Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mencari Pemimpin Yang Punya Karakter

Foto : Istimewa

Acara dialog kebangsaan ini diharapkan akan membantu masyarakat memahami peran mereka dalam mewujudkan demokrasi yang kuat dan bermartabat, sekaligus mengerti konsep “Ga Perlu Alergi, Ini Pesta Demokrasi” sebagai ungkapan semangat positif dalam menghadapi pemilu.

A   A   A   Pengaturan Font

TANGERANG SELATAN - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, pada Sabtu (21/10) mengatakan, dalam sebuah negara yang menganut prinsip-prinsip demokrasi, pemilihan pemimpin adalah momen yang sangat penting, memilih dengan bijak, berdasarkan nilai-nilai Pancasila, dan dengan kesadaran akan martabat kemanusiaan semua akan tanggung jawab kita seluruh masyarakat sebagai pemilih.

"Pemimpin harus memiliki etika kepantasan publik, yang meliputi kemampuan membedakan antara kepentingan publik dan kepentingan privat, kata Benny dalam Dialog kebangsaan bertajuk "Ga Perlu Alergi, Ini Pesta Demokrasi" yang diselenggarakan oleh SIE HAAK Gereja Santa Maria Regina, Paroki Bintaro Jaya.

Turut hadir sebagai pembicara, Benny Sabdo dari Bawaslu Jakarta dan pengamat politik, Yanuar Nugroho, membawa pesan penting tentang bagaimana sebagai Masyarakat khususnya sebagai Umat Katolik untuk menjadi pemilih cerdas berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam pemilihan umum yang akan datang.

Benny memaparkan bahwa Pancasila bukan hanya sebuah deklarasi, melainkan filosofi dan pandangan hidup yang harus membimbing tindakan warga negara, oleh karena itu kita perlu memahami bahwa dalam dunia demokrasi, pemilihan pemimpin adalah tahap yang sangat penting dan karenanya Pancasila harus menjadi fondasi utama dalam pemilihan pemimpin dan calon pemimpin.

"Hal ini terjadi karena Pancasila memberikan kerangka moral dan etika yang dapat membantu pemilih dalam memahami dan menilai calon-calon yang akan mereka pilih. Ini adalah langkah pertama dalam memastikan bahwa pemimpin yang terpilih akan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dalam kepemimpinannya," tegasnya.

Dia juga mendorong masyarakat untuk lebih memahami calon-calon wakil rakyat dan pemimpin pemilu. Ini termasuk pemahaman tentang karakter, rekam jejak, dan program kerja calon. "Dengan pemahaman yang mendalam, pemilih dapat membuat keputusan yang lebih bijak, yang didasarkan pada pengetahuan yang kuat tentang calon yang mereka pilih," katanya.

Lebih lanjut, Doktor ilmu komunikasi politik ini juga mengajak masyarakat khususnya warga katolik untuk aktif dalam proses demokrasi. Ini mencakup pengawasan dan pemantauan terhadap pelaksanaan pemilu. Partisipasi aktif dari masyarakat diharapkan dapat membantu menciptakan pemilu yang jujur, adil, dan transparan.

Dalam memilih pemimpin, Beny menyatakan bahwa keutamaan pemimpin menjadi hal sangat penting dalam membangun peradaban demokrasi.

"Pemimpin yang bermoral adalah yang merasakan denyut derita masyarakatnya," tegasnya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa orientasi pemimpin yang bermoral adalah yang berpihak pada nilai-nilai keutamaan Pancasila. Pemimpin yang bermoral adalah yang memiliki pengetahuan takut akan Tuhan, yang pada gilirannya membentuk martabat kemanusiaan. "Oleh karena itu, martabat kemanusiaan harus menjadi landasan dalam pengelolaan pemerintahan, terutama dalam masyarakat yang beragam budaya, etnis, agama, dan keyakinan".

Benny juga menyoroti pentingnya etika publik, baik dalam perilaku individual maupun dalam tindakan kolektif. Legitimasi kolektif publik harus menjadi bagian integral dalam menerapkan politik yang beretika. Pemimpin yang memiliki keutamaan publik dan etika diperlukan untuk memajukan bangsa dan menciptakan persatuan.

Dalam mengakhiri paparannya, Benny mengajak masyarakat untuk cermat dalam memilih pemimpin yang memiliki keutamaan publik, yang melayani rakyat, memiliki visi kebangsaan, dan jiwa kepemimpinan yang bermoral.

"Saatnya keutamaan publik menjadi orientasi utama pemimpin, yang bersedia melayani rakyat bukan sebaliknya," pungkasnya.

Acara Dialog Kebangsaan ini mendapat apresiasi yang tinggi dari para peserta dari unsur masyarakat dan warga gereja Katolik ini, Kehadiran Antonius Benny Susetyo yang membicarakan tentang cerdas memilih, Benny Sabdo yang membahas mengenai upaya Bawaslu dalam memastikan integritas pemilu serta Yanuar Nugroho yang mengetengahkan mengenai perspektif analitis tentang dinamika politik dalam pemilu 2024 telah memberikan wawasan yang berharga tentang pentingnya kesiapan menghadapi pemiku sebagai proses demokrasi dan karenanya semua pihak diharapkan dapat mengambil pesan dari dialog ini sebagai pijakan awal untuk mengambil peran aktif dalam pemilu 2024 dengan bijak dan penuh kesadaran.

Acara dialog kebangsaan yang dihadiri seratus orang ini diharapkan akan membantu masyarakat memahami peran mereka dalam mewujudkan demokrasi yang kuat dan bermartabat, sekaligus mengerti konsep "Ga Perlu Alergi, Ini Pesta Demokrasi" sebagai ungkapan semangat positif dalam menghadapi pemilu.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top