Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memoar Napak Tilas Perjuangan TRIP Dalam Perang Kemerdekaan

Foto : ISTIMEWA

Naskah asli dan mesin ketik yang digunakan oleh Alm Roestono Soeparto Koesoemo

A   A   A   Pengaturan Font

Menurut Prof. Dr. Prasetio yang saat ini menjabat sebagai Direktur Keruangan & Manajemen Risiko Garuda Indoensia, buku ini mengabadikan sepak terjang perjalanan perjuangan pasukan TRIP, mulai dari Surabaya pada medio Oktober 1945, hingga peran TRIP dalam melindungi gerakan mundur pasukan Republik dari Surabaya menuju kantung-kantung perlawanan di kedalaman hutan belantara gunung dan lembah, hingga penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949.

"Di buku ini secara detail diceritakan bagaimana pasukan ini berjalan kaki, melintasi ratusan kilometer jalan setapak di belantara hutan rimba yang penuh onak duri dan binatang berbisa. Berjalan di desa yang berlumpur dan kadang di aspal panas yang membara, seringkali tanpa alas kaki apalagi sepatu, dengan senjata tersandang setia di bahu. Dalam beberapa etape, perjalanan tersebut bahkan sambil harus menarik dan mendorong meriam penangkis serangan udara, seraya terus bergerak senyap sebagai kesatuan gerilya, menggempur, dan menghilang, menebar frustasi dan ketakutan di pihak pasukan penjajah!" kata Pras yang mengutip salah satu episode di buku ini.
"Buku setebal 766 halaman yang digarap selama lima bulan ini memberikan kejutan dan kebanggaan bagi sejumlah pihak, khususnya keluarga besar Paguyuban Mas TRIP", ungkap Pras.

Hayono Isman, Wakil Ketua Pembina PP Paguyuban Mas TRIP yang juga Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Kabinet Pembangunan VI, 1993-1998 dalam sambutan buku ini menyebutkan karya ini merupakan sebuah bentuk ekspresi solidaritas yang mengharukan, dari seorang comrade in-arms yang pernah berjuang bersama-sama dengan (alm) ayahnya, Mas Isman dan segenap jajaran TRIP, dalam mengabadikan semangat pengabdian, solidaritas, dan darmabakti kepada nusa dan bangsa tercinta.

"Memoar yang (Alm) Roestono susun ini sekaligus merupakan testamen dari sebuah episode pengorbanan yang tulus dari para patriot remaja yang menolak tinggal diam tatkala bangsanya akan dijajah kembali, " tegasnya.

Melalui buku ini, tambah Hayono, diharapkan kita semua menjadi lebih bermawas diri bahwa kemewahan berupa kemerdekaan yang kita nikmati kini, tidak datang dengan cuma-cuma begitu saja. "Jangan sampai terlupakan, betapa dahulu, terdapat sebuah generasi emas, terdiri dari para pelajar pejuang yang tidak sempat menggenggam dan asyik dengan smartphone, tetapi tabah berjuang dengan stengun dan karabin tersandang, menyabung nyawa di garis depan, sembari terus belajar dengan tekun di bawah hujan mortir dan mitraliur yang mematikan. Demi bangsanya tetap merdeka!" tegasnya dalam sambutan di buku ini.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top