Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menanti Keputusan BI

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali terkoreksi pada awal pekan ini. Pelaku pasar fokus tengah menanti arah kebijakan Bank Indonesia (BI) pekan ini.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Joshua Marcius, menilai sentimen yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini adalah keputusan suku bunga dari BI. Dia memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (22/8), bergerak di rentang 7.070-7.250 dengan kecenderungan melemah.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (19/8), ditutup melemah, mengikuti koreksi bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup melemah 14,12 poin atau 0,2 persen ke posisi 7.172,43. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 3,35 poin atau 0,33 persen ke posisi 1.022,99.

"Indeks saham di Asia sore ini, Jumat, mayoritas ditutup turun setelah tidak kurang empat pejabat bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), mempertegas komitmen mereka untuk terus menaikkan suku bunga acuan," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta.

Dua pejabat The Fed yang memiliki hak suara dalam Federal Open Market Committee (FOMC), James Bullard, dari St. Lous dan Esther George dari Kansas, menekankan bahwa bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan hingga inflasi turun mendekati target dua persen.

Sementara itu, pejabat The Fed tanpa hak suara dalam FOMC, Mary Daly, dari San Francisco, mengatakan bank sentral AS itu tidak akan terburu-buru dalam mengubah kebijakannya tahun depan. Hal itu berlawanan dengan ekspektasi investor bahwa suku bunga acuan akan mulai diturunkan sebelum akhir 2023.

Suku bunga acuan Federal Fund Rate (FFR) diramalkan akan mencapai puncaknya pada angka 3,5 persen, meskipun sejumlah pejabat The Fed memberi argumentasi suku bunga akan berada di 4 persen atau bahkan lebih.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top