Mendikdasmen Ingin Ubah Paradigma Guru BK
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti.
Foto: istimewaJAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, ingin ubah paradigma guru bimbingan konseling (BK) di sekolah. Menurutnya, guru BK selama ini mendapat stigma buruk karena identik dengan siswa-siswa bermasalah.
"Citra tersebut harus diubah sehingga guru tersebut justru menjadi favorit murid," ujar Mu'ti, di Jakarta, Rabu (20/11).
Dia menyebut sejumlah penelitian yang menunjukkan sekolah di Indonesia belum menjadi tempat yang ramah dan menyenangkan bagi murid. Angka-angka perundungan dan kekerasan serta berbagai hal yang kontraproduktif dengan cita-cita pendidikan masih terus saja terjadi.
"Tentu masalahnya sangat kompleks, tidak selalu kasusnya sama dan bisa direplikasi dengan sangat mudah. Saya katakan harus ada peningkatan kapasitas guru BK dan semua guru harus memiliki tanggung jawab sebagai konselor dan pembimbing," jelasnya.
Mu'ti mengungkapkan, dalam pelatihan Pendidikan Profesi Guru (PPG) akan ada dua materi baru yakni Pendidikan Nilai dan Bimbingan Konseling bagi seluruh guru peserta PPG. Menurutnya, dalam pelatihan sebelumnya hanya berisi materi soal peraturan saja.
Dia melanjutkan, pemahaman guru tentang murid menjadi faktor penting yang menjadi kunci agar murid dapat belajar dengan nyaman. Meski begitu, seluruh pihak memiliki komitmen komitmen yang sama untuk menjadikan sekolah sebagai rumah bersama.
"Berbagai macam perubahan sosial di masyarakat kita dan interaksi di dunia maya yang tanpa kita kontrol dilakukan oleh anak-anak kita, berdampak pada perubahan perilaku, sikap pandangan, dan kecenderungan sosial lainnya," terangnya.
Minat Bakat
Psikolog dari Ruang Tumbuh, Gustiana Andriani, posisi guru BK penting untuk mencari tahu minat dan bakat siswa. Menurutnya, minat dan bakat memiliki arti berbeda.
Dia menjelaskan, bakat adalah kemampuan atau potensi yang memudahkan setiap individu bisa belajar memahami sesuatu serta memiliki keterampilan tertentu. Sementara itu, menurutnya, minat digolongkan sebagai bentuk emosional atau suka atau tidak suka.
"Minat ini akan mendorong seseorang bisa memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu," tuturnya.
Gustiana menekankan adanya keselarasan minat dan bakat. Menurutnya, minat dan bakat adalah ketika seseorang memiliki bakat alami dalam sesuatu hal didorong dengan rasa suka terhadap satu hal tersebut.
"Sehingga mentalitasnya dia akan selaras terjaga," ucapnya.
Berita Trending
- 1 Kunto Aji Persembahkan Video Musik "Melepas Pelukan Ibu" yang Penuh Haru di Hari Ibu
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 4 Kasihan, Mulai Tahun Depan Jepang Izinkan Penembakan Beruang
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- Kemensos dan BKN Luncurkan Tes Berbasis AI Pertama untuk ASN Disabilitas
- Gunung Raung Erupsi Sebanyak Lima Kali
- Catat Tonggak Baru, Luar Biasa Jumlah Langganan 5G di Tiongkok Lampaui 1 Miliar
- Mengagetkan, Korea Selatan Kini Resmi Jadi Negara yang Masyarakatnya "Super Tua"
- Ayo Lawan Intoleransi dengan Tingkatkan Interaksi Antarumat