Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menanti Data CAD

Foto : s.d 9 mei
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan berlanjut, Jumat (10/5). Selain peningkatan kembali tensi perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, depresiasi juga dipengaruhi ekspektasi pasar terhadap data peningkatan defisit neraca transaksi berjalan (CAD) .

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta kemarin mengatakan rupiah masih akan cenderung bergerak melemah seiring proses negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok yang kini kembali memanas. "Pelemahan rupiah hari ini (Kamis, 9/5) masih soal perang dagang. Pelaku pasar tampaknya masih khawatir," ujar Dini.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (9/5) sore, melemah 65 poin atau 0,45 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.360 rupiah per dollar AS.

Berdasarkan keterangan US Trade Representative, Rabu (8/5) malam, tarif impor dinaikkan dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap produk Tiongkok ke AS senilai 200 miliar dollar AS dan akan berlaku mulai hari ini (10/5).

Selain itu, pelemahan rupiah juga akan dipicu kekhawatiran tertekannya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang datanya akan dirilis oleh Bank Indonesia, hari ini (10/5) besok. Menurut Dini, CAD terancam semakin tertekan seiring harga minyak dunia yang menguat tajam dan dapat menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top