Menaker Ingatkan Struktur Ketenagakerjaan Indonesia Masih Jadi Tantangan
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah dalam Rakerkonas APINDO di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/8/20/4).
Foto: ANTARA/Astrid Faidlatul HabibahSurabaya - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyatakan struktur internal ketenagakerjaan Indonesia hingga saat ini masih menjadi tantangan terutama terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja.
"Kita masih dihadapkan pada sejumlah tantangan termasuk dari sisi struktur internal ketenagakerjaan di Indonesia," katanya dalam Rakerkonas APINDO di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Ida menuturkan struktur ketenagakerjaan yang dimaksud adalah sebanyak 53,68 persen angkatan kerja di Indonesia yang tingkat pendidikannya hanya sekolah menengah pertama (SMP) ke bawah menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024.
Berikutnya, sebanyak 59,17 persen penduduk pekerja masih bergerak di sektor informal dan angka kelompok setengah pengangguran yang masih tinggi yaitu mencapai 12,12 juta orang.
Kemudian, relatif masih tingginya tingkat pengangguran yakni yang tertinggi pada kelompok usia muda 15-19 tahun sebanyak 17,4 persen dan 20-24 tahun sebanyak 15,94 persen.
Selanjutnya, pengangguran dengan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 8,6 persen sedangkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 6,73 persen.
Secara kewilayahan pun tingkat pengangguran tertinggi cenderung berada di perkotaan yaitu mencapai 5,89 persen pada 2024.
Sementara dari 7 juta pengangguran Indonesia menunjukkan 5,87 juta di antaranya mereka sedang mencari pekerjaan baik baru lulus SMA, SMK, Dipolomat, maupun S1.
"Itu tantangan dari internal sektor ketenagakerjaan," ujar Ida.
Meski demikian, Ida menuturkan tingkat pengangguran terbuka Indonesia berdasarkan data BPS per Februari 2024 turun menjadi 4,82 persen yang merupakan terendah sejak 10 tahun terakhir.
Ia pun mengatakan untuk mengatasi tantangan struktur ketenagakerjaan ini masyarakat dapat memanfaatkan adanya teknologi digital yang membuat banyak jenis pekerjaan baru bermunculan.
Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan masyarakat mendapat penghasilan dari berbagai sektor dengan waktu dan tempat yang lebih fleksibel.
"Kita bisa mendapatkan pekerjaan dan penghasilan dari berbagai belahan dunia meskipun secara fisik tetap berada di Indonesia," katanya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
Berita Terkini
- Gerak Cepat, Gulkarmat Kerahkan 75 Personel Padamkan Rumah yang Terbakar di Kampung Bahari
- Beijing Kecam Tindakan Pemerintah AS yang Batasi Visa Pejabat Hong Kong
- Mengagetkan Cawagub DKI Suswono Tidak Bisa Mencoblos di Pilkada Jakarta, Ternyata Ini Penyebabnya
- Waspada yang Akan Bepergian, Hujan Ringan hingga Deras Disertai Petir Mengguyur Indonesia Pada Sabtu
- Rute baru Kereta Cepat Whoosh