Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Indonesia Sehat 2040

Membudayakan Kesehatan melalui Peranan PR

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Mengatasi permasalahan kesehatan, bukanlah semata tugas pemerintah saja dalam memerangi isu tersebut. Diperlukan banyak sektor untuk bekerjasama bahu membahu demi terwujudnya Indonesia Sehat 2040.

Kesehatan merupakan indikator kemakmuran suatu negara. Meskipun saat ini telah membaik pelayanan kesehatan di masyarakat, faktanya masih banyak terdapat kesenjangan. Terlebih, pencegahan penyakit di masyarakat masih belum membudaya sehingga banyak kasus kesehatan yang kurang mendapat penanganan lebih cepat dan tepat.

Obat-obat alternatif seringkali menjadi pilihan awal untuk pengobatan ketimbang pergi berobat langsung ke rumah sakit. Padahal, meskipun obat alternatif memiliki manfaat yang bagus untuk tubuh, namun kekhasiatannya masih belum dapat dipertanggungjawabkan.

Hal itu karena pada obat alternatif belum banyak dilakukan penelitian mendalam dan mendetail mengenai kekhasiatan obat. "Kan harus diujicoba berkali-kali, ke banyak orang, tidak hanya sekelompok orang karena setiap orang kan berbeda-beda reaksinya," kata Eugenia Siahaan, pendiri agensi public relation (PR) Eugenia Communications.

Maka dari itu, sebenarnya pengobatan alternatif ini masih mendulang kontroversi dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai hal tersebut, sehingga belum menjadi pengobatan yang reliable dan dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.

Kenyataannya, tantangan untuk sektor kesehatan masih sangat banyak demi terciptanya Indonesia Sehat 2040. Mulai dari standarisasi layanan kesehatan di masyarakat, kepedulian masyarakat terhadap kesehatan, isu-isu negatif yang beredar di masyarakat, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta kualitas layanan dalam negeri.

Harus Mempunyai Spesialisasi

Berkembangnya agensi public relation (PR) di Indonesia, membuat persaingan di industri tersebut menjadi cukup sengit. Begitupun Eugenia Communications, sebuah PR yang didirikan oleh Eugenia Siahaan, 20 tahun lalu. Telah berkecimpung cukup lama di dunia PR tersebut, membuatnya mengerti dan memahami perkembangan naik turunnya dunia agensi. Namun berbeda dari agensi lainnya, ia mendirikan agensi yang hanya berfokus pada isu kesehatan.

"Seperti dokter, PR juga harus mempunyai spesialisasi," katanya saat ditanya mengenai alasan memilih fokus pada satu bidang saja.

Ia menjelaskan, dengan berfokus pada satu bidang, nantinya PR akan mengerti dan memahami betul apa yang ditulisnya, serta penguasaan materinya pun akan menjadi lebih baik. Identitas tersebut kemudian nantinya bisa dijadikan sebuah referensi pada para praktisi kesehatan yang ingin go public.

Menurut Eugenia, peranan PR harus mampu menjadi sumber informasi yang kredibel dan dipercaya masyarakat, memformulasikan pesan positif, mudah dimengerti, handal dalam memanfaatkan saluran komunikasi, cermat dalam memonitoring dan menganalisa krisis, dan kompeten dalam memberikan feedback kepada pihak terkait.

"Contoh PR campaign misalnya, kampanye pencegahan dan terapi diabetes tipe 2 pada 2012-2015. Feedback client adalah mengurangi jumlah pasien dengan komplikasi, awareness tentang pencegahan naik, kewaspadaan pada pasien pra-diabetes tersosialisasi," ungkapnya.

Selain itu, berbeda dengan PR industri yang memiliki banyak PR spesialis, PR kesehatan justru cenderung masih sangat minim. Hal itu karena kesehatan merupakan salah satu isu yang tidak begitu diminati masyarakat, padahal kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan keseharian dan individu.

"Berbeda dengan misalnya isu politik yang berkaitan dengan kelangsungan kenegaraan, kalau kesehatan kan untuk pribadi individu itu sendiri," kata Eugenia.

Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat, PR juga memiliki peran untuk menjembatani dan mengedukasi masyarakat, berbagi tugas dengan media yang langsung menyampaikannya ke masyarakat. Semisalnya, orang dengan gangguan bipolar, seringkali mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, bahkan dari keluarganya sendiri.

Dengan berlangsungnya konferensi pers atau seminar media yang menghadirkan narasumber dokter spesialis kesehatan jiwa, media pun dapat menerbitkan tulisan secara masif baik online maupun cetak mengenai penyakit ini, sehingga masyarakat dapat paham mengenai gangguan bipolar dan tahu cara penanganannya.

