah.

Kini, rumah Ahok yang berada di Jalan KA Bujang Nomor 22 Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur ini menjadi destinasi wisata. Bukan rumah tinggalnya. Namun, replika rumah yang dulu dihuni Ahok saat masih kecil.

Bentuknya mirip rumah Limas di Palembang. Rumah Ahok ini didesain seperti rumah adat Belitung. Rumah panggung tepatnya. Rumah yang terbuat dari kayu bulin (kayu ulin/kayu besi) itu didesain dengan gaya etnik khas Belitung.

Tepat di depan rumah panggung ini ada sebuah papan nama besar dari semen dengan warna mencolok. Papan nama yang ada di pinggir jalan ini bertuliskan "Kampoeng Ahok". Kini, Desa Lenggang pun lebih dikenal sebagai Kampung Ahok.

Rumah yang hanya terdiri dari satu ruangan besar itu terasa teduh dan adem. Tanpa kamar-kamar ataupun dapur layaknya rumah pada umumnya. Hanya jendela saja ditempatkan cukup banyak pada setiap dindingnya. Ada sebanyak enam buah jendela pada pinggir rumah dan dua jendela di muka rumah. Bagian belakang dan depan ditempatkan masing-masing pintu menuju keluar rumah.

Di halaman rumah, tepatnya di pinggir kiri dan kanan, ada sebuah gubuk atau saung yang digunakan untuk berjualan kuliner khas Belitung. Ada pempek Belitung, kopi, dan lainnya. Di dalam rumah pun disiapkan menu kuliner, seperti nasi goreng, mi goreng, capcay, kwetiau, gado-gado, dan lainnya. Harganya mulai lima ribu rupiah hingga 35 ribu rupiah per porsi.

Berbagai Suvenir

Di rumah ini disiapkan juga berbagai suvenir dan oleh-oleh, seperti kaos, tudung saji, caping berbahan daun enau khas Belitung, kaleng kerupuk, hiasan dinding, dan camilan khas Kampoeng Ahok. Suvenir dan oleh-oleh itu dibuat oleh warga sekitar, bukan keluarga Ahok. Walaupun rumah itu dibangun oleh keluarga Ahok.

"Yang paling laku itu fish skin. Kulit ikan yang digoreng mirip kerupuk. Harganya 80 ribu rupiah. Ada juga baju dan kue-kue. Kalau baju harganya mulai dari 70 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah. Kalau kue hanya 2.500 rupiah sampai 35 ribu rupiah. Semuanya dibuat warga sekitar," ujar salah satu pelayan, Evan (20 tahun), Jumat (7/9).

Pria muda bermata sipit seperti Ahok itu mengaku keberadaan Kampung Ahok sebagai destinasi wisata membantu warga sekitar. Warga yang notabene tetangga Ahok itu bisa mengolah segala kekayaan alam untuk dijadikan produk berkualitas dan dijual di rumah Ahok.

Meski dikenal sebagai Kampung Ahok. Rumah tersebut tidak menceritakan alur kehidupan Ahok saat masih kecil. Hanya terlihat lukisan dan foto Ahok yang dibingkai pada dinding-dindingnya. Juga perabotan rumah tangga jadul yang menghiasi rumah itu. Tentu juga suvenir yang berbau Ahok.

Dari perbincangan warga setempat, pihak keluarga akan mengembangkan destinasi wisata itu secara terpadu. Nantinya akan menghadirkan berbagai keunikan dan kekhasan seni budaya khas Belitung. Ada kebun binatang mini, stan khusus suvenir, kuliner khas Belitung, batik atau kain khas Belitung, dan lainnya. Yang ada sekarang, di samping rumah yang ditempati keluarga besar Ahok telah ada galeri.

Pemandu wisata lokal, Doddy Haryadi (35 tahun), mengatakan penyebutan Kampung Ahok tidak dipermasalahkan warga sekitar. Meskipun kampung itu sebenarnya bernama Langgeng. Menurutnya, warga merasa terbantu karena kampung mereka menjadi destinasi wisata baru.

peri irawan/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top