"Efek pemberitaan yang masif selain perubahan stigma, kesadaran masyarakat untuk berkonsultasi dengan para ahli juga semakin tinggi," tutur Eugenia.

Begitupun menanggapi mitos-mitos yang salah yang ada di masyarakat, seperti orang dengan gangguan jiwa harus dipasung atau dikurung karena dapat mengganggu lingkungan sekitarnya. Padahal, dengan mendapatkan penanganan yang tepat, penderita gangguan jiwa akan baik-baik saja seperti layaknya orang normal. Bahkan, jika mereka memiliki wadah dalam menuangkan ekspresinya pada media tertentu, hal itu dapat menginspirasi orang lain dan mendatangkan manfaat lainnya.

Tidak kira-kira, ada banyak seniman dunia yang memiliki gangguan kejiwaan semisalnya Vincent van Gogh yang mengalami psikosis hingga akhirnya memotong kuping kirinya sendiri dan melahirkan karya-karya yang saat ini amat terkenal.

Atau seniman Jepang yang sedang populer akhir-akhir ini di Indonesia, Yayoi Kusama yang menderita gangguan kejiwaan dan menuangkannya ke instalasi yang bertebaran di seluruh dunia.

Selain itu, suatu kepuasan tersendiri bagi ibu tiga anak itu untuk dapat mengedukasi masyarakat di tengah banyaknya isu hoax yang berada di jejaring sosial, dan mitos-mitos yang berlaku di masyarakat. gma/R-1

Kewajiban Tak Terbantahkan

Peran PR kesehatan dalam mengkomunikasikan kebijakan dan program kesehatan masyarakat sudah menjadi kewajiban yang tidak terbantahkan. Mulai dari upaya komunikasi, diseminasi informasi dan sosialisasi secara massif kepada seluruh stakeholder dan masyarakat, serta framing positif bagi organisasi sangat diharapkan agar tercapai percepatan pemahaman program secara utuh pada semua sektor dan masyarakat. Guna mewujudkan hal tersebut, PR harus mampu memaksimalkan semua kanal dan saluran informasi, serta mampu berkoordinasi antar lembaga baik di daerah maupun di pusat, serta dengan media massa.

Terdapat kerikil kecil yang berpotensi menghambat upaya keras yang telah dilakukan PR dalam mengkomunikasikan kebijakan dan program kesehatan. Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini yang belum sejalan antara pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat. Kurangnya tanggung jawab masyarakat terhadap isi informasi dalam publikasi yang berujung pada maraknya hoax (berita bohong).

'Informasi kesehatan sangat dibutuhkan masyarakat. Keberadaan hoax di bidang kesehatan ini sangat merugikan masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan yang benar," ujar mantan Sekretaris Jenderal Kemenkes, Untung Suseno Sutarjo (kini Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Ahli Utama Kemenkes).

Menurutnya, di sinilah terletak peran penting PR yang belum banyak disadari para praktisi PR di bidang kesehatan, yakni PR dituntut untuk aktif membantu memerangi hoax di media. gma/R-1

Kewajiban Tak Terbantahkan

Peran PR kesehatan dalam mengkomunikasikan kebijakan dan program kesehatan masyarakat sudah menjadi kewajiban yang tidak terbantahkan. Mulai dari upaya komunikasi, diseminasi informasi dan sosialisasi secara massif kepada seluruh stakeholder dan masyarakat, serta framing positif bagi organisasi sangat diharapkan agar tercapai percepatan pemahaman program secara utuh pada semua sektor dan masyarakat. Guna mewujudkan hal tersebut, PR harus mampu memaksimalkan semua kanal dan saluran informasi, serta mampu berkoordinasi antar lembaga baik di daerah maupun di pusat, serta dengan media massa.

Terdapat kerikil kecil yang berpotensi menghambat upaya keras yang telah dilakukan PR dalam mengkomunikasikan kebijakan dan program kesehatan. Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini yang belum sejalan antara pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat. Kurangnya tanggung jawab masyarakat terhadap isi informasi dalam publikasi yang berujung pada maraknya hoax (berita bohong).

Untung Suseno Sutarjo

'Informasi kesehatan sangat dibutuhkan masyarakat. Keberadaan hoax di bidang kesehatan ini sangat merugikan masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan yang benar," ujar mantan Sekretaris Jenderal Kemenkes, Untung Suseno Sutarjo (kini Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Ahli Utama Kemenkes).

Menurutnya, di sinilah terletak peran penting PR yang belum banyak disadari para praktisi PR di bidang kesehatan, yakni PR dituntut untuk aktif membantu memerangi hoax di media. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top